- Happy Reading -
"Baik hadirin semua, dalam rangka hari bahagia saudari Malvin, makan siang hari ini beliau yang nanggung."
"Merupakan suatu kehormatan bagi kami, apabila kalian pesen yang mahal-mahal dengan porsi yang cukup banyak."
Malvin menjitak kepala dua temannya yang kalau berbicara asal keluar. Setelah menguping pembicaraannya dengan Valda kemarin, mereka buru-buru mengadu pada Ajeng dan juga Shea.
Mau tidak mau, hari ini Malvin harus memberikan pajak jadiannya pada empat manusia tidak berakhlak yang kalau makan tidak cukup satu porsi.
"Satu orang budgetnya lima puluh ribu, udah makan sama min--"
"Pelit amat anjiir, satu orang seratus ribu, itu udah minimal banget," potong Ajeng.
"Ginjal lo mau gue jual?" Omel Malvin dengan kedua mata memicing. Sudah ditraktir, ngelunjak pula.
"Aelah, bayarin makan seratus ribu aja harus jual ginjal dulu," cibir Ajeng.
"Udah untung dikasih pajak, emang lo bantuin gue jadian sama Valda?"
"Kaga lah, kaga ikhlas sebenernya gue mah lo jadian sama Valda."
"Oh, lo suka sama gue?" Tanya Malvin.
"Badjingan!! Gue kaga ikhlas Valda nya, bege!" Ajeng sontak menjitak kepala Malvin dengan bolpoin yang ia pegang.
"Oke, satu orang budgetnya seratus ribu, khusus Ajeng dua puluh ribu aja." Malvin mengedikkan bahunya, tidak peduli raut wajah Ajeng yang sudah memerah siap-siap menampolnya.
"Dua puluh ribu gue pesen apaan, anjeng?"
"Pesen yang murah lah, somay sepuluh ribu, sepuluh ribunya buat beli minum," saran Malvin.
"Ya Allah, Piiiinnn. Biasanya juga gue sekalian jajan sampe lima puluh ribu. Masa ini dua puluh ribu doang," rengeknya.
"Makannya kalo mau ditraktir orang tuh doain yang baik-baik, kalo perlu puji-puji sampe terbang terus nyantol di pohon kelapa." Eja dengan entengnya menjitak kepala Ajeng.
Bagi Ajeng, merelakan Valda untuk Malvin memang rasanya sulit sekali. Mengingat bagaimana Malvin yang terlalu humble dengan banyak perempuan, dan sifat tengilnya yang sudah di luar batas wajar manusia. Ia takut Valda hanya dijadikan bahan mainan saja oleh laki-laki itu.
Bukankah Malvin dan Eja tidak jauh berbeda? Ia tidak mau hal yang sama terjadi pada Valda juga.
Tetapi, ia berharap hubungan keduanya bisa lebih awet dari hubungannya dengan Eja.
"Ya udah deh, Vin, gue pesen kaya biasa ya," ujar Revan.
"Gue juga, samain kaya Revan," sahut Eja.
"Shea pese--"
"Gue nggak jualan, anjir," potong Malvin. Enak saja, sudah dia yang bayar, dia pula yang pesan.
"Gue pengin sosis bakar, minumnya matcha latte," ujar Valda menimpali.
"Boleh, sayang, ada lagi?" Tanya Malvin pada Valda, dengan nada bicara yang berubah 180°.
KAMU SEDANG MEMBACA
MALVIN [TIDAK DILANJUT]
Teen Fiction🚫𝐊𝐀𝐋𝐀𝐔 𝐌𝐀𝐔 𝐇𝐄𝐁𝐀𝐓, 𝐉𝐀𝐍𝐆𝐀𝐍 𝐉𝐀𝐃𝐈 𝐏𝐋𝐀𝐆𝐈𝐀𝐓🚫 Cerita ini udah nggak dilanjutkan, karena satu dan lain hal!! -desc Malvin memutar bola matanya jengah, pemandangan setiap pagi yang ia lihat hanyalah perempuan dengan balutan Ja...