5

88 13 4
                                    

TYPO BERTEBARAN YA GUYSS SORRY

Valerie duduk berhadapan dengan Aaron yang dibatasi oleh satu meja. Mereka saling terdiam. Valerie terus was-was, bersiap untuk melayangkan tinjunya jika Aaron melakukan hal buruk. Sedangkan Aaron hanya menghela nafasnya gusar yang melihat Valerie yang terus menatap tajam. Aaron menunggu pesanan makanan yang ia pesan melalui Sopi-food menjadi terasa sangat lama akibat situasi awkward ini.

Aaron berdiri, Valerie pun berdiri dan mulai waspada. Aaron menghela nafasnya untuk kesekian kalinya.

"Jeruk atau coklat?" Tanya Aaron.

"Pertanyaan menjebak apa itu? Aku tidak akan tertipu." Ucap Valerie. Aaron menghela nafas untuk ke seratus kalinya. Ia pun berjalan menuju dapur yang tidak jauh dari sana, ia menunjukan jeruk dan coklat bubuk dan blender.

Valerie baru paham apa maksud Aaron. Iapun mendekati ke arah Aaron dengan mata yang tidak lepas dari lengan pria itu.

"Aku pilih jeruk." Ucap Valerie. Gadis itu berdiri memperhatikan seksama gerak-gerik Aaron.

"Duduklah. Kau menghalangi."

"Aku akan terus waspada, aku tidak tahu apa yang akan kamu masukan kedalamnya." Ucap Valerie.

Aaron habis kesabaran, ia memotong dan memeras jeruk itu dengan kasar dan pasrah. Valerie menelan ludahnya dengan susah payah, tapi ia tetap teguh pendirian.

Selesai membuat minuman jeruk peras, Valerie dan Aaron kembali ke ruang tengah. Mereka berdua hanya terdiam sampai ada seseorang yang mengetuk pintu apartemen nya.

Aaron berdiri, dan tidak lama lagi dia tiba di ruang tengah sambil membawa bingkisan.

Saat bingkisan itu di simpan di atas meja, mata Valerie berbinar karena tidak sengaja ia mencium aroma makanan favoritnya yang bertebaran di udara.

Aaron melirik Valerie yang tidak mengalihkan pandangannya dari bingkisan itu, lalu tersenyum sangat tipis.

"Ekhem." Aaron berdehem. Lelaki itu menyilangkan tangannya di depan dada sambil tersenyum licik.

"Kenapa kau menatap bingkisan ku dengan mata berbinar seperti itu?" Aaron mengangkat sebelah alisnya.

Valerie tersadar, ia telah melakukan hal yang memalukan. Ia tidak bisa menahan diri saat mencium aroma seblak, dan perutnya terasa lapar.

"Ah i-itu... Aku... aku hanya memindai apakah itu beracun atau tidak." Valerie berkedip beberapa kali. Ia berusaha menahan malu. Ia juga kesal kenapa isi pikiran Aaron tidak bisa di dengar?

"Oh." Ucap Aaron, kemudian ia membuka salah satu bingkisan itu, dan makan sendirian. Valerie berusaha menahan diri sambil beberapakali melirik ke arah lain agar tidak tergoda.

Aaron terkekeh sedikit, sudah cukup ia menggoda Valerie. Lama-lama Aaron merasa bersalah. Oleh karena itu, tangan kekar Aaron membuka bingkisan itu dan menaruhnya di depan Valerie.

Valerie diam, ia menatap seblak yang ada di depan mejanya, dan menatap Aaron dalam beberapa kali.

"Itu untukmu. Aku tidak bohong." Ucap Ergy kemudian ia melanjutkan makannya. Valerie terdiam, dan ia baru sadar jika ternyata dari tadi Aaron mempermainkannya. Tapi Valerie tidak marah, karena bagaimanapun Aaron yang membelikannya, ia harus berterimakasih.

"T-terimakasih." Gumam Valerie sambil menunduk. Aaron menatap Valerie dalam diam, dalam beberapa saat tidak ada sedikitpun suara dari mulut mereka.

Valerie menggebrak meja pelan, "Hei jawab apa kek. Kan aku jadi malu!" Valerie akhirnya meledak.

"Oh. Sama-sama." Ucap Aaron singkat lalu melanjutkan acara makannya. Valerie ingin melempar sendok yang di pegang ya tepat di kepala Aaron, dan headshoot! Aaron pingsan. Tapi sayangnya ia harus bersabar, ia tidak boleh marah. Gadis itu mulai melahap makanannya, dan mata Valerie kembali berbinar.

ValerieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang