Hari ini adalah hari pertama Valerie berangkat sekolah setelah kepulihannya. Dulu ia berpakaian berlebihan saat ke sekolah. Memakai rompi berwarna pink, menempelkan berbagai jepit rambut unicorn di rambutnya, rok tempel yang sangat pendek, makeup yang tebal.
Valerie baru menyadari bahwa dulu dirinya menjijikan, kenapa saat di rumah ia selalu memakai seragam olahraga, dan di sekolah ia sangat berlebihan dan ingin dipandang?? Valerie mempertanyakan dirinya sendiri, tapi ia tidak menemukan jawabannya.
Valerie tidak memikirkanya terlalu dalam. Ia memakai seragam sekolah seperti murid biasa pada umumnya, roknya tidak ia lipat lagi, sehingga sekarang panjangnya hanya tiga senti di atas lutut. Rambutnya ia gerai tanpa perhiasan apapun. Seragamnya ia masukkan kedalam rok, dengan dasi abu yang bertengger rapi.
Valerie hanya mengoleskan skincare dan tidak memakai make-up, agar kulitnya tidak rusak, dan gadis itu sudah siap untuk ke sekolah. Penampilan nya sederhana, tapi wajah cantik alaminya membuat penampilannya lebih menarik.
Ia menuruni anak tangga dan ia melihat ibunya yang sudah menunggu di ruang makan, ibunya bukan menunggunya untuk sarapan bersama. Akan tetapi ia menunggu Valerie untuk mengantarnya kue ke rumah Ergy.
Ibu Valerie sedikit terkejut melihat perubahan penampilan anaknya.
"Aku berangkat." Ucap Valerie sambil membawa kue yang telah dibuat ibunya.
"Lihat saja, bahkan ibuku tidak khawatir karena aku tidak sarapan." Gumam Valerie saat ia berada di halaman rumahnya.
Tidak lama, Valerie sudah berada di kamar Ergy. Ia melihat lelaki itu masih memejamkan matanya. Valerie mendengus pelan, ia tahu Ergy hanya pura-pura. Karena dalam ia membaca pikiran Ergy yang terus menyuruhnya untuk pergi dari kamarnya.
"Aku menaruhnya di tas meja. Ibuku yang menyuruhku." Ucap Valerie. Lalu ia pergi tanpa basa basi lagi. Setelah kepergian Valerie, Ergy membuka matanya lebar dan berdiri menatap kaca melihat Valerie yang benar-benar keluar dari rumahnya.
"Dia benar-benar berubah. Atau ini masih triknya??" Ergy menatap kue yang dibawa Valerie.
"Apakah ini benar-benar bibi yang buat?" Ergy hanya menatap kue itu dan mencicipinya sedikit.
Valerie kembali ke area rumahnya. Ia membuka garasi mobil. Dulu ia sangat tidak ingin menaiki mobil sendiri, dan hanya ingin menaiki mobil Ergy, duduk di samping Ergy sambil menatap lelaki itu.
Valeria berteriak jijik mengingat tingkahnya dulu. Ibu Valerie yang sedang menyiapkan dokumen persentasi, mendengar teriakan Valerie membuat dirinya khawatir. Bukan mengkhawatirkan Valerie, akan tetapi khawatir karena jika Valerie benar-benar gila, bisnisnya akan hancur.
Valerie mengemudi di jalanan dengan fokus. Pasalnya ini pertama kali ia menyetir sendiri ke sekolah, ditambah juga ia takut dengan jalan raya akibat kecelakaannya kemarin. Oleh karena itu, ia mencoba fokus agar sampai dengan selamat.
Di parkiran sekolah, Valerie memarkirkan nya dengan hati-hati. Setelah mesin mobil benar-benar mati, Valerie menghela nafas lega, ia sampai di sekolah dengan selamat.
Valerie berjalan di lorong sekolah dengan bisikan-bisikan yang di arahkan padanya. Bisikan itu Valerie abaikan, karena ia sudah memprediksi bahwa rumor itu sudah benar-benar menyebar juga kesekolah.
Saat sampai di ruang kelas, ia menjadi sorotan oleh anak kelas. Valerie menghela nafas, ia memasang muka tanpa ekspresi, semua anak memandangnya dengan ekspresi mengejek, dan melihatnya dengan jijik. Tapi ada yang memandang nya dengan tatapan kagum akan kecantikannya. Namun Valerie berusaha untuk tidak memperdulikan mereka.
"Lihat, gaya nya berubah, sepertinya pikirannya memang terganggu." Bisik teman sekelasnya.
Valerie menatap gadis itu, dan mendekati nya, ia gagal tidak memperdulikan orang di sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Valerie
Teen Fiction[HIATUS] Gadis ini bisa membaca pikiran dan membaca apa yang akan terjadi dimasa depan. Semua orang tidak percaya padanya, dan dia di anggap gila. Hal inilah membuat sikapnya dingin, tidak peduli dengan orang lain. Namun ia baru sadar satu kelas den...