Hino sedang menulis surat untuk dikirimkan ke keluarga nya setelah Hino menulis surat Hino berdiri didepan kaca.
"Aku harus berusaha terus menerus supaya aku menjadi lebih kuat" ucap Hino.
"Dulu pedang pemberian ayahku ini hanya sementara tetapi sekarang aku memutuskan untuk menyatu dengan diriku, menyatu dengan kekuatan es dan air, menyatu dengan lambang bunga edelweis ku."
"Aku berjanji akan membantai pasukan Lion black!."
Hino pun segera tidur, Hino ingin bangun pagi karena Hino sudah janji akan latihan di gunung bersama kekasih dan sahabat nya.
~keesokan harinya
"Hino ayo kita berangkat!"ucap Extrainer dengan nada riang.
"Ayo kak Rainer!!"ucap Hino dengan semangat yang membara.
"Hey!, Ajak aku juga payah"ucap Rio
"Tidak usah memakai kata 'payah' bisa gak?!"Ucap Hino dengan nada kesal.
"Tch, masa bodoh"ucap Rio dengan nada dingin.
"Sudahlah jangan bertengkar Rio dan Lufya boleh ikut kok kan emang rencananya kita latihan bareng bareng"ucap Extrainer dengan nada lembut.
"Kak Rainer emang lembut" Batin Hino.
Iya, dan Rio hilangkan kebiasaan mu berbicara kasar kedapa Hino!"ucap Lufya.
"Iya Lufya"Ucap Rio.
Mereka berempat pun pergi ke bukit bersama untuk latihan, dan tidak butuh waktu lama mereka sudah sampai.
"Aku mau ngasih variasi gaya menembaku ah"ucap Hino.
"Hino, saranku bertempur menggunakannya pistol itu tidak penting yang paling penting adalah belajar mengayunkan pedang. Karena senjata utama kamu pedang kan?"ucap Extrainer.
"Baiklah aku ikut saran kak Rainer."
"Selain pedang tambah senjata lain Hino menurutku kau cocok menggunakan senjata panah"ucap Rio.
" Oke!!"ucap Hino.
Mereka berempat berlatih bersama sama. Tidak terasa mereka berlatih sudah sampai 5 jam dan Lufya mengakhiri latihan ini.
"Hey, ayo kita selesaikan latihan ini hari sudah sore" ucap Lufya.
"Iya, energi ku juga terkuras banyak"ucap Rio.
"Hino ayo selesai kan latihan ini dan kita makan"ucap Extrainer.
"Baiklah, emang kak Rainer bawa makanan?."
"Padahal aku pengin latihan lagi"batin Hino.
"Aku bawa Hino, aku juga bawa roti kesukaan mu" ucap Lufya.
"Terimakasih kak Lufya"ucap Hino sambil memeluk Lufya.
"Manja sekali kau Hino!"ucap Rio.
"Masa bodoh"ucap Hino dengan nada ejek
"Sudahlah, mari kita makan sambil melihat pemandangan matahari yang mulai terbenam"ucap Extrainer.
Mereka duduk bersama sambil memakan makanan yang dibawa oleh Lufya, pemandangan sore yang indah rerumputan dan pepohonan yang menambah kesan alami serta mereka berempat saling mengobrol seperti biasa sambil bercanda ria. Ini adalah momen yang paling mereka suka bisa berkumpul bersama, bercanda bersama, dan segala hal yang dilakukan bersama.
"Sebentar lagi malam akan datang"ucap Hino.
"Tidur aja disini sebentar, nanti kalo udara mulai dingin baru kita pulang"ucap Lufya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAMBANG EDELWEIS
Mystery / ThrillerKisah cerita tentang Seorang gadis yang dikucilkan dan dibenci oleh warga desa ia adalah Hino Alaska, tetapi dia tidak menyerah! Justru dia meraih pangkat yang tidak pernah terpikirkan olehnya. Ikuti kisah perjuangan Hino Alaska dan perjalanan cinta...