Jaemin tak mengerti lagi, mengapa ayahnya sangat mudah percaya dengan apa yang dikatakan oleh Jeno dan Tuan Jaehyun. Ia bahkan tak mencari tau kebenarannya dulu, dan mengambil keputusan untuk menikahinya dengan Jeno.
Keluarga Jung, memang dikenal dengan sifat licik dan kejam oleh orang lain. Tak heran, ayahnya akan termakan oleh hasutan Tuan Jaehyun.
Pikiran Jaemin dipenuhi oleh perkataan ayahnya yang baru saja keluar dari ruangannya. Tak seharusnya ia berurusan dengan Jeno jika hidupnya tak ingin seperti ini. Tapi apa boleh buat, tidak ada yang tau kedepannya akan seperti apa.
"Aku sungguh tak percaya bahwa anakku benar-benar menjadi seorang jalang, bahkan kau tengah mengandung anaknya sekarang."
Ucapan Yuta membuat Jaemin ingin berteriak bahwa anak yang dikandungnya adalah anak Jeno; orang yang sudah memperokosanya dan menjadi suaminya sekarang.
Bahkan ketika berpacaran dengan Hyunjin pun Jaemin tak pernah melakukan skinship lebih. Ia rindu ayahnya yang tak pernah membentaknya, ia rindu bundanya yang selalu melindunginya jika terjadi sesuatu. Jaemin rindu semua, jika waktu bisa diputar kembali ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu bersama ayah dan bundanya.
Tangan kurusnya mengelus perut yang masih rata tersebut, air matanya semakin mengalir deras kala mengingat semua yang terjadi sekarang.
"Kau mau kan ikut bersama ku? Hanya kita berdua, tanpa mereka. Aku janji akan melindungi mu darinya, kau bisa bertahan kan? Aku yakin kau adalah anak yang kuat," Ucapnya seolah-olah janin yang ada didalam perutnya mendegar dirinya.
Jaemin turun dari tempatnya berbaring, ia melihat kearah jendela yang untungnya tidak ada satupun yang berjaga di sana. Waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi, rumah sakitpun pasti sudah sepi, hanya tersisa satpam yang berjaga diluar sana.
Ia menghela napas lega saat melihat bajunya yang masih menggunakan baju rumahan, ini menjadi kesempatan untuknyaa untuk keluar dari sini. Jika saja ia memakai baju rumah sakit, sudah dipastikan ia tidak bisa kabur.
Dengan tergesa-gesa, ia lari di koridor dan menuju pintu keluar. Jaemin benar-benar tidak memperdulikan penampilannya dan lubangnya yang masih sakit akibat ulah Jeno.
"Hei!" Jaemin memberhentikan langkahnya, ia membalikkan badannya dan melihat satpam yang berjalan kearahnya.
"Apa yang kau lakukan? Jangan berlari, kau akan mengganggu pasien yang sedang beristirahat." Tegur satpam tersebut.
Jaemin tersenyum kikuk, "Ah maaf pak, aku hanya lapar ingin membeli makan dan habis menjaga adikku yang sedang sakit. Maaf untuk kesalahanku tadi,"
"Ya, ya, lain kali jangan seperti itu ya." Ucap satpam tersebut lalu pergi meninggalkan Jaemin.
Jaemin membungkukkan badannya, stelah satpam tersebut pergi ia segera melanjutkan jalannya. Namun langkahnya kembali terhenti, saat melihat beberapa orang berpakaian hitam itu datang dengan mobil yang sangat Jaemin kenali.
Ia merutuki dirinya, "Sial seharusnya aku lewat pintu belakang saja, bagaimana ini?" Ia sangat panik karena orang-orang itu berjalan ke arahnya.
Ia mengumpat di salah satu lorong yang berlawanan arah dengan lorong ruang rawatnya. Setelah orang-orang itu menghilang, ia segera lari sekuat tenaga untuk mengindari.
"Stop! Berhenti ditempat Tuan Jaemin!"
Jaemin menambah kecepatan larinya saat salah satu penjaga Jeno menyadari dirinya kabur. Ingin rasanya ia menangis kencang melihat banyaknya jumlah penjaga yang dikirim oleh Tuan Jung.
Greb! Dug! Jaemin memekik sakit saat tangannya ditarik kuat oleh seseorang yang berada di gang kecil yang ia lewati. Mulutnya ditutup oleh tangan tersebut, dan ia dapat melihat para penjaga itu berlarian mencarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement《Nomin》
Fanfiction[BL] [SLAVE FIC] [M-PREG] [M] Karena sebuah kesalahan yang tidak disengaja pada sang ketua OSIS, Jaemin terpaksa harus menerima setiap perlakuan Jeno terhadapnya; termasuk menjadi pemuas nafsu Jeno. Warn! B×B Content! Jeno top! Jaemin bottom!