13

14.5K 1.1K 126
                                    

Jaemin terbangun karena suara pintu yang terbuka, ia melirik jam dan kembali menatap pintu yang menampakkan seorang Jeno dengan kadaan yang sedikit kacau. Ini sudah tengah malam, dan Jeno baru pulang. Bagaimana ia tidak khawatir?

Jaemin menghampiri Jeno dan menuntunnya memasuki kamar. Ia meletakkan tubuh kekar pemuda berahang tegas itu dengan pelan.

"Berani-benarinya kau selingkuh, Jaemin!"

Bugh! Tubuh Jaemin terjatuh kelantai karena tendangan kuat di perutnya. Ia berusaha berdiri, tetapi lelaki yang bertatus sebagai suaminya itu sudah menahan dadanya dengan tangan. Jaemin mencoba kembali berdiri, tapi lagi-lagi usahanya sia-sia.

Pemuda dengan bulu mata lentik itu merasakan sakit dibagian perutnya, dan dadanya yang ditahan membuat dia sesak. Meronta pun, Jeno tidak akan melepaskannya. Dia sudah dipenuhi pengaruh alkohol, terbukti dengan bau badan Jeno yang khas kini berbau menyengat dengan bau alkohol.

"Aku tidak selingkuh, lepaskan perutku sakit! Sadarlah Jeno." Ucap Jaemin yang masih mencoba memberontak.

Jeno melepaskan tangannya dari dada Jaemin, Jaemin bernapas lega sebelum Jeno  kembali mencengkram tangan Jaemin dan meletakkan laki-laki berkelahiran bulan Agustus itu dikasur.

"Lalu siapa laki-laki tadi, huh? Kau pikir aku bodoh, melihat kau sangat dekat dengannya. Ingatlah Jaemin kau milikku, bukan laki-laki bajingan sepertinya." Ujar Jeno dengan amarah yang memuncak.

Jaemin mencoba sabar dengan menghela napas, "Jeno, istirahatlah kau mabuk."

"Aku tidak mabuk. Jawab aku, kau punya mulut bukan?" Jaemin memejamkan matanya, menatap Jeno dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Baiklah, kau tidak mabuk bukan? KAU YANG BAJINGAN, APAKAH KAU TIDAK SADAR DIRI? TIDAK INGATKAH PERLAKUANMU PADAKU, HINGGA AKU SEPERTI INI?"

Napas Jaemin tersegal-segal setelah meluapkan emosinya yang selama ini ingin ia keluarkan. Tapi ia merasa belum puas, ingin meluapkan lebih dari ini. Tapi apa? Apa yang harus ia ucapkan? Lidahnya seakan kelu, untuk mengucapkannya.

Sedangkan Jeno mengepalkan tangannya, Jaemin sudah mulai berani padanya sekarang. Bahkan pemuda itu membentaknya, mengeluarkan suara tinggi yang seharusnya tidak pemuda manis itu ucapkan.

"Damn. Lihatlah kelinci manis ini, sudah berani ya? Apakah aku terlalu lembut padamu kemarin?" Jeno mendekat kearah Jaemin, membuat pemuda itu terus memundurkan tubuhnya.

"Jangan takut, aku hanya ingin memberikan pelajaran sedikit pada kelinci ini. Kemari, akan aku tunjukkan cara menjadi istri yang baik."

Jeno menarik tangan Jaemin dan membawanya ke kamar mandi, ia mengisi bak mandi dengan air dingin. Sembari menunggu bak itu penuh, Jeno kembali menatap Jaemin yang terus menatapnya tajam.

"Woow calm down, baby. Kenapa kau sangat nakal akhir-akhir ini?"

Plak! Jeno memukul pantat Jaemin, membuat Jaemin melenguh pelan.

"Lepaskan Jeno, kumohon jangan lakukan ini. Perutku sakit..." Mohonnya.

"Kau harus diberi pelajaran, sayang."

"Kau... bajingan Jeno." Lirihnya.

Jeno menarik tangan Jaemin dan membenturkan tubuh Jaemin di bath up dengan air dingin tersebut. Jaemin berteriak sakit, sebab punggungnya membentur ujung bak itu kencang. Kepalanya juga terbentur keran, membuat darah mengalir dari pelipisnya.

Jeno menarik rambut Jaemin dan menekan kepalanya hingga tenggelam diair. Jaemin meronta, ia tidak bisa bernapas. Kaki Jaemin menendang-nendang air di bath up hingga menyiprat keluar, ia rasanya ingin mati karena pasokan udara yang menipis.

Agreement《Nomin》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang