Membutuhkan waktu hingga satu jam untuk Jenu membersihkan tubuhnya, hingga akhirnya dia lega melihat sudah tidak ada cat di rambut, wajah, juga tubuhnya yang lain. Selesai mandi dia langsung mengenakan pakaian yang di berikan oleh Pemuda dewasa yang Jenu belum kenali siapa namanya. Yang dia pahami bahwa orang tersebut adalah saudara dari Dama.
Jenu memandangi dirinya di kaca kamar mandi, dia melihat kukit dan rambutnya yang menjadi kering dan pucat akibat terlalu lama terkena cat. Dia harap kulitnya tidak akan kenapa kenapa. Setelah itu Jenu beralih ke mata kirinya, membersihkannya dengan hati hati melalui air keran dan membukanya secara perlahan.
Berhasil!
Akhirnya setelah seharian matanya tidak mau terbuka, itu terbuka sekarang. Dia menatap mata hitamnya yang seperti boba lengket. Cantik, hanya saja kadang lengket dan berair hitam yang membuat orang lain jijik. Padahal cairannya pun tidaklah bau, kenapa keluarganya dan beberapa orang menghindarinya seperti virus? Baru saja Jenu fikirkan, mata kirinya sudah mulai berair lagi, pasti karna seharian tertutup, jadi banyak cairan yang tidak terbuang.
Sebenarnya Jenu sering menangis itu juga ada alasannya, itu karna mata kirinya memang sering mengeluarkan banyak air sehingga di kira menangis, akhirnya Jenu mulai belajar untuk siap menangis terlebih dahulu sebelum cairan di matanya keluar, itu juga membuat cairan tersebut lebih cepat keluar. Tapi ada saatnya dia benar benar menangis.
"Bodoh!"
"Jeje..."
"Sejak awal mereka gak perduli sama kita, masih aja nurut!"
"Stop Jeje, Jenu gak suka Jeje jelek jelekin mereka!" Jenu menatap cermin dengan kesal.
"Tapi emang itu kenyataannya, lo aja yang tolol!"
"Pergi Jeje, Jenu capek. Besok aja berantemnya" lirih Jenu meraih tisu dan mengusap cairan hitam di pipinya.
"Ck!"
Setelah itu, Jenu langsung keluar dari kamar mandi dengan rambut basahnya dan handuk yang mengalung di lehernya. Dia menoleh kiri kanan ketika tidak menemukan seseorang pun. Ragu sejenak, akhirnya dia memutuskan untuk berjalan menuju ruang yang terlihat seperti ruang keluarga. Dan benar saja, di sana terlihat tiga orang Pemuda dewasa tengah duduk sambil berbincang ria.
"Kakak" panggil Jenu ragu.
Sontak ketiganya langsung menoleh dan terpana dengan tampang Jenu, wajah manis menggemaskan, mata cerah dan ha? Matanya hitam penuh???
"Eh! Sini duduk sini! Biar Kakak kenalin sama saudara Kakak" ucap Dama dengan cepat menepuk sofa di sisinya. Jenu hanya mengangguk dan menghampiri Dama untuk duduk di sampingnya.
"Pertama tama biar Kakak kenalin diri lagi. Kenalin, nama Kakak Dama Radeno anak kedua, terus itu yang tadi bukain pintu namanya Taka Radene Kakak tertua, dan itu yang duduk di sana yang minjemin kamu baju itu namanya Jefran Radenu anak ke tiga" jelas Dama memperkenalkan dirinya dan para saudaranya. Taka dan Jefran tersenyum pada Jenu yang memandangi mereka.
"Halo Kakak! Kenalin aku Jenu Lagara, makasih ya udah mau ajak Jenu pulang, makasih udah biarin Jenu nginep di sini, makasih udah mau pinjemin bajunya. Jenu seneng banget. Makasih Kakak!" Ucap Jenu tersenyum manis memperlihatkan eye smile nya yang membuat ketiganya terpesona karna kemanisan dan juga keimutannya.
"Ahaha... Gak perlu makasih, untung aja Dama nemuin kamu di taman, kalo gak mungkin kamu bisa di bawa ke rumah sakit" ucap Taka tersenyum ramah.
"Masih sekolah?" Tanya Jefran menatap Jenu. Jenu mengangguk tersenyum pada Tanka lalu menagngguk pada pertanyaan Jefran.
"Iya, Jenu kelas sebelas" ucap Jenu tersenyum pada Jefran. Jefran mengangguk mengerti.
"Kakak udah kerja ya?" Kini gantian Jenu yang bertanya kepada ketiganya.
"Bang Taka udah kerja, dia kerja jadi Dokter hewan. Kakak sendiri masih kuliah semester akhir jurusan Sastra. Kalo Jefran juga masih kuliah semester lima jurusan Arsitektur"
"Wah! Udah kuliah rupanya, Jenu juga mau kuliah..." Tiba tiba saja vitalitas Jenu yang tadinya semangat menjadi layu.
"Kamu juga bisa kuliah setelah lulus" ucap Dama tersenyum tipis melihat Jenu yang tiba tiba saja tidak bersemangat.
"Hehe, enggak Kakak, Jenu enggak akan kuliah. Di masa depan Jenu bakalan jadi superman aja!" Jenu mendongakkan kepalanya menatap Dama dengan senyum lebar, semangat yang tadi hilang kini kembali lagi. Tidak mungkin dirinya bisa kuliah jika bahkan mengingat hukum negara saja dia tidak bisa.
"Hahaha... Udah gede masih mau jadi superman aja" celetuk Taka tertawa pelan. Hingga akhirnya diikuti oleh tawa yang lainnya.
"Oiya itu mata kamu..."
"Cacat Kakak, dari lahir udah gini hehe..." Jenu menyengir lebar, memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rapi.
.
"Lo buang kemana Abang gila itu?" Jinu melirik Chenu yang sibuk bermain game di ponselnya dengan jarak sekitar dua meter darinya. Mereka sekamar tapi beda ranjang.
"Apa?" Chenu tidak mendengarkan dan terus fokus pada game nya.
"Lo buang kemana Abang Jenu sampe Bunda marah marah nyariin dia?!" Seru Jinu menaikan suaranya beberapa oktaf dengan kesal.
"Serahlah, gue mau tidur, udah mau pagi!" Kesal Jinu menutupi tubuhnya dengan selimut dan bergegas ke alam mimpi.
"Bang Jenu? Em... ANJIR! GUE LUPA JEMPUT ABANG GILA ITU!!!" Teriak Chenu menepuk kepalanya dengan kaget. Namun sedetik kemudian dia menghela nafas lega. Biarlah, toh orang itu tidak berguna, jika dia hilang bukankah akan bagus untuk keluarganya? Dengan berfikir begitu, Chenu menyimpan ponselnya dan ikut menyelimuti tubuhnya menuju alam mimpi.
"Engh..."
Jenu meregangkan tubuhnya yang terasa sedikit pegal, lalu mengerjab kerjabkan kedua matanya. Dia langsung saja bangun dengan kasar ketika melihat ruangan asing di sekitarnya, hingga akhirnya dia mengibgat kejadian semalam dan langsung bernafas lega.
Dama yang merasakan gerakan dari tempat tidurnya lantas ikut terbangun, dia membuka kedua matanya perlahan dan langsung melihat Jenu yang tengah duduk sembari mengelus dadanya.
"Kenapa?" Tanya Dama dengan suara khas bangun tidur miliknya. Dia bangkit dengan lesu dan ikut duduk.
"Eh, Jenu bangunin Kakak ya? Maaf ya" ucap Jenu ketika menoleh ke arah wajah bantal milik Dama di sampingnya dengan canggung.
"Gak papa. Kamu kenapa? Mimpi buruk? Atau ada yang sakit?"
"Gak papa Kak, Jenu cuma kaget aja bangun di tempat asing hehe"
"Oalah, kalo gitu langsung bangun aja, kamu mandi, abis itu langsung turun buat sarapan?" Ucap Dama menyibak selimutnya, memakai sendal berbulu miliknya dan langsung berdiri berjalan keluar dari kamar masih dengan rambut sarang burungnya.
Jenu menatap punggung Pemuda tersebut dalam diam. Dia mengalihkan pandangannya pada tempat tidur yang baru saja untuk mereka berdua tidur. Tadi pagi jam 3 saat mereka ingin tidur, Taka berkata bahwa untuk malam ini dirinya bisa tidur dengan Dama, dan jika dia masih mau menginap, dia akan membersihkan kamar tamu untuk dirinya. Ah kehangatan ini sangat jarang Jenu rasakan, apalagi sampai tidur berdua dengn orang lain, ini adalah pertama kali baginya. Tidak buruk, juga dia memiliki guling hangat untuk di peluk haha lupakan, ayo mandi.
Yoit!
Selamat malam
Gimana part ini hehe ☞ ̄ᴥ ̄☞
Jngn lupa Vomment chinguSee u~
KAMU SEDANG MEMBACA
MFS ✓
RandomBukan BL ya Just family genre brothers (〒﹏〒) "Abang..." "Pergi! gue jijik sama lo!" . "Hanu! ayo kita main!" "Apaansih Jen?! gue lagi ngegame tau! pergi sana!" . "Itu boneka Renu? Jenu mau pegang!" "JANGAN SENTUH! NTAR KENA NODA MATA LO! MINGGIR!" ...