Seminggu sudah Jenu di kurung di gudang, dan di siksa terus menerus oleh Dama dan yang lainnya, sampai saat ini Jenu masih belum paham letak kesalahannya berada dimana, dia sudah tidak memikirkannya lagipula. Dia sudah terlalu lelah, tubuhnya yang kurus menjadi semakin kurus. Juga, semenjak mata hitamnya di cungkil oleh Taka, Jeje tak pernah keluar, menyisakan dirinya seorang diri.
Kemarin Taka dan yang lainnya pergi keluar kota untuk beberapa hari, ini kesempatan Jenu untuk keluar dari sini, semalam dia merasa ikatan di tangannya melonggar, mungkin karna dirinya sering memberontak, jadi ikatannya perlahan terlepas.
Dengan sedikit kesulitan, Jenu melepaskan ikatan tangannya, dan... Yap! Berhasil, Jenu diam diam tersenyum senang, dia cepat cepat melepaskan ikatan di tubuhnya, lalu membuka lakban di mulutnya dengan cepat agar tidak terlalu sakit. Tak lupa melepas ikatan di kakinya.
Jenu buru buru membuka pintu gudang, untunglah tidak di kunci, mungkin karna mengira Jenu terikat erat dan tak akan bisa kabur, jadi mereka tak mengunci gudang. Jenu melihat kiri kanan. Aman!
Dengan tertatih tatih, dia menuju pintu depan, dia membuka pintu tersebut, kosong! Dengan cepat Jenu langsung berlari meninggalkan pekarangan rumah Taka, dia dengan tergesa gesa menyetop taksi yang menatapnya heran.
"Ke jalan xxx"
"JENU!"
"?! CEPET PAK!" Jenu buru buru menutup pintu taksi mendengar seruan Dama dari kejauhan, sepertinya mereka sudah pulang dan tak sengaja saling bertemu.
"Kejar!" Taka menyuruh Dama untuk kembali masuk ke dalam mobil, mereka dengan cepat mengejar taksi Jenu, mengebut di jalan raya. Setengah jam kemudian, mobilereka berhasil menyalip taksi yang di kendarai Jenu, membuat taksi tersebut mengerem mendadak, Jenu membelalak ketakutan, dia segera keluar dari dalam taksi dan berlari di arah sepanjang jalan tanpa melihat kebelakang.
Bruk!
Jenu tersungkur ke tanah ketika menabrak sesuatu. Dia mendongak, dan langsung tersenyum bahagia mengenali orang tersebut.
"KAK MANU!" seru Jenu memeluk kaki Manu, Manu mengerutkan alisnya dengan jijik, melihat penampilan menyedihkan Jenu, di tambah noda darah dimana mana membuatnya ingin melangkah mundur.
"Lo apa apaan sih?! Lepas!" Manu dengan galak menendang tubuh Jenu yang memeluk kakinya.
"Kak! Kak! Please! Please! Selamatin Jenu! Tolong! Jenu mohon! Sekali ini aja baik ke Jenu! Jenu minta tolong ke Kak Manu! Jenu mohon!" Jenu dengan putus asa menangis di kaki Manu, dia berharap Manu mau membantunya.
"JENU!"
Tubuh Jenu menegang, dia segera bersembunyi di belakang Manu dengan gemetar.
"Jenu?! Kamu kemana aja? Ya ampun, kok kamu bisa luka luka gitu???" Dama dengan prihatin mendekati Manu dan juga Jenu dengan ekspresi khawatirnya. Manu menaikkan satu alisnya, melirik Jenu, lalu orang yang berdiri di hadapannya.
"Minggir" ucap Manu dengan dingin melepaskan pegangan Jenu, lalu berbalik pergi. Jenu dengan cemas ingin mengejar Manu, namun tangannya dengan cepat di cengkeram oleh Dama.
"Jangan harap lo bisa lari!" Gumam Dama menyeringai, Tubuh Jenu gemetar, kakinya yang penuh tusukan, yang awalnya menyakitkan kini menjadi mati rasa dan lemah, habis sudah... Dia mungkin tidak selamat kali ini, Jenu menatap punggung Manu yang semakin menjauh dengan sendu.
"Jenu mohon... Jenu mohon... Beri Jenu kesempatan buat bisa lihat Kak Manu sama yang lainnya lagi dimasa depan..." Lirih Jenu sangat pelan, cairan merah menetes dari matanya. Setelah itu semuanya gelap, dia tak sadarkan diri.
Ketika tersadar, Jenu sudah berada di gudang tempat dimana dia diikat seminggu yang lalu, dia menghela nafas kasar di dalam hatinya. Di saat saat seperti ini diaemerlukan Jeje untuk keluar, tapi Jeje seakan menghilang begitu saja, kenapa?!
KAMU SEDANG MEMBACA
MFS ✓
RandomBukan BL ya Just family genre brothers (〒﹏〒) "Abang..." "Pergi! gue jijik sama lo!" . "Hanu! ayo kita main!" "Apaansih Jen?! gue lagi ngegame tau! pergi sana!" . "Itu boneka Renu? Jenu mau pegang!" "JANGAN SENTUH! NTAR KENA NODA MATA LO! MINGGIR!" ...