11. Jeje

745 130 4
                                    

Maaf ya part sebelumnya kelupaan nama Jenu wkwkw untung udah saya ganti, btw kalo liat mulmed jangan lupa makan siang Chingu 。◕‿◕。

Kini ketiga sejoli tengah duduk di kantin, mereka sedang menyantap makanan masing masing dengan nikmatnya, Hangga dengan serius memakan Bakso dan juga Es jeruk nya, Yena dengan santai menyuapkan soto dan menyeruput es teh nya, sedangkan Jenu hanya diam memakan Mie ayam dan es lemon dengan gembira. Benar benar terlihat sangat lezat, apalagi siang siang begini.

"Kemana kemarin kemarin Jen?" Ucap Yena yang sudah menyelesaikan acara makannya. Jenu yang sedang mengubur kepalanya untuk makan lantas mendongak, menatap Yena dengan sepasang mata hitamnya.

"Hu? Jenu di suruh istirahat sama bunda gara gara mata Jenu gak bisa di buka" dengan polosnya dia berkata seperti itu dan kembali menguburkan kepalanya untuk makan.

"Oalah! Ngabarin kek, gue sama Yena nyariin lo mulu tau, sampe nanya ke sodara lo segala!" Seru Hangga menepuk bahu Jenu. Sedangkan sang empunya bahu hanya menyengir lebar.

"Terus gimana sekarang? Udah baikan matanya? Sakit kah?" Tanya Yena dengan tatapan khawatir. Jenu hanya menggeleng.

"Gak sakit kok, udah gapapa" ucapnya mengusap bibirnya menggunakan tissue.

"Jenu udah selesai makan, ayo ke kelas"

"Yaudah deh kalo gitu syukurlah. Ayo ke kelas"

"Hm"

.

"Jenu!"

Jenu membalikkan tubuhnya dengan bingung mendengar seruan tersebut, dia sedikit menyipitkan matanya ketika melihat seorang pemuda turun dari motor dan menghampirinya dengan senyum lebar.

"Hei! Lama gak ketemu" ucap orang tersebut di hadapan Jenu dengan nafas sedikit tak beraturan.

Hu? Lama? Perasaan baru dua hari lalu Jenu menginap di rumah pemuda tersebut fikir Jenu dengan bingung.

"Kak Dama kok bisa ada di sini?" Tanya Jenu heran.

"Sengaja mau ketemu kamu" Dama menyengir lebar memperlihatkan deretan gigi putihnya.

"Jenu? Kenapa nyari Jenu Kak?"

"Kakak kemarin ke rumah kamu, tapi kamu nya gak ada, terus Kakak kasih kontak Kakak ke adek kamu si Jisung buat di kasihin ke kamu biar ngehubungin Kakak, tapi Kakak tungguin kamu gak ada ngehubungin kakak sama sekali" jelas Dama panjang lebar. Jenu terlihat sedang berfikir sejenak.

"Jenu gak punya ponsel Kak" ucap Jenu pada akhirnya, dirinya memang tidak memegang ponsel sama sekali, jadi wajar saja jika dia tidak dapat menghubungi orang lain.

"Astaga! Kenapa gak bilang? Tau gitu Kakak tulis surat aja kemarin"

"Hahaha, yaudah, Kakak langsung ngomong aja ke Jenu sekarang, yuk ngobrol di sana" Jenu dengan riang menuntun Dama ke arah taman yang berada tak jauh dari keduanya. Dama hanya mengangguk dan mengikuti.

Setelah keduanya duduk di bangku yang berada di bawah pohon, Jenu mulai menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya, sejuk itulah yang di fikirkan Jenu.

"Nah, Kakak mau ngomong apa ke Jenu?" Ucap Jenu tersenyum manis ke arah Dama. Dama menghela nafasnya dan siap untuk berbicara.

"Jadi gini, di rumah kebetulan Kakak sama yang lain itu sering sibuk sendiri karna gak ada yang bisa di bahas, palingan ngobrolin hal penting doang, rumah jadi kerasa sepi" Dama melirik Jenu yang diam mendengarkan.

"Nah, Kakak ada niatan bawa kamu tinggal di rumah Kakak buat jadi adeknya Kakak sama yang lain, toh kita bertiga seneng banget sama Kamu walaupun cuma sehari ketemu, kamu lucu, imut lagi hahaha"

Jenu yang diam diam mendengarkan dengan riang lantas langsung terdiam, dia menatap mata Dama yang juga tengah menatap matanya dengan serius, jarang Jenu menjadi sangat serius seperti sekarang ini, ini semua karna Jenu benar benar tidak yakin dan tidak tau bagaimana perasaannya saat ini.

Jenu senang Dama ingin mengakuinya sebagai adik juga menyuruhnya untuk tinggal di rumahnya, tapi di satu sisi, mengingat foto orang tua Dama yang dia lihat tempo hari Jantungnya terasa di siram oleh air dingin, dia tidak tau harus bagaimana. Kepalanya yang jarang di gunakan untuk berfikir terasa berdenyut memikirkan hal tersebut.

"Jadi gimana? Kamu mau kan?" Dama menatap Jenu dengan wajah penuh harap. Jenu ragu sejenak, bibirnya terbuka tertutup tak tau harus jawab apa.

"Gini deh, kamu tanya orang tua kamu dulu boleh atau enggak, terus tinggal di rumah kakak bisa seminggu tiga  hari (3/7), ataupun sebulan dua minggu (14/28), atau mungkin enam bulan tiga bulan (3/6). Intinya anggap aja rumah Kakak itu rumah kedua kamu. Gimana?" Tawar Dama.

"Um... Okay deh, ntar Jenu tanya Bunda" ucap Jenu pada akhirnya sembari tersenyum manis. Dama yang senang akhirnya tersenyum lebar mendengar ucapan Jenu.

"Kalo gitu besok Kakak temui kamu di sini lagi buat denger jawaban kamu ya"

"Hum, okay!"

"Yuk Kakak antar pulang"

"Makasih Kak"

.

Malamnya,

Jenu menatap dirinya di depan cermin dalam diam, mata hitamnya kembali mengelurkan cairan hitam itu lagi seperti biasa, beberapa memar dapat terlihat di wajah dan juga tubuhnya yang tidak tertutupi sama sekali, yah Jenu hanya menggunakan celana pendek biasa tanpa baju sekarang.

Melihat tubuh yang sangat bagus di cermin membuat Jenu sedikit kagum, dia tidak menyadari sejak kapan tubuhnya terbentuk dengan halus, pasti semua ulah Jeje itulah yang di fikirkannya. Jeje selalu saja menggunakan tubuhnya untuk hal hal bebas, bahkan terkadang ketika kesadaran Jenu kembali mengambil alih, tubuhnya akan terasa sakit semua dan banyak memar bermunculan di badannya, apalagi di tambah memar yang di buat oleh orang tuanya, itu banyak sekali.

Yah, sangat di sayangkan tubuh yang bagus tertutupi luka dan memar 80% nya. Saat di rumah Dama dia tidak terlalu memperhatikan, sekarang dia memperhatikannya akibat Jeje yang tiba tiba mengambil alih tubuhnya.

"Gue mau keluar"

"Kemana lagi Je?" Jenu menghela nafas panjang.

"Serah gue, tubuh tubuh gue, lo cuma numpang di tubuh gue"

"Ini jelas tubuh Jenu! Jeje yang cuma numpang di sini!"

"Cih, menggir! Udah seminggu gue biarin lo nahan gue buat keluar, sekarang gue mau keluar!"

"Gak! Jeje gak akan kemana mana sampe kapanpun lagi!"

"Apa lo bilang ha?! Lo pikir lo siapa ngatur ngatur gue?!"

Plak!

Tangan kiri Jenu tanpa aba aba langsung saja menampar keras wajahnya sendiri, Jenu menggertakkan giginya tatkala merasakan panas di pipi kirinya. Padahal Jeje juga dapat merasakan sakitnya, namun dia selalu saja nekat memukuli dirinya.

"Mending lo tidur dasar cengeng!"

Dengan begitu, kesadaran Jenu dengan cepat menghilang, tubuhnya kini telah sepenuhnya di kuasai oleh Jeje, Jeje tersenyum menyeringai ke arah cermin dengan puas, lalu dengan cepat mengenakan hoodie besar berwarna hitam, celana panjang hitam juga sepatu hitam. Tak lupa dia memakai topeng, karna kalau hanya memakai masker, matanya pasti akan ketahuan. Dia mengenakan tudung hoodie nya dan langsung keluar dari jendela.

'Hehe... Saatnya bersenang senang'

































Yoit!

Apakah yg di lakukan Jeje setiap malam Chingu?! Waduh waduh, sepertinya Jeje doyan gelud nih wkwk

Jangan lupa Vomment

See u~

MFS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang