2. Belajar

1K 144 12
                                    

Jenu melangkah dengan ragu ke arah rumah, namun akhirnya dia tetap melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam

"Jenu pulang...

Plak!

"Darimana kamu?!"

Saura tamparan juga teriakan Sena menggema di seluruh rumah yang sangat luas tersebut, Jenu berdiri tegak di tempatnya menatap wajah penuh amarah milik Bundanya dengan tenang.

"Jenu baru pulang Bun, mata Jenu lengket lagi..." ucapnya pelan.

"HALAH! KAMU PASTI NANGIS LAGI DI SEKOLAH! GAK MALU KAMU NANGIS SETIAP HARI?!" Teriak Sena menoyor kening Jeno menggunakan jari telunjuknya dengan tampang penuh amarah. Jeno terhuyung kebelakang beberapa langkah akibat menerima toyoran dari Bundanya yang cukup keras.

"Kamu kenapa goblog banget JENU?! Saya ngasih makan kamu itu biar kamu jadi orang yang bisa banggain keluarga Agara! Bukannya malah jadi noda keluarga!"

"Jenu udah belajar Bunda..." Lirih Jeno menundukkan kepalanya, tak ingin menatap wajah penuh amarah milik Bundanya tersebut.

"KERJAAN KAMU ITU NGEREPOTIN ORANG TERUS! MANA PERNAH KAMU BELAJAR!"

Kembali toyoran kasar Jenu rasakan, membuat tubuhnya menghantam pintu yang berada di belakangnya. Dis hanya diam tanpa berniat menjawab apapun kalau kalau nanti ucapannya malah membuat Bundanya semakin marah. Ini lah yang membuatnya selalu ingin pulang lebih awal, karna dia menaiki angkutan umum, dia takut terlambat pulang kerumah dan dimarahi seperti ini, jadi akhirnya dia selalu pulang paling pertama setelah bell.

"Sekarang kamu masuk ke dalam kamar buat belajar! Gak akan ada makan siang sama makan malam buat kamu hari ini!" Ucap Bunda Sena menatap tajam Jenu.

"Iya Bunda..." Jenu mengangguk dengan patuh.

"BAGUS! PERGI!"

Jenu mengangguk samar dan langsung berjalan menuju kamarnya, saat melewati ruang tamu, di lihatnya para saudaranya tengah bercanda ria di sana, bahkan saat dia lewat tak ada yang milirik ya barang sedikitpun. Jenu menghela nafas panjang dan langsung masuk ke dalam kamarnya.

Kamarnya berada di bawah, jadi dia tidak perlu menaiki tangga, sedangkan kamar saudaranya yang lain, semuanya berada di lantai dua.

Jenu menutup pintu kamarnya dan menguncinya, dia meletakkan tasnya di atas meja belajar dan meninggalkannya untuk membersihkan diri, setelah dia rapi, dia menatap dirinya di pantulan kaca. Hmm... Mata kirinya masih belum mau terbuka, sepertinya dia kebanyakan menangis tadi.

"Hahhh... Jenu harus belajar biar pinter! Biar Bunda mau ajak Jenu jalan jalan kaya yang lain!" Monolog Jenu dengan semangat, sebuah senyuman menghiasi bibirnya. Dia duduk di kursi belajar dan mulai membuka buku pelajarannya untuk besok dan mulai mempelajarinya.

Sebenarnya Jenu tidak berbohong, dia memang selalu belajar setiap hari, itu semua karna dia bertekad untuk bisa membuat Bunda dan Ayahnya bangga hingga mereka mau mengakuinya. Namun otaknya melarangnya, apapun yang Jenu pelajari tidak pernah dapat Jenu ingat lebih dari satu menit, semua akan hilang begitu saja setelahnya, walau begitu Jeno tak kehilangan semangatnya, bahkan jika matanya sakit karna membaca, dia akan terus melakukannya.

Semuanya demi keluarganya, dia ingin di akui sebagai anggota keluarganya juga. Menjadi anak yang membanggakan, bermain bersama saudara saudaranya, dan di sayangi oleh Ayah dan Bundanya, itu pasti akan sangat menyenangkan. Diam-diam Jenu tersenyum senang membayangkan semua itu setiap dia sedang belajar.

Namun kenyataan akan selalu menamparnya keesokan harinya ketika dia berada di sekolah, dia tidak mengerti sedikitpun pelajaran yang di terangkan oleh guru, semua usahanya semalaman untuk belajar berakhir sia sia yang juga memupuskan mimpinya.

MFS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang