14. Pergi

704 108 14
                                    

Tok... Tok... Tok...

Suara ketukan pintu mengalihkan fikiran Jenu yang tengah berbaring termenung di atas tempat tidur, dia dengan bingung mendudukkan dirinya, siapa yang bertamu ke kamarnya malam malam begini? Fikirnya berdiri, berjalan ke arah pintu untuk membukanya.

Ceklek

Dua sosok pemuda tinggi terlihat berdiri di depan kamarnya dengan wajah tanpa ekspresi, membuat Jenu semakin bingung. Entah kenapa akhir akhir ini semua orang menjadi semakin aneh.

"Kak Renu, Janu" sapa Jenu menatap Renu dan Janu dengan senyum manisnya.

"Masuk" ucap Renu datar, dia langsung menerobos masuk ke dalam kamar Jenu diikuti oleh Janu di belakangnya yang langsung menutup pintu kamar Jenu begitu saja.

"Kenapa?" Tanya Jenu menatap keduanya dengan kebingungan.

"Pergi dari rumah ini" Janu tanpa basa basi langsung saja menyatakan tujuan mereka berkunjung ke kamar Jenu, dia sudah sangat malas melihat pemuda manis itu selalu mempersuram suasana rumah.

"Gue bakalan kasih lo uang buat hidup jauh dari sini" timpal Renu mengeluarkan sebuah kartu dari sakunya, mengulurkannya ke arah Jenu.

Mata hitam Jenu sedikit bergetar, dia dengan kaku menatap kedua pemuda di hadapannya, mencoba mencari tau apakah mereka serius mengusirnya, namun yang dia lihat hanyalah wajah yang tenang tanpa emosi sedikitpun, membuatnya semakin tertegun di tempat.

"Kenapa...?" Lirih Jenu pelan.

"Gak usah nangis, gue jijik kalo liat lo nangis!" Jenu yang sudah ingin menumpahkan air matanya lantas mencoba untuk menahannya ketika mendengar suara Renu yang cukup galak.

"Lo bukan bagian dari keluarga ini, jadi lo gak perlu ada di rumah ini lagi" Jenu mengerutkan alisnya tak mengerti.

"Maksud Kakak?"

"Lo cuma anak pungut kalo lo masih gak paham juga" Janu membuka mulutnya tersenyum sinis ke arah Jenu yang menatap mereka berdua dengan mata membulat. Dia yakin, walau Jenu bodoh, pasti dia tau apa itu arti anak pungut heh.

"Gak mungkin! Kalian bohong kan sama Jenu!" Seru Jenu berteriak kepada keduanya. Tak ingin mempercayai tebakan di fikirannya.

"Itu kenyataan, jadi ambil ini dan cepet pergi dari sini, sebelum gue suruh lo buat pergi dari dunia!" Renu dengan kasar meletakkan Kartu di tangannya ke dalam genggaman tangan Jenu yang sedikit bergetar, Jenu mundur kebelakang, dia menggeleng gelengkan kepalanya dengan cemas, sepertinya dia terkena serangan panik sekarang, dia memegang kepalanya yang berdengung dengan kuat hingga menjatuhkan kartu yang di berikan oleh Renu ke lantai.

Suara suara yang selama ini dia abaikan entah bagaimana menjadi semakin jelas di telinganya, seakan telinganya yang dulu tuli kini mulai terbuka, dia meremas rambutnya dan menariknya dengan kuat sembari terus menggeleng gelengkan kepalanya, mencoba mengusir suara suara yang terus berdengung di kepalanya.

"Gak! ENGGAK! BERHENTI! DIAM!!" Teriak Jenu dengan histeris, dia meringkuk di sudut ruangan memukul mukul kepalanya, penambilannya yang lima menit lalu masih terlihat rapi, kini sudah menjadi acak acakan, rambutnya berantakan akibat dia tarik dan dia pukuli, wajahnya sudah ternoda cairan merah dan hitam, membuat bajunya yang berantakan ikut terkena noda tersebut.

Sedangkan Jeno tengah sibuk berteriak di sudut, Renu dan Janu hanya saling melirik dan menatap Jenu tanpa minat.

"Besok lo harus udah pergi, inget itu" ucap Renu berbalik meninggalkan kamar Jenu dengan kecepatan kilat, dia merasa jijik berada di kamar tersebut lama lama.

Janu melirik kepergian Renu sekilas, dia melangkah mendekati Jenu di sudut, menjongkokkan tubuhnya di hadapan Jenu yang sudah seperti orang gila. Tangannya terulur mencengkeram rahang Jenu, membuat Jenu mendongakkan kepalanya, menatapnya dengan mata yang gelisah.

MFS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang