empat belas ; perasaan

1.6K 143 2
                                    

Warning :
Selfharm, Suicide
Kalau yang ga kuat bisa skip ya, thank you :)



























Pagi ini merupakan pagi yang melelahkan bagi Renjun. Bukan pagi yang menyambut dirinya dengan baik. Melainkan pagi di mana dirinya merasa ingin menggores lengannya lagi. Lebih banyak. Lebih dalam. Dan tentu lebih melegakan perasaannya.

Hari ini, dirinya bersiap pergi ke kampus bertemu dengan Yangyang, temannya. Teman satu-satunya. Untuk kerja part-time, Renjun libur hari ini. Kun bilang dia akan memberi Renjun libur hari ini karena telah bekerja keras.

Renjun sudah memegang cutternya dengan kuat dan menggoresnya perlahan ke pergelangan tangannya. Darah mengalir perlahan dari pergelangan tangannya. Dia terus menggores lengannya tanpa ada perasaan kasihan kepada dirinya sendiri.

Suara ketukan di pintu menginterupsi kegiatannya. Dia menoleh dan langsung membersihkan darahnya menggunakan tisu. Tak lupa memakai jaket untuk menutupi lengannya. Kemudian, dia membuka pintunya dan muncul Mark di depannya.

"Kenapa kak?" Tanyanya.

Mark menggeleng. "Itu, aku abis beli bubur. Jangan lupa dimakan. Buburnya polos kok sesuai sama kesukaan kamu."

"Makasih kak." Renjun tersenyum lalu melangkah keluar kamar bersama Mark. Kondisi keluarga mereka sudah kembali seperti dulu. Meskipun terasa ada yang kurang, namun tak mengurangi rasa kebersamaan mereka.

"Kerupuk bagi dong! Pada pelit banget," ujar Chenle sembari mencari kerupuk.

"Itu di mangkuk lo udah banyak kerupuk masih minta?" Sarkas Jeno. Ya benar sih, mangkuk Chenle dipenuhi dengan kerupuk namun masih saja meminta kepada yang lain.

"Kurang, kayak lo kurang kasih sayang."

"Setan, ngajak ribut banget ini anak."

Chenle menjulurkan lidahnya. "Bodo amat yang penting lo sayang kan sama gue."

Jeno menggeleng bergidik namun dalam hati dia mengiyakan perkataan Chenle. Mau bagaimana pun dia memang menyayangi Chenle. Meskipun pertengkaran terus terjadi di antara mereka.

"Aku duluan ya, udah ditungguin sama Yangyang," pamit Renjun.

"Hati-hati, Jun," ucap Mark.

"Hati-hati, kak," sambung Jisung. Sementara yang lain masih fokus makan.

"Hari ini aku sama Jaemin ke kampus, Jeno kamu ke kampus juga?" Tanya Mark yang dibalas anggukan oleh Jeno.

"Berarti Haechan sendiri di rumah, gapapa?" Mark memastikan kenyamanan adiknya.

"Heem, gapapa kak. Kayak aku bakal diculik aja sih."

"Yee gak gitu, kamu kan gak betah sendirian maunya ditemenin terus."

Haechan tertawa. "Iya gapapa seriusan."

Mark mengangguk lalu melanjutkan sesi makannya. Setelah selesai makan, mereka semua bersiap-siap untuk pergi. Sebetulnya Jeno memiliki jadwal kelas di sore hari, namun dia berangkat pagi-pagi karena yah seperti biasa. Dia ingin mampir ke rumah Hyunjin.

Sementara Mark dan Jaemin memang memiliki kelas pagi. Berakhir pada sore hari, meskipun Mark lebih dahulu selesai namun dia harus menunggu adiknya itu kan?

Chenle dan Jisung bersekolah. Jam pulang juga sore hari karena entah mengapa sekolah sekarang sangat sore sekali waktu pulang. Tidak seperti Haechan yang dahulu hanya setengah hari.

Haechan ditinggal oleh seluruh saudaranya. Kini, dia sendiri di rumah. Tidak tau ingin berbuat apa, hanya merebahkan diri di kasur sembari mendengar lagu dari ponselnya yang disambungkan ke speaker di kamarnya.

Are we a family?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang