7. Reminiscent

72 9 1
                                    

──────────────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

──────────────

Aku sudah lupa kapan kali pertama aku bertemu dengan Rintaro. Yang kuingat hanyalah, dia yang sering berkumpul dengan kawan-kawannya di coffee shop tempatku kerja paruh waktu semasa kuliah dulu, dan aku cukup yakin bahwa yang selalu dia pesan di tempat itu adalah secangkir macchiato latte. Lalu, dia adalah orang pertama dari kelompoknya yang sadar akan keberadaanku.

"Apa kita pernah bertemu?" aku tengah membersihkan meja ketika dia bertanya waktu itu.

"Aku berada di kelas yang sama denganmu."

Rintaro tidak menyebutkan namanya saat itu, pun aku yang tidak melihat ada urgensi untuk mengenalkan diri padanya. Kami jarang bertegur sapa kecuali interaksi antara pelayan dan pelanggan di dalam coffee shop, atau suatu saat ketika dia dia cukup punya waktu untuk menyapaku, itu pun hanya dengan satu kata 'hai'. 

Alih-alih menyebut namaku, dia memanggilku dengan "Nona Kopi" ketika memesan atau butuh sesuatu di sana. Saat itu aku berpikir bahwa itu adalah bagian dari sinyal bahwa aku hanyalah satu dari banyak orang yang akan lewat dalam hidupnya sejenak, hingga dia tak perlu tahu namaku.

Tidak ada hal tentangnya yang membuatku terkesan, sampai suatu hari dia mulai memberikanku setengah potong dari  chupet yang selalu dia makan, di setiap waktu istirahatku.

"Untukku?" Tanyaku ketika aku keluar dari konter kasir, kemudian dia datang tiba-tiba dengan menyodorkan potongan bekuーyang waktu itu kebetulan memiliki rasa sodaー dari chupet-nya. 

"Ya. Kau tidak suka?"

"Aku lebih suka rasa melon. Tapi terima kasih."

"Akan kuingat, dan sama-sama."

Itu bukan terakhir kalinya dia memberiku potongan chuupet, karena setelahnya pun dia kerap mampir dan melakukan hal yang sama. Tak jarang dia memberiku rasa lain yang menurutnya unik, namun rasa melon adalah rasa yang paling sering dia bagikan. Karena aku pernah bilang menyukainya, mungkin. Hal itu kerap membuatku bertanya apa motif dan tujuannya melakukan ini padaku. Meskipun pada akhirnya aku tahu bahwa tak ada hal istimewa dari hal itu karena sepertinya dia melakukan itu pada banyak orang.

Namun seandainya ada seseorang yang cukup dekat denganku dan dia bertanya apa yang membuatku menyukainya, maka aku akan dengan tegas menjawab bahwa setengah dari chupet yang selalu dia berikan padaku dengan senyum tipis dan kata "semangat!" itulah yang membuat hatiku terpaut olehnya.

Hingga waktu itu, aku belum pernah merasakan bagaimana itu jatuh cinta, yang menurut cerita beberapa orang kawanku, kau akan sulit mendefinisikan apa yang kau rasakan. Begitu pula yang aku rasakan ketika aku mulai sadar bahwa aku menyukai Rintaro. Aku bahkan tidak tahu lagi apa yang memicuku untuk terus melakukan hal tak berguna seperti melewati gedung olahraga saat aku harus mengikuti kelas pagi padahal jalan yang kutempuh dengan melewati tempat itu tiga kali lebih jauh dibanding jalan pintas yang sering aku gunakan. 

[Finished] a Haikyuu!! Fanfiction|Rêverie|Suna Rintaro x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang