1. Prolouge

233 14 0
                                    

──────────────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

──────────────

Udara terasa panas meskipun angin sepoi sesekali menerobos masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka. Meniup rumbai tirai putih yang kini menyapu wajahnya. Wajah rupawan dengan gairah yang membuatku lupa bahwa alih-alih kembali bercinta, aku harus menyiapkan diri untuk segera pergi untuk mengumpulkan pundi-pundi uangku dengan bekerja.

“Aku sudah terlambat,” ucapku di sela lenguhan panjang yang keluar karena gerak sensual yang mulai menjadi candu di bawah sana.

“Aku juga. Jadi tenanglah …,” dia menyahut dengan desibel yang cukup kecil untuk aku tangkap. Namun aku bisa mendengarnya.

“Kau bosnya, tapi aku tidak bisa melakukannya, engh─” Aku berusaha menyelesaikan kalimatku sebelum geraknya semakin menjadi hingga hanya lenguhan demi lenguhan yang bisa kulontarkan.

“Lima menit. “ Pintanya.

"Tidak."

"Ayolah ...."

Aku mengeratkan rangkulan lenganku pada lehernya tanpa sempat mengiyakan. Membiarkan dia terus mendominasi dengan gerakan dan kecupan liar pada setiap inchi kulitku yang terekspos hanya untuknya.

“Rin-rintaro....”

Sebuah progres, bahwa pagi ini aku memanggil namanya tanpa dia merajuk dan memintanya lebih dulu sebelum isi kepalaku memutih oleh klimaks yang mengakhiri pagi bergairah kami hari ini.

──────────────

Orang-orang boleh saja bilang aku gila. Karena memang begitulah adanya.

Tidak ada orang waras yang ingin berhubungan dengan seseorang yang bahkan sudah digariskan untuk menjadi milik orang lain. Dan jika seseorang bertanya siapa yang begitu gila menjadi orang ketiga dalam sebuah hubungan, maka aku adalah salah satu orang yang akan menjadi jawabannya. Terdengar sangat tidak bermoral, tapi aku yakin bahwa tidak ada seorang pun yang ingin tahu seberapa besar aku mencintai seorang Suna Rintaro, melebihi harga diriku sendiri.

Lahir dalam keluarga dengan harta berlimpah ruah membuat nasibku dan nasibnya nyaris berbanding terbalik. Dia tidak perlu bersusah-payah untuk bisa menjadi pimpinan di perusahaan tempatku bekerja, sementara aku harus melewati beribu rintangan untuk bisa sampai pada posisiku.

Dia bisa memiliki hampir semua hal yang dia inginkan kecuali satu, kebebasan. Hal esensial yang diinginkan setiap orang lebih dari apapun.

Untuk bisa memilih dengan siapa dia akan menghabiskan seumur hidupnya, dia harus mengorbankan banyak hal. Aku adalah salah satu orang yang paling awas akan hal itu, hingga aku tidak bisa berekspektasi melebihi batas yang sudah kuatur sendiri.

Aku menepuk kedua belah pipiku untuk mengembalikan konsentrasi yang mulai buyar oleh pikiran negatif tentang hubunganku dengan Rintaro. Akan selalu ada akhir untuk semua hal yang sudah berawal, aku selalu menanamkan prinsip itu pada setiap hal yang terjadi hingga nantinya aku tak akan terlalu lama bersedih. Meskipun dasar hatiku terus bertanya apakah aku akan baik-baik saja ketika saat dia harus meninggalkanku itu datang?

 "Hei, rapat hampir dimulai,” ucap salah seorang rekan yang berdiri menjulurkan kepalanya melewati kubikel yang membatasi wilayah kerja kami. Aku segera mengiyakan, kemudian beranjak menuju ruang rapat di mana hampir sebagian besar petinggi mulai berkumpul untuk membicarakan perencanaan produk hari ini. Yang berarti, dia pun akan berada di sana.

Aku duduk cukup jauh dari tempatnya mengingat posisi kami pun jauh berbeda, namun tak sekali dua kali kami saling bertukar pandang di sela-sela presentasi, di mana aku cukup serius dalam menulis notulensi.

Di akhir presentasi dia nampak menggerakkan bibirnya, mengisyaratkan agar aku datang ke ruangan pribadinya yang berada satu lantai di atas lantai di mana divisiku berada.

Lalu ini yang akan terjadi di setiap jam istirahat berlangsung. Kami yang akan saling menelanjangi dengan bibir yang berpaut satu sama lain. Aku tahu bahwa semua orang akan menganggapku tak lebih dari wanita jalang yang mencoba menggoda seseorang yang telah bertunangan jika mereka tahu apa yang sedang kami lakukan. 

Tapi aku bisa apa? 

Aku mencintainya, meskipun aku tak akan pernah mengutarakan perasaanku ini padanya.

Ada banyak hal yang tidak bisa diungkapkan. Dan bagiku, menenggelamkan perasaan ini ke dasar hatiku yang paling dalam adalah hal paling tepat dari sedikit pilihan yang enggan kujadikan pegangan.

─────────────

[Finished] a Haikyuu!! Fanfiction|Rêverie|Suna Rintaro x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang