4. Unchanged Feeling

72 13 0
                                    

───────────────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

───────────────

Pagi masih meninggalkan sisa gelap ketika aku mulai terjaga. Kemudian menemukan diriku berada dalam pelukannya, di bawah selimut yang bahkan tak sempurna menutupi kami berdua. Aroma sitrus yang berasal dari cologne-nya masih sama seperti yang dia pakai lima tahun lalu. Aroma yang membuatku sadar bahwa aku tengah mengulangi kesalahan itu lagi.

Kalau ada yang berbeda, itu hanya aku yang tidak segera bangkit untuk mempersiapkan agenda 'melarikan diri' kali ini, dan memilih untuk diam dalam dekapannya sembari menatap wajah yang masih pulas itu di tengah kesunyian.

Waktu boleh berlalu. Tapi aku tak menyangka bahwa satu kata 'rindu' yang keluar dari mulutnya cukup membuat dinding yang sudah kubangun tinggi sejak dipertemukan kembali dengannya perlahan runtuh.

Rindu?

Apa yang dia rindukan?

Aku, atau malam yang pernah kami lewati bersama?

Aku paham seks dan cinta adalah dua hal yang berbeda. Karena itu aku berhenti berharap sejak memutuskan untuk pergi lima tahun lalu. Pun kali ini, aku tidak berniat melanjutkan hubungan tidak sehat ini agar tak berakhir kecewa suatu saat nanti.

Matahari sudah mulai merangkak memecah kegelapan saat aku memutuskan untuk bangkit, meskipun beberapa kali Rintaro menarikku lagi ke dalam dekapannya dengan keadaan belum terjaga. Pelan-pelan aku mengudar lengan kokoh yang melingkar pada pinggangku, lalu mulai mengumpulkan beberapa pakaian yang semalam terlempar sembarangan ke seluruh sudut kamar.

Aku melenggang ke dapur setelah berpakaian dan mulai memulai rutinitas pagiku dengan panci penggorengan yang kuisi dengan dua butir telur dan dua potong bacon di atas kompor induksi, kemudian menyalakan pemanggang dan memasukan dua helai roti di sana. 

Terakhir, aku menyiapkan dua cangkir kopi yang kini kuletakan di atas meja dengan uap  yang masih mengepul. Apa yang kulakukan  terlihat sangat ironis dengan keputusan apa yang sedang berusaha kubuat setelah ini.

Tanganku masih bergerak dalam bak cuci ketika aku merasa ada lengan yang melingkar pada pinggangku, disusul oleh aroma sitrus yang sebelumnya sempat mengecoh konsentrasiku.

"Hentikan! Aku sibuk." Kataku sambil berusaha menepisnya dengan menggerakan tubuhku. 

Alih-alih menuruti permintaanku, Rintaro justru meletakkan dagunya di atas bahuku sambil berbisik, "selamat pagi."

Memilih untuk tidak menjawabnya, aku sibuk membilas peralatan memasakku sebelum berkata, "Makanlah, setelah itu keluar dari apartemenku!"

Meskipun aku berkata demikian, Rintaro masih tidak beringsut dan tetap menempel hingga membuatku kesal. Saat aku berusaha memberontak, dia justru memutar tubuhku hingga kami berhadapan. Aku tidak akan salah tingkah kalau paling tidak dia sudah berpakaian, tapi yang kutemukan adalah dia yang hanya mengenakan celana bokser dengan dadanya terbuka.

[Finished] a Haikyuu!! Fanfiction|Rêverie|Suna Rintaro x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang