9. Agitation

50 11 0
                                    

──────────────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

──────────────

Kekacauan terlihat di mana-mana saat aku membuka mata pagi ini.

Rintaro masih terlelap di bawah selimut, tanpa busana. Aku pun sama. Pertanda bahwa kami pun melakukannya semalam tanpa kesadaranku, yang hilang di bawah pengaruh alkohol. Aku tak menemukan pakaianku di lantai kamar, alhasil aku mengambil kemeja Rintaro yang kutemukan pertama kali untuk kupakai kemudian melenggang ke ruang tengah.

Kaleng bir bertebaran di atas lantai sekitar sofa, begitu juga beberapa potong pakaianku dan jas Rintaro.  Aku menghela napas sambil memijat kepalaku yang masih pening. Mencoba mengingat apa yang terjadi semalam membuat denyut di kepalaku semakin parah.

Aku segera memungut pakaianku mengingat kemeja Rintaro tak cukup hangat untuk kupakai di pertengahan musim gugur.

Jam dinding telah menunjuk angka 10 selepas aku selesai mengganti pakaian. Cukup beruntung ini adalah akhir pekan sehingga aku tak perlu mendapat ceramah panjang lebar dari kepala divisi karena keterlambatanku.

Alih-alih membuka kulkas dan memeriksa apa yang bisa kumasak hari ini, aku memilih untuk duduk termenung di meja makan dengan benak yang masih mencoba mengumpulkan fragmen kecil dari kejadian semalam, namun yang kuingat hanya sampai ketika aku mencoba datang menyambut Rintaro dengan pelukan.

Pengaruh alkohol itu menyeramkan, mengingat aku tidak akan pernah tergerak memeluknya lebih dulu di saat aku sepenuhnya sadar. Itulah salah satu sebab mengapa aku sedikit cemas dengan apa yang terjadi semalam. 

Di tengah kekacauan yang berputar dalam kepalaku, Rintaro muncul dari balik pintu kamar hanya dengan trunk-nya saja. 

"Pagi!" katanya sebelum mendekat dan mengecupku singkat.

"Kapan kau akan terbiasa memakai bajumu sebelum keluar kamar?"

Melihatnya lalu lalang dengan bertelanjang dada membuatku terganggu, meskipun aku harus mengakui bahwa dia memiliki postur sempurna.

"Kapan kau akan berhenti bangun lebih dulu, dan membiarkanku memelukmu lebih lama?" balasnya sambil membuka kulkas dan mengeluarkan karton susu dari sana.

Lihat! Dia sudah bertindak seolah dia tuan rumahnya.

Aku bangkit dan bermaksud untuk mulai membereskan semua kekacauan yang tersisa, tapi Rintaro mencegatku dengan membopongku dan membuatku terduduk di atas meja makan.

Aku mendengus kesal, "apa lagi?"

"Tidak mau cerita tentang apa yang membuatmu semabuk itu?"

Aku sudah berniat melupakan dan berhenti menduga apa yang cukup potensial kulakukan semalam, tapi laki-laki ini memulainya lagi.

"Aku melakukan sesuatu?"

"Kau liar sekali semalam."

Aku meninju bahunya keras-keras, mencoba menutup kenyataan bahwa saat ini pipiku mulai panas.

[Finished] a Haikyuu!! Fanfiction|Rêverie|Suna Rintaro x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang