ISENG
TINGGALKAN LAPAK INI•
•
•
Jenny memutar bola mata jengah. Sesekali ia mencuri pandang kearah Jane yang sedang berputar-putar di depan cermin dinding.
"Cepat pergi." usir Jenny tidak tahan. Jane menghentikan tarian Random-nya. Dihampirinya Jenny sembari memasang tampang memohon.
"Ayolah Jenny, ikut dengan ku. Temani aku. Kau di dalam mobil saja nanti. Kemarin kau bilang khawatir dengan ku bukan? Maka dari itu ayo-"
"TIDAK!" potong Jenny tegas. Ia bangkit berdiri berlalu begitu saja meninggalkan kamar mereka yang berada di lantai tiga.
"Jenny! Wait for me!" pekik Jane mengejar Jenny. Gadis itu terus memohon dan memohon. Hingga suara bel rumah berbunyi menghentikan rengekannya.
"Sepertinya teman mu, cepat pergi." usir Jenny mendorong tubuh Jane menuju pintu keluar. Membuka pintu itu dan dilihatnya tiga perempuan serta tiga laki-laki berdiri di depan sana.
Jenny yang melihat pemandangan tersebut hanya menggeleng kepala. Mengapa begitu ramai? Seperti rentenir yang hendak menagih hutang saja.
"Hai, Jenny." sapa gadis di depan.
"Kau tidak ingin ikut?" tanya seorang laki-laki.
"Tidak." jawab Jenny terdengar seperti mengusir. Ia mendorong kasar tubuh Jane kepada tiga perempuan tersebut. Dan di sambut hangat oleh mereka.
"Tenang saja Jenny. Mimik wajah mu terlihat jelas seperti berkata 'tolong jaga adik ku' tentu saja, kami akan menjaganya. Kami pastikan dia pulang dalam keadaan sehat tidak mabuk sedikitpun." ucap laki-laki yang lain semangat.
Jenny hanya mengangguk paham, menggerakkan tangan kanannya seperti cepatlah pergi.
"Baik. Kami pergi. Bye Jenny!"
"JENNY! JIKA NANTI KAU DICULIK ATAU BAHKAN DIBUNUH. AKU BERSUMPAH TIDAK AKAN SEDIH." pekik Jane sebelum akhirnya memasuki mobil. Dia tidak sadar akan ucapannya. Juga, dia seharusnya menyesal sudah mengatakan itu.
Jenny diam di tempat. Setelah mobil menghilang dari pandangan ia menutup pintu dan tak lupa menguncinya. Entah mengapa ucapan Jane begitu mengganggu pikiran, tidak biasanya begini.
SATU
DUA
Tiga jam berlalu. Jane tak juga kunjung pulang. Jenny yang sedang berbaring di ranjang tidak bisa tidur tenang sebelum gadis manja itu pulang. Setengah jam dia habiskan untuk menelpon orangtuanya, sisanya ia gunakan untuk belajar, menonton telivisi dan memikirkan Jane. Bahkan ponsel gadis itu tidak aktif. Kurang ajar! Lihat saja nanti, dia bersumpah akan menghajar gadis itu habis-habisan.
Ingin menelpon teman Jane. Namun sayang Jenny tidak memiliki nomor mereka. Ia sungguh menyesal tadi sebelum pergi tidak meminta nomor ponsel mereka satu-persatu.
TING
TONG
Dikarenakan sunyi, hanya suara jangkrik yang sesekali terdengar. Jenny yakin ia mendengar bel rumahnya berbunyi. Sudah jam dua belas malam. Siapa yang tengah malam begini datang bertamu?
KAMU SEDANG MEMBACA
KIDNAPPED [END]✓
Romance(18+) Seorang pembunuh berantai tertarik kepada seorang gadis pada hari pertama keduanya bertemu, bukan menculik, ia hanya ingin gadis itu selalu berada disisinya. Namun mengapa orang-orang menganggap itu 'penculikan' ? _____________________________...