Sakit, sangat sakit.
Susah payah mata yang dihiasi dengan bulu-bulu lentik itu terbuka. Gadis itu, Jane Lewis. Ia mengerutkan kening menyesuaikan pencahayaan yang begitu terang benderang, terasa seperti menusuk-nusuk mata birunya.
Jane merasakan tubuh kecilnya seperti berada di atas awan. Terasa seperti terambang-ambang, begitu lembut nan nyaman.
"Apa kau putri tidur?"
DEG
Suara yang begitu familiar mengejutkan Jane. Ia berusaha bangkit dari tidurnya. Ketika telapak tangan yang dibalut perban itu ia gerakkan, saat itu pula sekujur lengannya terasa perih. Jane meringis pelan.
"Kau pingsan tiga hari. Mengapa kau begitu lemah?" pria itu berucap datar. Menarik lengan kanan Jane dengan kasar, bermaksud membantu gadis itu duduk.
Kakiku.
Ringis Jane begitu pilu. Ia menatap sedih kepada dua kaki yang dulunya indah itu kini dibalut rapi menggunakan perban. Walau tiga hari sudah berlalu. Rasa sakit yang ia derita masih terasa. Apalagi mengingat kejadian di ruang bawah tanah silam.
"Makan."
Perintah pria itu, mengambil semangkuk bubur di atas meja. Memori silam terulang, ia trauma juga mendadak jijik dengan bubur.
Mau menolak? Ia takut kejadian silam terulang kembali. Ditambah kondisinya yang memprihatinkan.
Maka terpaksalah ia menyerah. Jane membiarkan pria itu menyuapinya. Hingga di sendok terakhir. Jane menghabiskan seluruh buburnya sesekali menahan nafas. Guna agar tidak merasakan rasa dari bubur tersebut.
"Minum"
Lagi-lagi Jane menurut. Ini dia yang gadis itu nantikan. Minum. Tiga gelas ia habiskan. Setelahnya pria itu pergi dari kamar sembari membawa mangkuk juga gelas kotor.
Jane terdiam. Cukup lama ia melamun. Ia sedih, namun tidak bisa menangis. Ia takut, namun tidak bisa berbuat lebih.
"Ah . . ." lirih Jane susah payah menggerakkan kedua kakinya.
Mengapa nasibnya begitu menyedihkan? Mengapa harus dia? Mengapa? Apa ini takdir? Apa ini hukuman? Tapi, mengapa?
Kantung kemih terasa penuh. Dia harus ke kamar mandi. Dalam keadaan seperti ini, apakah bisa?
Perlahan demi perlahan Jane turun dari ranjang. Ini kamar pria itu. Serba abu-abu. Lihatlah, betapa sukanya pria gila itu begitu dengan warna abu-abu.
"Mau kabur?"
Jane yang baru saja berhasil duduk di atas lantai tersentak kaget. Ia menatap takut wajah datar pria itu.
"A-aku mau buang air." jawab Jane terbata-bata. Tidak berani menatap lawan bicara.
"Bagus, dengan begini kau tidak bisa kemana-mana." tanpa aba-aba pria itu menggendong Jane ala Brydal style.
Membawa gadis itu ke dalam kamar mandi. Membantu gadis itu untuk menyelesaikan hajatnya.
BYUR
KAMU SEDANG MEMBACA
KIDNAPPED [END]✓
Romance(18+) Seorang pembunuh berantai tertarik kepada seorang gadis pada hari pertama keduanya bertemu, bukan menculik, ia hanya ingin gadis itu selalu berada disisinya. Namun mengapa orang-orang menganggap itu 'penculikan' ? _____________________________...