Jenny berusaha melawan dengan sisa-sisa tenaga ketika pria itu menarik paksa kakinya. Menghempas tubuhnya keatas ranjang.
"Aku butuh hiburan." ucap pria itu datar sibuk membuka ikat pinggang jins hitam nya.
"TIDAK! JANGAN! KUMOHON!" Pekik Jenny ingin kabur. Seakan tau akan niat Jenny, pria itu menahan pinggang ramping Jane. Membawa kembali tubuh rapuh itu untuk kembali berbaring. Lalu mengikat kedua tangan kecil itu menggunakan ikat pinggang-nya di atas kepada.
Jenny menggeliat panik ketika celana tidurnya di buka paksa. Disusul celana dalam.
"TIDAK! DASAR PEMBUNUH BRENGSEK! KAU CABUL SIALAN! KAU-"
PLAK
"Jaga ucapan mu." tekan pria itu tidak terima. Ia membuka topi Hoodie yang menutupi wajahnya. Kini dibalik cahaya rembulan malam dapat Jenny lihat wajah pria itu dengan jelas.
"Kau brengsek! Ummmppphhh." bibir-nya dilumat paksa. Sangat kasar dan brutal. Tubuh rapuhnya dikunci, membuat Jenny kesulitan untuk melawan.
TSK
Darah segar mengalir dari bibir Jenny. Ya bibir bawahnya digigit.
Pria itu mendekatkan wajahnya pada wajah pucat Jenny. Sangat dekat membuat Jenny akhirnya menangis dalam diam.
"Kau pasti berpikir aku seorang pemerkosa yang membunuh para korban, benar? Kau salah,"
Jenny hanya bisa menggelengkan kepala. Tidak sanggup untuk berbicara.
"Kau adalah korban pertama yang aku perkosa. Ya aku akan memperkosa mu. Diantara empat puluh empat gadis yang kubunuh, kaulah satu-satunya gadis yang akan kuperkosa."
Jenny merasakan payudara perih. Diremas kuat dibalik baju tidurnya yang masih lengkap. Kecuali bagian bawah.
Tidak! Dia tidak mau diperkosa! Dia berharap seseorang tiba-tiba datang! Dan Jane, ia berharap Jane tidak pulang. Dia tidak ingin Jane juga ikut dibunuh! Dia tidak ingin Jane juga tersiksa!
Tapi disisi lain dia berharap tiba-tiba Jane pulang. Menyelamatkannya walau mungkin tidak sepenuhnya berjalan lancar. Tapi setidaknya Jane harus pulang! Bolehkah begitu?
Tanpa aba-aba, sesuatu yang keras dibawah sana memasuki miliknya yang masih rapat nan suci.
"TIDAAAK!"
PLAK
"Shit! Sangat sempit!" pria itu memasukkan miliknya perlahan senyaman mungkin. Tunggu, apa? Perlahan? Tidak, kenapa harus perlahan?
JLEB
"AAAAAAA! TIDAAAK! KU-KUMOHON! HENTIKAN! AAA!"
PLAK
Sekali hentakan, bahkan hentakan demi hentakan terasa begitu menyakitkan bagi Jenny.
Pria itu melakukan dengan brutal, tidak peduli dengan miliknya yang dijepit kuat oleh milik Jenny yang masih rapat, sempit.
PLOK
PLOK
PLOK
Juga tidak peduli dengan sang empu yang kesakitan, menangis pilu. Memohon untuk berhenti.
PLAK
PLAK
PLAK
Tamparan demi tamparan ia berikan. Membuat wajah Jenny membengkak. Bahkan ia juga mencekik kuat leher jenjang Jenny. Merobek pakaian atas Jenny dan menggigit kuat kedua sisi bahu mulus Jenny.
"Hic... Hic... AAAAAAA!"
Jenny menjerit ketika keduanya menuju Klimaks.
"Mendesah, bukan menjerit." bisik pria itu belum puas. Kini ia melepaskan seluruh celananya. Kecuali sarung tangan hitam dan Hoodie yang ia kenakan, pria itu enggan untuk melepaskan-nya. Lalu Jenny, ia menanggalkan seluruh pakaian gadis itu.
PLAK
Bokong Jenny ditampar. Kini pria itu mengganti posisi. Dengan Jenny yang menungging layaknya anjing. Yeah Doggy-style juga tidak buruk.
Kedua lengan Jenny ia kunci kebelakang. Bahkan ia tarik sekencang mungkin membuat Jenny berteriak kesakitan.
Lagi-lagi tanpa aba-aba apalagi tanpa memperdulikan rasa sakit. Pria itu langsung memasukkan miliknya, kali ini ke dalam lobang anus Jenny.
"Shit! Sempit."
PLAK
Ia mulai memaju-mundurkan pinggulnya secara cepat nan brutal. Juga senang menampar bokong gadis itu hingga memerah layaknya pantat monyet.
"HIKS... HIKS... S-STOP IT! KUMOHON HENTIKAN! AAAAAAA!!!"
Keduanya organisme bersamaan. Masih di posisi yang sama, hanya saja kali ini bukan lagi lobang anus yang ia masukkan. Pria itu kembali memaju-mundurkan pinggulnya. Juga ikut membungkuk agar lebih leluasa menghirup aroma Jenny dari belakang. Sesekali tangan kanannya ia gunakan untuk meremas payudara Jenny dari belakang tentunya.
Sang empu berteriak histeris. Menangis histeris, memohon untuk berhenti. Semua ia hiraukan.
"Kau begitu nikmat." bisik pria itu parau. Lalu mulai menjambak kuat surai panjang Jenny dari belakang. Sesekali juga mencekik leher jenjang itu, membuat Jenny kesakitan juga kesusahan untuk bernafas.
Jenny tidak sanggup lagi, jika sudah begini bukan hanya tubuh yang sakit. Namun juga hati.
Haruskah dia minta dibunuh saja? Lebih baik mati daripada menjalani kehidupan dengan gangguan psikis.
•••
Gadis remaja bersurai pirang gelap sepinggang turun dari sebuah mobil putih.
"Sampai jumpa disekolah Jane!" pekik beberapa remaja di dalam mobil. Hanya lambaian semangat yang Jane berikan. Setelah mobil melaju Jane berjalan menuju rumahnya.
TING
TONG
Jantung gadis itu memompa cepat. Bukan tanpa alasan. Ia takut Jenny marah. Yah! Dia takut gadis itu marah besar. Pertama, karena dia pulang larut, yah sekarang sudah pukul tiga pagi! Kedua, karena ponsel Jane mati alias Lowbat. Jane yakin pasti kembarannya itu khawatir dan menelponnya berkali-kali tadi.
TING
TONG
Lima menit ia menunggu. Namun pintu tak juga kunjung dibuka.
"Apa dia tidur?"
TING
TONG
Kesal, Jane menggoyang-goyangkan engsel pintu sembari berteriak.
"Jenny buka pint-"
CKLEK
Tidak dikunci. Ternyata pintunya tidak dikunci?
"Jenny?" bisik Jane lalu segera berlari memasuki rumah.
Tidak ada yang mencurigakan dilantai satu, segera ia berlari menaiki lantai dua. Dan juga tidak ada apa-apa di sana. Terakhir, lantai tiga.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
KIDNAPPED [END]✓
Romance(18+) Seorang pembunuh berantai tertarik kepada seorang gadis pada hari pertama keduanya bertemu, bukan menculik, ia hanya ingin gadis itu selalu berada disisinya. Namun mengapa orang-orang menganggap itu 'penculikan' ? _____________________________...