Selamat membaca••••
Fio mengerjapkan matanya pelan. Menyesuaikan dengan cahaya di sekitar. Ia melenguh pelan, kepalanya terasa pusing.
Ruangan serba putih ini membuat ia mengernyit heran. Apakah ini rumah sakit? Bau obat-obatan juga memenuhi indra penciumannya.
Ia ingin menggerakkan tangannya. Namun terasa berat, seperti ada yang menahan. Sedikit bangkit untuk melihat apa yang menindih tangannya.
Lagi-lagi ia dibuat kaget, matanya kembali memancarkan sebuah permusuhan kepada seorang lelaki yang kini tengah tertidur di atas kursi yang beralaskan tangannya.
Napasnya memburu, segera ia menyentak tangannya dengan kuat. Mendorong jauh lelaki yang kini sudah bangun itu. Fio bisa melihat kekagetan di wajah tampannya.
Meski pening melanda, hal itu tidak membuat tenaga Fio berkurang.
“Apa yang kau lakukan di sini, brengsek? Apa yang kau lakukan, hah?” Fio berteriak histeris. Ia melemparkan bantal dan buah yang ada di atas meja ke wajah Savier.
Melihat hal itu, Savier panik bukan main. Ia kaget, sungguh.
“Fio, tenanglah!”
Savier mencoba mendekat. Tetapi Fio justru melemparnya dengan pisau buah yang ada di meja dekat brankar.
Untungnya Savier bisa menghindar.
Savier terbelalak kaget. Astaga, tadi itu berbahaya sekali.
Dokter Rini masuk ke ruangan ketika mendengar keributan diikuti dua suster dibelakangnya.
Ia kaget ketika melihat ruangan ini sudah berantakan. Bahkan ada pisau yang menancap di sofa.
Pasiennya juga berteriak histeris. Menyebutkan kata-kata brengsek dan penjahat kelamin berulang kali.
“Ada apa ini?” Ia bertanya dengan panik.
“A—aku tidak tahu, dia tiba-tiba seperti itu.” Savier mengusap wajahnya kasar. Matanya sudah memerah karena menahan tangis ketika melihat Fio yang seperti ini.
Dokter Rini menghela napas, ia mendekati pasiennya itu.
“Ibu, tolong tenang, ya!” Dia berusaha mendekatkan diri. Berusaha menenangkan pasiennya ini.
Tatapan Fio yang semula tajam kini berubah sendu. Tidak ada lagi teriakan histeris.
“Bantu aku ... tolong!” Fio berucap lirih. Sesekali ia sesegukan.
“Di—dia ... dia itu penjahat!” Telunjuknya mengarah kepada Savier. Menatap tajam ke arah lelaki yang kini tengah terdiam itu.
“Usir dia dari sini! Aku tidak mau melihat dia! Aku tidak mau melihat bajingan ini lagi.” Fio menelungkupkan wajahnya di kedua lutut.
Tangisannya terdengar pilu. Batinnya tersiksa. Ia ingin mengejar impiannya, ia masih ingin menjadi dokter. Tetapi kenapa lelaki ini malah menghancurkannya.
Savier hanya bisa terdiam. Ia tidak bisa mengucapkan apa-apa lagi. Lidahnya kelu. Bahkan untuk menggerakkan tubuhnya pun ia tidak mampu. Yang ia lakukan hanya menatap sendu ke arah Fio yang sedang menangis. Suara tangisan itu menyayat hatinya.
“Pak? Tolong keluar!”
Ucapan Dokter Rini menyadarkan Savier. Ia segera berbalik, mengepalkan tangannya ia segera keluar dari ruangan tersebut.
Setelah ditutupnya pintu itu, Savier segera terduduk di samping pintu tempat Fio dirawat.
Ia menyugar rambutnya kebelakang. Membenturkan kepalanya ke dinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVIER : HE'S A GOOD PAPA
Romance••• Jangan lupa pencet vote dan komennya ya ges😂 ••• Ferlin Fioala Vexi, gadis remaja berusia 17 tahun yang memiliki segudang mimpi itu harus rela saat mimpinya hancur ketika ia diperkosa oleh teman sekolahnya sendiri. Ia tidak menyangka bahwa lela...