PART 11

16.3K 1.2K 17
                                    

Selamat membaca

***

“Saya ingin menggugurkan kandungan ini, Dok! Tolong bantu saya, saya gak mau hamil. Saya masih ingin sekolah.”

Gerakan tangan Savier yang ingin membuka pintu ruang rawat Fio terhenti. Isakan disertai dengan permohonan itu membuatnya terpaku. Seolah ada yang menghantam dadanya dengan kuat, rasa sesak itu memenuhi rongga dadanya.

Kenapa? Savier baru saja bahagia ketika mendengar bahwa dirinya sebentar lagi akan menjadi ayah. Kenapa sekarang malah jadi seperti ini.

“Tapi, Bu. Melakukan tindakan aborsi itu melanggar hukum.”

“Saya gak perduli, saya gak mau mengandung anak dari pria brengsek itu.”

Savier tergugu mendengarnya. Tangannya yang memegang bungkus makanan terkepal erat. Matanya sudah memanas.

“Apa Ibu korban permekosaan? Jika iya, maka tindakan aborsi bisa dilakukan.”

“Iy—”

Perkataan Fio terhenti ketika pintu ruang rawatnya dibuka secara kasar. Mereka sontak menoleh kaget ke arah Savier yang berdiri di sana. Napas lelaki itu memburu, mata serta wajahnya sudah memerah menahan emosi.

Savier menatap tajam ke arah Fio sebelum tatapannya teralih kepada dokter bername tag Abigail itu. “Jangan pernah mencoba untuk melenyapkannya jika tidak ingin nyawamu juga ikut lenyap!”

Dokter Abigail sontak kaget mendengar ancaman itu. Ia menghembuskan napasnya pelan.

“Maaf, Pak. Jika Ibu ini adalah korban dari pemerkosaan, maka hal tersebut boleh dilakukan.”

“Jangan harap bisa membunuh anak saya. Persetan dengan pemerkosaan. Saya bisa menuntut anda karena telah melakukan tindakan aborsi jika itu terjadi.”

Fio segera turun dari brankarnya, berjalan tertatih menghampiri Savier.

Plak!

Kepala Savier tertoleh ke samping. Ia memegangi pipinya yang berdenyut nyeri.

“Brengsek! Aku tidak mau mengandung anakmu! Aku tidak mau.” Fio menekan kata-katanya, menegaskan bahwa ia tidak mau melakukan hal itu.

Savier menatap tajam ke arah Fio, mencengkram pundak wanita itu dengan erat membuat Fio meringis pelan.

“Katakan sekali lagi jika kamu ingin mengarbosi anak itu. Maka saya akan menghancurkan rumah sakit yang berani membunuh dia.”

Fio menangis terisak. Ia tidak mau, sungguh, ia tidak mau. Ia masih ingin sekolah, mimpinya belum tercapai.

Wanita itu berteriak histeris, memukul dada lelaki yang ada di hadapannya ini dengan brutal.

Diperlakukan seperti itu, Savier hanya terdiam. Tidak menghindar ataupun menghentikan tindakan Fio. Ia membiarkan wanita itu melampiaskan kemarahannya.

Pukulan yang Fio berikan kepada lelaki itu terhenti. Badannya merosot ke bawah, ia menangkupkan wajahnya ke telapak tangan. Fio terisak lirih “Aku tidak mau!”

Tidak tahan melihat Fio yang terduduk di lantai. Savier segera menggendong wanita itu, membawanya kembali ke tempat semula.

Wanita itu berbaring membelakangi Savier. Fio memejamkan matanya. Ia terlalu enggan untuk melihat wajah lelaki itu.

Savier menghela napas lelah. Sepertinya wanita ini muak melihatnya. Yah, Savier sudah terlanjur mencintai anaknya. Jadi ia harus bersikap egois sekarang.

Savier menghadap ke arah dokter Abigail. Sorotan matanya tetap tajam dan terkesan dingin.

“Saya tidak akan mengizinkan dokter manapun membunuh anak saya. Saya akan melakukan apapun kepada mereka yang mencoba membunuh dia, termasuk melenyapkannya!” Suara Savier terdengar menakutkan di telinga Dokter Abigail.

SAVIER : HE'S A GOOD PAPA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang