PART 21

10.5K 823 72
                                    

Selamat membaca.

•••

Hari sudah menunjukkan pukul 23:12 malam. Tapi Savier tetap tidak bisa tidur dengan tenang. Lelaki itu kembali membuka matanya. Sudah berulang kali ia melakukan hal yang sama. Membuka mata lalu menutupnya kembali.

Rasa gelisah selalu memenuhi hatinya. Ia kemudian bangkit dari ranjang yang menjadi tempat tidurnya. Savier melangkahkan kakinya menuju ranjang, di mana tempat Fio sedang memejamkan matanya. Tampaknya wanita itu tidur dengan lelap. Berbanding terbalik dengan dirinya.

Savier duduk di pinggir ranjang. Ia menatap sendu ke arah Fio. Tangannya terulur menyentuh rambut wanita itu. Savier mengelusnya secara perlahan, takut jika nanti membangunkan Fio.

“Kenapa sulit sekali. Saya pikir ketika sudah menikah, kamu akan menjadi milik saya. Tapi ternyata kamu malah membenci saya.”

Tatapannya teralih ke arah perut Fio. Tangannya menyentuh perut wanita itu yang sudah membesar. Padahal usia kandungan Fio baru menginjak 5 bulan. Tapi perut wanita itu sudah sebesar ini. Fio selalu enggan ketika diajak ke rumah sakit. Padahal Savier ingin melihat bagaimana perkembangan anaknya di dalam sana.

Ia tertegun sejenak ketika merasakan sebuah tendangan yang menyapanya.
Savier mendekatkan wajahnya ke perut wanita itu. “Hey, makhluk kecil, apa kamu mendengar saya?” Lelaki itu terkekeh geli ketika tidak ada jawaban sama sekali.

Semenjak kandungannya membesar, Fio sudah memulai home schooling. Meskipun bersekolah di rumah. Tetapi wanita itu selalu tampak kelelahan. Tidak ada yang berubah dari pernikahan mereka. Hambar dan menyakitkan, Fio selalu enggan ketika ia sentuh. Wanita itu akan mengamuk ketika dirinya mencoba mendekat.

Jadi, sebisa mungkin Savier menjauh, meskipun itu terasa sangat menyakitkan untuk dirinya.

Fio hanya mau berbicara dengan ibu dan ayahnya. Bahkan wanita itu terlihat sangat akrab dengan Terisa. Hal itu membuat Savier merasakan sedikit kelegaan.

Savier membaringkan tubuhnya di samping Fio. Ia memutar tubuh wanita itu agar berhadapan dengannya. Savier membawa kepala Fio ke dadanya. Ia mengecup pelan rambut wanita itu. Hanya ketika Fio tidur Savier dapat melakukan hal ini tanpa pemberontakan.

Ketika pagi menjelang, Savier akan mendengar suara teriakan serta jambakan di rambutnya. Kemudian Fio akan menangis kencang, wanita itu selalu meminta dirinya untuk pindah kamar. Tapi tentu saja hal itu ditolak mentah-mentah oleh Savier. Cukup
dengan terpisah ranjang saja, meskipun pada akhirnya Savier akan tetap tidur di
ranjang wanita itu.

Ia sudah terbiasa dengan hal itu. Jadi, dirinya tidak sabar untuk menantikan reaksi wanita itu besok pagi.

•••

Fio mengerjapkan matanya perlahan. Ia menghela napas pelan ketika menyadari
sekarang Savier tidur di sampingnya lagi.

Tidak ada teriakan dan tangisan seperti biasa. Wanita itu sudah lelah melakukannya berulang kali. Savier tidak akan mau menjauh darinya, meskipun Fio terus memukul dan mengumpati lelaki itu.

Matanya menatap datar ke arah Savier. Bohong jika Fio mengatakan lelaki ini jahat. Nyatanya Savier adalah lelaki yang baik, dia selalu memberi perhatian kepada Fio.

Memijat kakinya ketika Fio mengeluh pegal. Meskipun Fio terus memberontak dan mengatakan bahwa tidak mau dipijat oleh lelaki itu. Tapi Savier tetap melakukannya, lelaki itu tidak peduli jika rambutnya akan dijadikan samsak kekesalan wanita itu.

Tapi hal itu tidak menjadikan alasan bagi Fio untuk menerima Savier. Tidak
menjadikan alasan untuknya melupakan betapa kecewanya wanita itu dengan apa yang dilakukan Savier terhadap dirinya dulu. Merenggut apa yang ia jaga.

SAVIER : HE'S A GOOD PAPA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang