Selamat membaca.
•••
Savier hanya menatap datar ketika para siswi masih bertahan mengelilingi dirinya. Ya, sejak bel istirahat berbunyi, lelaki itu tidak bisa keluar untuk mengisi perutnya di kantin.
Pertanyaan-pertanyaan aneh terus dilayangkan oleh siswi-siswi itu.
“Astaga! Ke mana aja gue selama ini sampai gak pernah sadar kalau ada pangeran di sekolah ini.” Suara bernada centil itu berasal dari Amber, salah satu wanita yang menjadi saingan Amelia soal kecantikan di sekolah ini.
Amber berasal dari kelas XII IPS 1. Ketika ia mendengar desas-desus bahwa ada murid baru yang tampan di sekolah ini, yang berada di kelas XII IPA 1, Amber segera menuju ke sana, ketika bel istirahat berbunyi untuk melihat siapa murid baru tersebut.
Mata wanita itu berbinar ketika melihat wajah tampan lelaki yang duduk di bangkunya ini.
Savier menghela napas, ia sudah tidak tahan lagi berada di situasi seperti ini.
Kenapa wanita-wanita ini terus saja mengganggunya. Ia risih diperlakukan seperti ini.
Savier mulai bangkit dari duduknya, berniat untuk keluar dari kelas ini. Tapi niat itu ia urungkan ketika ia merasa ada yang menahan tangannya.
“Mau ke mana?”
Lelaki itu mengalihkan tatapannya ke arah bawah. Segera ia tepis tangan Amber dengan kasar. Savier menatap tajam ke arah wanita itu, membuat Amber dan siswi lainnya menjadi ciut.“Jangan sentuh saya!” Suara Savier terdengar dingin. Ia tidak suka disentuh oleh wanita seperti Amber.
Para siswi yang sedari tadi mengelilingi lelaki itu segera menyingkir. Memberi akses untuk Savier berjalan keluar.
Tangan Amber terkepal kuat. Sialan! Ia tidak suka diperlakukan seperti ini. Wanita itu menghentakkan kakinya sebelum keluar dari ruangan tersebut.Savier dapat bernapas lega ketika ia sudah sampai di kantin. Sekolah hari ini sungguh berisik.
Bukankah dulu ia selalu dipandang remeh? Tapi kenapa sekarang murid HSN menatapnya dengan tatapan memuja? Bukankah mereka semua seperti penjilat? Itu menjijikkan.
Ia berjalan menghampiri petugas yang senantiasa menyiapkan makanan untuk para murid di sekolah ini.
“Seperti biasa.” Perkataan itu membuat wanita paruh baya yang ada di hadapan Savier mengernyit bingung. Pasalnya dia tidak tahu siapa murid yang ada di hadapannya ini. Ia baru pertama kali melihatnya.“Maaf?”
“Anda tidak mengenali saya?” Wanita di hadapannya ini hanya menggelengkan
kepalanya dengan raut wajah bingung. Membuat Savier menghela napas. Kenapa tidak ada yang mengenali dirinya?
“Saya Savier Alexander Deril. Bisakah Anda memberikan makanan saya seperti
biasanya?”
Mulut wanita itu menganga tidak percaya. Savier? Lelaki cupu yang sering dibully itu? Yang benar saja!
Savier menjentikkan jarinya ke depan wajah wanita tua tersebut. Membuat wanita itu tersadar kemudian segera menyiapkan makanan untuk Savier.
5 menit ia menunggu dan akhirnya makanan itu telah siap. Savier segera mengambil makanan yang diserahkan wanita parah baya itu. “Terima kasih.”
Ia berjalan ke arah meja yang berada di sudut ruangan ini. Tempat biasa dia makan.
Puding, sushi, dan susu. Itulah makanan dan minuman yang disukai Savier di sekolah ini. Savier menikmati makanannya dalam diam. Sebelum akhirnya harus terganggu oleh
suara keributan dan pekikan murid HSN.Lelaki itu mendongakkan kepalanya, melihat kekacauan yang sedang terjadi sekarang. Ia menyipitkan matanya, ingin melihat siapa yang sedang dibully sekarang.
“Kenapa gue harus ketemu sama orang-orang sialan di sekolah ini!” Amelia, lagi-lagi wanita itu yang membuat kekacauan.
Bisa Savier lihat rambut wanita itu ditarik kuat oleh Amelia. Serena, gadis yang sama seperti dirinya. Dibully habis-habisan karena penampilannya yang cupu dan tidak berkelas.Yah, keluarga wanita itu kaya raya. Tapi hal tersebut tidak menjadikannya bebas dari pembullyan di sekolah ini. Bukankah sudah pernah ia bilang?
Di sekolah ini kalian harus siap dibully jika penampilan kalian cupu dan miskin.
“Baju gue jadinya basah. Ya Tuhan, sudah berapa orang yang membuat baju gue jadi berantakan gini.” Suara Amelia kembali terdengar. Ia kesal sekali, apakah mereka
semua sengaja menabrak dirinya?
“Gue gak sengaja.” Suara wanita itu terkesan dingin. Ia tidak pernah menangis ataupun ketakutan ketika dibully.
Amelia segera melepaskan genggaman tangannya dari rambut Serena. Ia menatap tajam ke arah wanita ini. “Mata lo diletakkin di mana? Dengkul?” Amelia bersedekap dada. Memandang rendah wanita yang ada dihadapannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVIER : HE'S A GOOD PAPA
Romance••• Jangan lupa pencet vote dan komennya ya ges😂 ••• Ferlin Fioala Vexi, gadis remaja berusia 17 tahun yang memiliki segudang mimpi itu harus rela saat mimpinya hancur ketika ia diperkosa oleh teman sekolahnya sendiri. Ia tidak menyangka bahwa lela...