PART 10

17.1K 1.3K 7
                                    


Selamat membaca

***
Fio menatap nanar ke arah testpack yang ada di genggamannya. Dua garis, yang menandakan bahwa dia tengah mengandung sekarang. Mengandung anak dari bajingan itu.

Badannya merosot ke bawah.

Fio berteriak histeris, ia menjambak rambutnya kuat. Kepalanya ia benturkan ke dinding kamar mandi.

Hancur sudah, mimpinya telah hancur sekarang. Sia-sia sudah dia mendapat beasiswa. Apa yang harus ia lakukan sekarang. Savier brengsek, semua ini karena lelaki itu. Seharusnya ia tidak membukakan lelaki brengsek itu pintu.

Kenapa ini harus terjadi kepadanya?

Benturan yang ia lakukan terhadap kepalanya sendiri membuat darah segar mengalir dari sana.

Teriakan serta aksi membentur kepalanya terhenti, mata Fio beralih menatap ke arah perutnya. Ia tertawa terbahak seperti orang gila.

Sekarang yang ia lakukan adalah memukul perutnya dengan kencang.

“Mati ... mati ... mati!” Ia terus memukuli perutnya. Meneriaki kalimat mati berulang kali.

“Astagfirullah!” Seorang pria paruh baya berdiri di ambang pintu kamar mandi. Di belakangnya ada tiga orang yang menatap khawatir ke arah Fio.

Suara teriakan Fio, membuat tetangga disekitar kost-an ini berkumpul karena penasaran sekaligus khawatir.

“Neng, istighfar, Neng!” Pria paruh baya itu memegangi tangan Fio. Berusaha menghentikan pergerakan wanita ini.

Bukannya berhenti Fio semakin memberontak mengakibatkan lelaki paruh baya yang berusaha menghentikannya tadi terjungkal ke belakang.

“Brengsek ... dia sangat brengsek! Aku membencinya! Aku membencinya!” Fio kembali menarik rambutnya dengan kuat. Membuat para wanita yang sedari tadi hanya melihat berteriak khawatir.

Darah segar sudah memenuhi tangan Fio. Tapi seolah tidak perduli wanita itu kembali ingin membenturkan kepalanya ke dinding. Belum sempat ia melakukan hal tersebut, kepalanya ditahan oleh telapak tangan.

Tubuh Fio masuk kedalam dekapan lelaki itu.

“Fi—Fio ....” Suaranya terdengar serak. Lelaki ini menahan tangis.

Fio membulatkan matanya. Ia kenal dengan suara ini. Savier, yah lelaki yang memeluknya ini adalah si brengsek itu.

Fio kembali menjerit histeris. Ia segera memberontak ingin keluar dari dekapannya. Namun lelaki ini malah mengeratkan pelukannya. Tidak kehabisan akal, Fio menggigit dengan kuat dada bidang Savier. Rasa asin terasa di lidahnya.

Lelaki ini meringis pelan. Sakit sekali. “Jangan digigit, Fio!” Bukannya berhenti, Fio semakin kuat menggigit dada Savier.

Savier membelalakkan matanya. Sial, ini sakit sekali. Meski begitu, Savier segera menggendong Fio seperti koala. Berjalan cepat melewati kerumunan warga yang sedari tadi menonton. Ia harus membawa wanita ini ke rumah sakit.

Fio segera melepaskan gigitannya ketika menyadari bahwa Savier ingin membawanya pergi.

Fio menoleh ke arah warga yang ada di depan rumahnya.

“Pak! Buk! Tolong, saya! Lelaki ini penjahat. Tolong, saya!” Ia menjerit histeris dalam gendongan Savier. Memukul lelaki ini dengan berutal supaya ia diturunkan. “Lepaskan aku!”

Mendengar itu, lelaki paruh baya tadi segera mendekat ke arah mereka. Menghentikan langkah Savier yang Ingin membawa Fio.

“Turunkan dia, Pak!”

SAVIER : HE'S A GOOD PAPA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang