PART 09

16K 1.3K 11
                                    

Selamat membaca.

°°°°

Fio berjalan cepat ke arah lelaki yang berdiri tidak jauh darinya. Ia menatap nyalang mata lelaki ini. Kilatan kemarahan terpancar jelas di kedua bola mata Fio.

Plak!

Suara tamparan terdengar nyaring memecah kesunyian malam. Kepala lelaki itu tertoleh ke samping. Telinganya berdengung ketika mendapat tamparan keras itu.

Dion hanya dapat mematung melihat kejadian itu. Ada apa ini sebenarnya?

Savier memandang sendu kearah Fio. Tangannya mengelus pelan bekas tamparan wanita itu.

“Kau!” Fio menunjuk tepat di wajah Savier “Kau ingin menghancurkanku lagi, hah!?”

Fio berteriak nyaring. Air mata kini sudah membasahi pipinya. Baru saja ia berhenti menangis sekarang dia kembali menangis lagi.

“Fio, dengarkan saya dulu!” Savier ingin menggapai tangan wanita yang ada di hadapannya ini. Namun Fio segera mundur. Menghindar supaya tidak disentuh oleh bajingan yang ada di hadapannya.

“Aku tidak mau mendengar apapun darimu! Aku tidak mau melihat wajahmu dan aku muak melihat senyummu itu, brengsek!” Napas Fio terengah ketika mengatakan itu.

Rasa pusing di kepalanya semakin menjadi.

Savier tertegun mendengarnya. Rasanya sesak sekali mendengar itu dari wanita yang dicintainya ini. Ia akui bahwa ia telah melakukan kesalahan yang sangat fatal. Tapi mendengar kalimat menyakitkan itu membuat dadanya berdenyut nyeri.

“Fi—Fio ... saya—”

Belum selesai kalimat yang keluar dari mulutnya. Kepalanya kembali tertoleh kesamping. Fio menamparnya lagi. Tamparannya tidak sekuat tadi. Tapi cukup membuat Savier meringis kesakitan.

“Pergi! Aku tidak mau melihatmu lagi.” Kali ini suara wanita itu terdengar lirih.

Kepalanya pusing sekali, perutnya juga mual. Fio memegangi kepalanya, memijitnya pelan.

Melihat itu, Savier memberanikan diri mendekat. Entah apa yang terjadi, mungkin wanita ini sedang demam.

“Fio?” Savier memegang kedua bahu wanita ini. Tidak ada pemberontakkan ketika ia melakukan hal tersebut. Yang dia dapatkan hanya tatapan tajam.

Astaga. Savier membulatkan matanya ketika wanita itu memuntahkan isi perutnya ke jaket yang ia pakai. Ia sedikit mundur ke belakang. Segera melepas jaket yang terkena muntahan wanita itu.

Savier menatap ke arah Fio yang kini sedang membersihkan bekas muntahan di bibirnya. Wanita ini hanya tersenyum mengejek ke arahnya, seolah apa yang barusan terjadi adalah hal yang menyenangkan. Tidak ada raut bersalah di sana.

Dion yang sejak tadi hanya diam. Sekarang berjalan mendekat ke arah mereka ketika melihat Fio muntah.

Ia ingin menggenggam tangan wanita itu tapi segera ditepis oleh Savier.

“Jangan menyentuh dia dengan tanganmu itu! Atau saya akan mematahkannya.” Suara Savier terdengar lirih namun sarat akan ketegasan.

Ia menatap geram ke arah Dion. Wajahnya sudah terlihat kesal.

Dion hanya menatap bingung ke arahnya “Saya ingin mengantar Fio pulang. Saya rasa tidak ada lagi yang perlu anda bicarakan dengannya. Fio sepertinya tidak suka melihat anda.”

“Saya yang akan mengantarnya pulang!” Savier berucap dengan tegas.

“Aku tidak mau pulang denganmu!” ucapnya lirih. Tenaganya sudah terkuras habis sekarang.

SAVIER : HE'S A GOOD PAPA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang