PART 27

8.6K 653 47
                                    


Selamat membaca.

•••

Savier membuka helmnya ketika motornya sudah terparkir diparkiran sekolah. Rasanya hari ini ia sangat kelelahan. Padahal dirinya tidak melakukan kegiatan berat dari kemarin.

“Pagi.”

Tepukan di pundaknya membuat Savier menoleh ke arah samping. Ia tersenyum lembut ke arah Serena.

“Mau bareng ke kelas?”

Serena menganggukkan kepalanya. Ia berjalan di samping Savier. Tatapan siswa lain seolah menghakimi dirinya. Yah, tapi Serena tidak peduli. Mereka semua aneh, ketika lelaki ini masih menjadi cupu. Mereka semua enggan untuk berteman dengannya bahkan tidak segan untuk membully. Tapi ketika penampilannya berubah, semua siswi berbondong-bondong untuk mendekati Savier. Dirinya tidak lagi heran dengan istilah ‘good looking’ selalu menang.

Langkah mereka terhenti di depan kelas Savier. Wanita itu menatap lekat ke arah mata lelaki yang ada di hadapannya ini.

“Nanti, waktu jam istirahat kita bertemu di taman belakang, ya? Ada yang ingin aku sampaikan.”

Savier mengernyitkan dahinya. “Kenapa tidak sekarang?”

Serena menggelengkan kepalanya. “Ini penting.”

Serena melanjutkan langkahnya, ia melambaikan tangannya ke arah Savier. “Sampai ketemu nanti.”

“Iya.”

“Hati-hati, nanti istri lo cemburu.”

Savier langsung menoleh ke samping. Gestraf sedang berdiri di sampingnya dengan tatapan yang mengarah kepada Serena.

“Kenapa harus cemburu?”

“Karena dia istri lo. Gitu doang pakai nanya.” Gestraf memandang kesal ke arah Savier

“Tapi Fio tidak mencintai saya.”

“Maksud lo?”

Savier hanya tersenyum sebagai jawaban. Ia melangkahkan kakinya memasuki kelas. Meletakkan tas ke atas kursi kemudian mendudukkan bokongnya ke sana.

“Kenapa ikut masuk?” tanya nya ketika melihat Gestraf yang duduk di atas meja.

“Suka-suka gue dong!”

Savier mendengus pelan. “Terserah kamu, Ge!”

Gestraf memandang lekat wajah Savier. Membuat lelaki itu risih.

“Kenapa?”

Gestraf melipat kedua tangannya di depan dada. “Kemarin malam gue ngelihat si Faras dekat rumah lo. Gue yakin dia selama ini ngebuntutin lo. Makanya dia bisa tau di mana lo tinggal. Saran gue mending kita hadapi langsung. Gue gak tau apa rencana dia.”

“Soal Faras, biarkan lelaki itu menjadi urusan saya. Kalian tidak perlu ikut campur lagi. Cukup saya saja yang menghadapinya.” Savier menyenderkan badannya ke kursi.

“Lo gila? Dia gak sendirian, bodoh! Lo bisa mati sia-sia!” Gestraf menatap geram ke arah temannya ini.

“Saya tidak peduli dengan kehidupan saya lagi, Ge. Saya tidak mau melibatkan kalian lagi. Cukup dengan satu kesalahan yang saya buat, sampai mengakibatkan nyawa seseorang menghilang. Sudah cukup saya mengotori tangan kalian dengan kesalahan yang saya buat. Saya akan mempertanggung-jawabkan masalah saya sendiri, Ge. Melihat tawa kalian membuat saya senang. Jadi, saya tidak ingin menghancurkan tawa itu dengan teriakan balas dendam lagi.” Savier berucap dengan tenang.

Savier mendongakkan kepalanya, ia menutupi matanya dengan lengan. “Saya hanya khawatir dengan mama dan Fio. Saya juga tidak tau bagaimana nasib saya ke depannya. Saya berharap masih bisa melihat si kembar lahir. Dan saya sangat berharap suatu saat nanti Fio menyayangi anak-anak saya. ” Savier tersenyum sedih.

SAVIER : HE'S A GOOD PAPA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang