6

158 18 0
                                    

Andrea masih nyaman dengan mata terpejamnya. Beberapa saat kemudian, gadis itu membuka matanya. Manik mata miliknya menatap langit-langit yang berwarna putih itu dengan pandangan sedikit kabur. Demam di tubuhnya masih setia merambati tubuhnya.

Sebelum gadis itu beranjak bangun, sebuah tangan besar menahan gerakannya. "Istirahat aja, jangan banyak bergerak, kamu lagi demam." ucap seorang laki-laki yang ada di depannya dengan datar.

Andrea hanya menatap sosok di depannya tanpa berniat membalas ucapannya. Nada bicara laki-laki itu begitu mengintimidasi, hingga akhirnya Andrea pun menurut. Gadis itu merebahkan dirinya dengan nyaman di kasur itu.

"Ibu.." gumamnya, menatap laki-laki dihadapannya.

"Tenang saja, aku sudah mengabari ibumu." ucapnya berubah menjadi lembut. Tangannya mengulur ke arah kepala gadis itu lalu mengusapnya pelan. Membuat gadis itu kembali terlelap.

Ya. Sedari tadi, benda pipih yang ada di totebag gadis itu berbunyi. Kontak bernama Ibu, Jayden, dan Teresa mendominasi layar handphone Andrea. Sehingga, terpaksa dengan lancang pria itu mengecek handphone miliknya dan hanya memberi kabar ibu Andrea lewat aplikasi chat, bahwa dirinya beberapa hari akan menginap di rumah teman gadis itu.

Andrea sudah sekitar 3 hari di tempat itu. Laki-laki itu merawatnya dengan baik. Ia juga merawat luka yang ada di lengan kecil Andrea, bahkan beberapa kali mengompreskan sebuah handuk kecil ke kening Andrea agar demamnya reda, membuatkan bubur dan bahkan sampai menyuapinya dengan telaten. Ia tak lupa memberikan obat untuknya. Tidak lupa juga, ia selalu meminta bibi Sorayaーbibi yang selalu memasakan makanan untuk dirinyaーuntuk menggantikan baju milik gadis itu agar lebih nyaman.

Pria itu tak pernah meninggalkan Andrea selama ia sakit. Ditatapnya dengan lekat wajah pucat dan teduh yang ada di depannya. Sesekali gadis itu mengernyit. Entah karena sakit di tubuhnya atau mimpi buruk yang ia temui dalam tidurnya.

"A-ayah," gumamnya pelan dalam keadaan tidur. Laki-laki itu masih bergeming menatapnya. Ia bisa melihat bibir gadis itu bergetar.

"A-ayah...jangan tinggalin aku. Ayah.. ayah.." ucapnya gemetar sedikit terisak. Matanya yang terpejam meneteskan air mata dan keningnya juga mengeluarkan butiran peluh. Suaranya terdengar begitu pilu.

"A-ayah..ayo pulang. Ayah..ayah.."Gadis itu menangis dengan pilu, membuat pria disampingnya khawatir. Laki-laki itu mengusap pelan air mata yang menetes dari pipi tirus miliknya. Ia dengan lembut mengusap kepala Andrea agar kembali tenang.

"Ayah gak akan ninggalin kamu," bisiknya dengan lembut dan dengan ajaib, membuat kernyitan di kening gadis itu perlahan menghilang. Senyuman di bibir pucatnya menghias dengan samar di wajah terlelap Andrea.

***

"Udah bangun?"

Gadis itu hanya membalas dengan anggukan. Beberapa menit yang lalu, Andrea sudah bangun, begitu juga dengan pria itu. Awalnya Andrea terkejut bahwa ia tidak di rumahnya, tetapi Bibi Soraya untung telah menjelaskannya.

Perlu kalian tahu, selama Andrea tidur di rumah ini, pria pemilik rumah itu tidur di sofa samping kasurnya, menemani gadis asing bernama Andrea.

Kini ia sedang membelakangi Andrea, menghadap kaca besar yang menampilkan pemandangan hijau yang begitu nyaman di mata.

"Kamu gak bisa ngomong?" ucapnya lagi dengan begitu dingin tanpa melihat gadis itu, membuat Andrea terkejut mendengarnya.

"Ah.. M-maaf. Iya, saya sudah bangun, Pak."

Alis pria itu menyatu lalu menoleh dan menatap tajam ke arah Andrea. "Pak? Hei! Emang saya keliatan tua? Keliatan seperti pria berusia 40-an?"

"Maaf, saya gak tau." gumam Andrea.

"Namamu?"

"Andrea. Dan...?" ucap Andrea hati-hati sambil menunjuk dengan telapak tangan terbuka. (Bingung jelasinnya yang ini😭)

"Panggil aja, Jonathan atau terserah. Yang penting jangan panggil bapak. Saya belum setua itu." ucapnya ketus lalu mengalihkan pandangan dari gadis yang masih duduk di kasurnya.

"Oke, Kak...Athan."

"Bukan Athan tapi Jonathan. Dan lagi, kenapa kamu manggil saya pake sebutan 'kak'? Emangnya saya ini kakakmu?" protes Jonathan hingga ia menoleh kembali ke Andrea. Andrea tidak habis pikir dengan laki-laki dihadapannya.

"Emang saya gak keliatan kayak orang umur 22 tahun?"

Andrea menggelengkan kepala.

Mata Jonathan membulat tak percaya dengan gadis di depannya. "Terserahlah. Saya gak peduli." ucapnya kesal bercampur pasrah. Ia kini duduk di sofa dekat kasurnya.

"Berapa umurmu?"

"21 tahun,"

Hening beberapa saat menyelimuti keduanya.

"K-kak Athan, terima kasih udah merawat saya. Demam saya sudah turun, bahkan kakak juga melindungi saya waktu itu." ucapnya Andrea  hati-hati.

"Jonathan, bukan Athan saja," protesnya dengan penuh penekanan.

'Astaga.. katanya terserah gue, tapi dia protes mulu. Ganteng sih, vibenya kayak sugar daddy. Tapi ribet, mana nyebelin banget lagi.' batin Andrea.

"Mikir apa kamu?"

"N-nggak."

"Ck.. terserah deh. Tapi aku gak mau cuma ucapan terima kasih doang. Kamu wajib bayar," ujarnya dengan datar.

"Ba-bayar?" tanya gadis itu. Ia mengerjap-ngerjap tak percaya bahwa ternyata Jonathan sepamrih ini.

"Iya. 30 juta,"

Mata Andrea seketika melotot, mendengar jumlah uang yang disebut laki-laki bertubuh jangkung di depannya.

Andrea menelan ludahnya. "S-sebanyak itu???"

Hanya dehaman yang terdengar. Setelah itu, hening beberapa detik menyelimuti ruangan bernuansa putih yang di tempatinya. Gadis itu gelisah, bagaimana ia mendapat uang sebanyak itu. Jika tahu bahwa orang yang menolongnya sepamrih ini, ia lebih baik menolaknya. Tapi karena saat itu ia dalam kondisi yang benar-benar tidak baik, jadi ia hanya bisa pasrah.

"Duh gimana nih, aku gak punya uang sebanyak itu," monolog Andrea, yang ternyata mengusik Jonathan yang sedari tadi sebenarnya mencuri pandang ke arahnya.

"Apa?!"

"Ti-tidak, kak. Kalau saya cicil apa gakー"

"Becanda. Kamu gak perlu ganti pake uang. Cukup jaga dirimu baik-baik. Jangan sampai luka."

Hati Andrea sedikit menghangat. Entah karena tidak jadi membayar atau perkataan Jonathan yang mungkin mengkhawatirkannya. Andrea merasa sedikit lega walaupun juga ada rasa sebal pada pria ini karena becandaannya. Ternyata Jonathan tidak seperti yang ia pikirkan walaupun pria ini terlihat seperti tipikal yang tidak bisa dibantah.

DILEMA (Aespa's Karina - NCT's Johnny)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang