7

162 16 1
                                    

Kini kedua insan itu menaiki mobil hitam milik Jonathan. Raut muka Andrea tertekuk dan mengabaikan pandangan pria yang sedari tadi memperhatikannya. Beberapa menit yang lalu ia sudah memujiーsedikitーbahkan tersipu hanya karena pria itu tapi setelahnya, Jonathan kembali menyebalkan. Sungguh, ia menyesali perkataannya.

"Becanda. Kamu gak perlu ganti pake uang. Cukup jaga dirimu baik-baik. Jangan sampai luka."

"Tapi habis ini kamu harus menuruti apa mau saya. Kalau saya minta dateng, cepet dateng. Gak boleh ngaret. Kalau saya minta temenin, temenin tanpa banyak omong." tambahnya tiba-tiba.

"Wah wah.. orang ini pamrih banget ya? Ternyata pertolongan kemarin malah bikin gue jadi kacung dengan gampangnya," gumamnya dengan reflek.

"Kamu ngatain saya?"

"Tidak."

Itulah alasan kenapa gadis itu terlihat sangat sebal. Ia baru saja dibuat melayang, tapi setelah itu benar-benar dijatuhkan. Bukannya tidak mau membalas budi tapi menurutnya, laki-laki ini sangat bossy dan tidak bisa dibantah.

"Saya tidak jahat kok," ucap tiba-tiba pria di sampingnya yang fokus menyetir.

Sontak gadis itu menoleh ke arah Jonathan dengan wajah yang menunjukan seringainya.

"Mukamu gak bisa bohongin saya, Andra,"

"Andrea, bukan Andra." jawabnya dengan penuh penekanan.

"Nah kan... Kamu sendiri juga kesal kalau namamu salah disebut."

Andrea memutar bola matanya malas mendengar pria di sampingnya yang menertawainya.

Beberapa saat kemudian, mobil itu berhenti di depan fakultas gadis itu. Jonathan menyerahkan handphone-nya ke Andrea, membuat kedua alis gadis itu mengernyit heran.

"Minta nomermu,"

"Hah? Buat apa?"

"Balas jasalah. Kamu kan kudu nurutin saya."

"Berapa lama?"

"Sesuka saya."

"Kenapa gak sekarang aja? Biar impas."

Jonathan dengan tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke Andrea yang membulatkan matanya.

"Memangnya boleh kalau sekarang?" bisik Jonathan di depan bibir Andrea. Bisikannya membuat sekujur tubuhnya merinding. Dengan segera, Andrea menjauhkan wajahnya dari pria itu.

Laki-laki itu menyeringai. "Saya gak mau kalau cuma sehari. Sehari itu gak cukup buat bayar utangmu ke saya."

Gadis itu berdecak dan merengut sebal, yang membuat Jonathan itu terkekeh pelan. Ia meraih benda pipih itu dan dengan jari lentiknya, ia mengetikkan beberapa angka di layar hp dan menyerahkannya.

***

Jayden merasa sedikit kewalahan karena hilangnya Andrea dan Teresa yang merasa jengkel terhadapnya.

Beberapa waktu yang lalu, Jayden mencoba untuk menjelaskan tentang kejadian dimana hilangnya Andrea.

"Lu..," ucap Teresa menunjuk muka Jayden,"utang cerita sama gue," desis gadis itu yang berganti menatap tajam Jayden.

"Oke. Tapi kalau udah gua jelasin, jangan ngambek lagi."

"Jadi cowok tadi itu siapa? Apa hubungannya sama Andrea?"

"Dia Jerome. Dia itu orang yang terobsesi sama Andrea dari SMA. Gua pikir awalnya, Jerome sekedar fans Andrea yang... Biasa aja, tapi lama-lama dia sangat annoying. Lu tau kan kalau gua sama Andrea udah temenan lama? Tu orang juga cemburuan sama gua sampe toxic. Bahkan kalau udah cemburu, dia sampe bisa nglakuin hal ekstrim ke Andrea."

Teresa hanya bergeming dan hanya mendengarkan walaupun dalam hati, ia sangat terkejut mendengar semua ini.

"Dia gak cuma fans biasa. Tapi udah bisa dibilang stalker. Nih ya, yang paling parah, waktu Andrea jalan sama temen cowoknya yang lain, dia nyekap Andrea di ruangan sempit, hampir aja dia diperkaos anjir. Untung waktu itu, ada temen cewek yang liat Andrea diculik, jadi dia ngikutin trus bilang ke anak-anak. Coba deh kalau telat dikit. Gak yakin Andrea selamet sih."

"Lu masih ingat gak, waktu kita di kafetaria pas ngerjain tugas sama Andrea? Trus pas dia udah mau pergi, eh malah ditabrak sampe dia mental trus mimisan? Kayaknya, waktu itu Andrea gak nyadarin kalau itu Jerome,"

"Dia nyadarnya waktu dia dikasih susu strawberry sama jeruk. Telat banget sih."

"Jerome itu selalu ngirimin susu kotak strawberry sama jeruk kalau dia udah ngerasa bersalah gara-gara nyakitin Andrea."

Teresa menghela napasnya.

"Heh lu udah janji buat gak marah, tapi ngapa muka lu masih kusut aja sih?"

"Gue cuma kesel denger cerita lu,"

"Kesel sama siapa? Gua? Apa Jerome?"

"Dua-duanya."

"Lah kok gua juga??!" ucap Jayden dengan mata membulat tak terima.

"Gak tau. Gua juga kesel ama lu."

"Dih. Gak jelas lu."

"Lu gak ngasih tau ibu Andrea kalau dia...ngilang kan?"

"Gua ngabarin kalau dia sibuk sama lu sih."

"Dih pinter boong lu ye."

"Demi kebaikan lah. Lu mau Andrea diamuk sama emaknya?"

"Kagak sih. Kasian juga."

"Nah makanya. Lu juga jaga diri jangan sampe dikuntit sama orang gak jelas. Yang boleh nguntit lu cuma gua."

"Njir serem banget lu. Kek orang mesum."

"Anjir gak gitu juga konsepnya nyet." ucap Jayden sambil sedikit menjambak rambut kepangan Teresa, yang dihadiahi sebuah tabokan maut. Jayden menjerit dalam diam mengusap-usap bagian tubuhnya yang panas.

"Dah ah. Bodo aー ANDREA!!!"

Ucapannya terputus ketika Teresa melihat sahabatnya berjalan menuju ke arahnya, sontak Jayden pun ikut menoleh ke arah pandang gadis itu.

Keduanya menghampiri Andrea dengan tatapan khawatir. Teresa-lah yang paling heboh saat Andrea muncul, ia langsung berlari menghambur ke Andrea, bahkan ia membolak-balikan badan Andrea dengan begitu hebohnya. Andrea hanya menghela napas dan menatap keduanya santai.

"Heh dari mana aja lu?! Handphone lu gak aktif, gak ngabarin gue juga."

"Gak ada yang luka, kan???" tanya Jayden yang sama khawatirnya dengan Teresa.

"Kabarin kek kalau ada apa-apa, jangan bikin kita khawatir. Tau gak lu, si Jayden sampe bohong sama emak lu njir." dumal Teresa.

"Untung pas emaknya nelpon gua, gua bisa boong diki. Ya walaupun gak enak. Duh ngrasa berdosa banget gua" cicit Jayden.

"Maaf ya, guys." ucap Andrea.

"Gue bakalan jelasin. Tapi gue mo beli cappucino dulu."

Kedua teman Andrea mengangguk mengerti dan dengan protektif keduanya menjaga gadis itu agar tidak celaka lagi.

DILEMA (Aespa's Karina - NCT's Johnny)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang