Tiga, Lima! | 23 | Tiba-tiba Saja

5K 504 27
                                    

Umur, boleh saja masih muda. Akan tetapi di umurnya yang semuda itu, sudah memiliki tiga orang anak, rasanya sungguh luar biasa. Jangan dibayangkan, cukup Devan saja yang merasakan semuanya.

Selama menjadi orang tua, tentunya Devan sudah menjalani pahit, manis, asam dan asinnya kehidupan berumah tangga. Apalagi yang ditanggungnya bukan hanya diri sendiri dan istri, tetapi juga tiga orang anak.

Orang bilang, banyak anak banyak rezeki, bukan? Namun, rasanya Devan sudah merasa cukup dengan memiliki tiga. Walaupun dalam hati yang terdalam ia masih menginginkan memiliki seorang putri, tetapi tak apalah. Mengurus tiga saja sudah membuatnya nyaris menjadi kakek-kakek dalam waktu singkat. Setiap tarikan napas membuat Devan berpikir jika ia menua dengan cepat.

Selebay itu, memang.

Pemandangan rumah yang berantakan oleh mainan, memang tidak menjadi hal yang setiap hari ia dapatkan. Lagipula, ia sudah menyiapkan ruangan khusus bermain untuk ketiga anaknya, bukan? Paling-paling hanya akan ada beberapa mainan yang bertebaran dan hal itu tidak terlalu mengganggu.

Suara berisik seperti taman kanak-kanak karena ketiga anaknya asyik saling mengejar dan berteriak semangat, mungkin itulah yang bisa Devan rasakan setiap harinya. Ya, namanya juga anak lagi-lagi. Kerjaan mereka ya hanya bermain yang menurut mereka terkesan 'laki banget'. Entahlah, Devan tidak merasa jika ia pernah mengajari ketika putranya untuk pilih-pilih permainan. Selama permainan itu baik, maka ia akan mengizinkannya dengan mudah.

Kadang-kadang, Raya sang adik akan datang ke rumahnya. Membawa kereta dorong berukuran kecil yang memuat mainan masak-masakan dan boneka barbie beserta rumah-rumahannya. Walaupun sudah duduk di bangku sekolah dasar, Raya tetaplah gadis kecil yang hobi memainkan permainan anak-anak.

Raya tidak peduli walaupun ketiga keponakannya terlihat enggan ikut bermain. Gadis cilik itu akan dengan senang hati merayu tiga keponakannya untuk bermain bersama hingga akhirnya mereka kalah atas bujuk rayu Aunty Raya tersayang.

Sejauh ini, Devan tidak mau berpikir jika waktu berjalan begitu cepat. Seingatnya, sih, dia tidak pernah berpikir begitu. Entah kalau dulu pernah khilaf, ia tak tahu juga. Intinya, selelah dan setertekan apa pun jiwanya sekarang, ia tetap merasa senang menjalani semuanya. Terutama menjalani peran sebagai seorang ayah.

Tidak buruk-buruk amat. Toh, Devan hidup di lingkungan yang selalu mendukung penuh apa pun yang ia lakukan. Apalagi, ia juga memiliki istri yang selalu ada untuknya. Walaupun istrinya itu telah lelah mengurus ketiga putra mereka seharian, tetapi sungguh, Devan tidak pernah merasa kekurangan perhatian.

Sejatinya, sih, Nadhira yang benar-benar membutuhkan perhatian di sini. Dia pastinya lelah mengurus tiga anak, ditambah satu bayi besar yang sepanjang hidupnya selalu mendapat kasih sayang berlebihan---manja. Kendati begitu, Devan sama sekati tidak pernah mendengar istrinya itu mengeluh. Entah kalau di belakangnya. Lain kali, Devan akan menanyakan hal itu kepada sang istri kalau ingat.

Hari libur, menjadi tugasnya untuk mengurus ketiga buah hati tercinta. Ditambah dengan Raya yang entah ada angin apa, putri kesayangan Ayah Risyad Abdi Pratama yang centil itu, tengah keranjingan menginap di rumah ketiga keponakannya.

Memang, sih, setiap Raya menginap---yang padahal rumah mereka hanya saling berseberangan---empat bocah dengan usia berbeda itu akan bermain seperti biasa dan menjadi anak baik; menuruti perkataan orang yang lebih dewasa.

Lalu ketika ditanya, kenapa Raya jadi sering menginap sekarang? Gadis kecil yang cantik dan cerewet itu akan menjawab dengan sok bijak, "Kata Bunda, biar Abang ngerasain punya anak cewek, hehe." Begitu katanya.

Tidak masalah, sungguh. Toh, rumah mereka dekat. Kalaupun semisalnya Raya menangis di tengah malam karena rindu pelukan bundanya, Devan ataupun Nadhira bisa mengantarnya dengan cepat. Tanpa harus membuang waktu lama, tentu saja.

✔Tiga, Lima! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang