"Kita lengkap," kata Soobin setelah menghitung jumlah orang yang ada di dalam rumah. Ia menjatuhkan bokongnya ke lantai. "Kita lengkap."
Yeji kembali dari dapur setelah mencari kotak obat dan beberapa makanan yang layak makan. "Soobin, obati dulu lenganmu."
Mereka sudah merasa lebih tenang. Lia sempat mengintip lewat jendela, kabut gelap masih membungkus. Tapi setidaknya mereka berada di dalam pelindung tak kasat mata yang Niki buat.
"Siapa kau?" Chaeryoung tiba-tiba bertanya. Pengelihatannya sudah berfungsi lagi begitu Niki berhasil membuat pelindung. "Kenapa hanya kau yang tidak hibernasi?"
Niki tersenyum masam. Ia mengunyah wortel kecil yang Yeji dapatkan dari dapur. "Biar aku ceritakan."
Mendengar itu, mereka duduk melingkari Niki. Ada satu lilin kecil yang berhasil mereka hidupkan, menjadi penerangan sementara Niki memulai ceritanya.
"Aku berasal dari Klan Penyihir dan aku adalah keturunan murni laki-laki terakhir dari Klan Penyihir. Seribu tahun sebelum kejadian Alexandrite, aku ditidurkan di sebuah goa sihir dan akan terbangun saat keturunan dari Klan Penyihir habis. Aku sudah berkunjung ke tempat para Klan Penyihir, sebagian besar dari mereka masih hidup, tapi karena Ametharian hibernasi jadi sihirku dipatahkan. Kehancuran ini membuat Amethyst dianggap telah kehabisan keturunan, maka bangunlah aku."
"Aku membaca sejarah tentang pecahan batu Alexandrite dan aku berpikir bahwa kalian bisa menyelamatkan Amethyst, lagi," lanjutnya sambil menekankan kata 'lagi'.
Soobin menghela nafas. Tidak percaya diri.
"Aku sangat berharap kalian akan membantuku untuk mencari jalan keluar dari kehancuran ini."
Beomgyu, dari sudut ruangan, menimpali setelah sekian lama bergeming. "Aku tahu tentang Lord Yoongi yang melakukan sihir itu demi menjaga keturunan Klan Penyihir, itulah mengapa kau sudah tertidur selama enam ribu tahun."
"Bagaimana kau tahu tentang Lord Yoongi?" Niki agak bingung dengan penuturan Beomgyu itu.
Yuna menyahut dengan santai. "Karena ia Lord Jungkook, hanya badannya sudah berubah menjadi Beomgyu."
Beomgyu terkekeh. "Aku Lord Jungkook, pemimpin Klan Perang."
Niki menganga lebar. Ia bahkan menampar pipinya karena merasa sedang bermimpi. Ia memang sudah membaca tentang para Lord yang sudah mati setelah memperjuangkan Amethyst dari serangan penyihir hitam bernama Heenim dan enam adiknya, tapi ia sama sekali tidak tahu bahwa jiwa para Lord mungkin saja masih hidup di tubuh orang lain. Ia juga sudah membaca tentang lima anak adam dan lima anak hawa, tapi ia sama sekali tidak tahu hal itu.
"Kau menyebut Klan dari tadi, apa itu?" Taehyun memecah keheningan.
Beomgyu menghela nafas. "Amethyst selalu terbagi menjadi beberapa Klan.
Klan Perang, Klan Pemburu, Klan Pemikir, Klan Penyihir, Klan Petani, Klan Pencipta dan Klan Penyembuh. Semua Lord yang kita ketahui selama merupakan pemimpin Klan.
Beberapa ribu tahun yang lalu, para Klan hidup sejahtera dan saling berdampingan sampai tercipta kaum-kaum yang bertentangan dengan Raja William, seperti Kaum Bronzite yang kita lihat tadi."
"Harusnya kaum itu sudah tidak ada, bukan?" tanya Niki kepada Beomgyu. "Aku tidak tahu banyak tapi kaum itu sudah dimusnahkan saat aku masih kecil."
"Benar. Aku saja bingung kenapa mereka tiba-tiba muncul." Beomgyu berdiri. Ia menengok ke luar jendela. Kabut gelap berangsur-angsur menghilang. "Ada sesuatu di dalam kabut itu."
"Tadi kami harus berhadapan dengan mutan burung raksasa dari kabut itu." Yuna menimpali sambil bergidik ngeri.
Beomgyu menyipitkan mata. "Kabut itu seperti bisa membaca pikiran kita. Chaeryoung mendadak buta, mutan burung raksasa, dan Kaum Bronzite."
"Mereka membaca ketakutan kita," sahut Chaeryoung. Ia mengusap tengkuknya gugup. "Aku takut sekali buta seperti kakak perempuanku."
"Masuk akal. Tentang mutan burung raksasa itu, aku sempat memikirkannya ketika berada di kabut gelap itu." Ryujin ikut menengok ke luar jendela. Meringis karena melihat langit yang semakin gelap. "Mereka membaca pikiran dan berubah wujud menjadi sesuatu yang kita takuti."
Beomgyu mengangguk. "Kalau boleh jujur aku takut dengan Kaum Bronzite. Dulu Lord Jungkook masih berumur 15 tahun saat menghadapi mereka."
Terdengar helaan nafas putus asa. "Bagaimana cara mengembalikan keadaan?"
Kali ini Niki berdiri. Ia mengeluarkan gulungan kertas dari dalam tas kainnya. Ia membuka gulungan kertas itu di lantai. "Amethyst punya penjara alam lain bernama Agathe, di sana adalah tempat para iblis dan benda-benda negatif seperti kabut itu. Kalau kita bisa membuka portal antara Amethyst dengan Agathe, kita bisa menghilangkan kabut gelap itu."
"Benar. Agathe," gumam Beomgyu sambil menatap gulungan kertas milik Niki. "Masalahnya adalah portal itu hanya bisa dibuka oleh Lord Yoongi atau anaknya."
"Lord Yoongi?" Yeonjun bertanya dengan suara lantang. Ia menunjuk Ryujin yang duduk di seberangnya. "Bukannya Lord Yoongi hidup dalam tubuh Ryujin?"
"Hanya sebagian jiwanya, tapi bisa kita coba." Beomgyu kembali fokus pada gulungan kertas. "Apalagi yang kau ketahui, Niki?"
Niki mengeluarkan gulungan lain. "Menurut dugaanku, Dewi Winna sedang melakukan Ritual Bulan Biru untuk mengembalikan para klan yang mulai bergesekan, tapi Ritual Bulan Biru sepertinya gagal. Entah apa yang membuat dewi sesakti Dewi Winna kecolongan."
"Ritual bulan biru... kau tahu tentang itu?" tanya Huening Kai kepada Beomgyu.
Beomgyu menggeleng. "Ritual itu mungkin baru muncul selama masa pemerintahan Dewi Winna. Dan aku hidup selama masa pemerintahan Raja William."
"Mungkin catatan di kastil Dewi Winna bisa menjelaskan. Yang ku tahu, gulungan tentang portal Agathe juga ada di sana." Niki mengeluarkan gulungan yang lebih besar dan terlihat seperti peta. "Kita sedang berada di Klan Pemikir. Kastil Dewi Winna ada di puncak gunung ini. Kita harus melewati tempat Klan Perang dan Klan Penyembuh untuk sampai di sana. Cukup jauh ku rasa, bagaimana?"
Semua pasang mata langsung tertuju pada Soobin. Seperti biasa, beban untuk mengambil keputusan berada di tangan Soobin. Menyadari ia menjadi pusat perhatian, Soobin segera mengangguk. "Kita butuh senjata."
"Benar. Aku ingin menggunakan cross-bow bukan pedang," potong Ryujin sambil mendengus.
"Senjata..." Niki menggerakkan jarinya, kemudian mengetuk-ngetuk sebuah gambar gedung berbentuk persegi. "Kita bisa ke gudang senjata milik Klan perang. Sebenarnya akan lebih banyak di tempat Klan Pencipta mengingat Klan itu memang menciptakan alat-alat termasuk senjata. Tapi kita harus putar arah untuk ke tempat Klan Pencipta."
"Akan memakan banyak waktu." Yeji menimpali. "Apakah di Klan Perang kita bisa menemukan senjata?"
"Sangat bisa!" ucap Niki semangat. "Mereka Klan Perang yang butuh senjata buatan Klan Pencipta."
"Kurasa Lord Jungkook tidak keberatan kalau kita mencuri senjatanya, bukan?" Soobin menatap Beomgyu, yang hanya dibalas dengan sebuah kekehan. "Kita akan ke gudang senjata, lalu ke kastil Dewi Winna. Kita berangkat besok pagi. Setuju?"
"Setuju."
—🗡—
![](https://img.wattpad.com/cover/296990387-288-k285282.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE AMETHYST: Apricity
FanficBUKU KEDUA DARI SERIES THE AMETHYST. 𝐀𝐩𝐫𝐢𝐜𝐢𝐭𝐲: 𝐓𝐡𝐞 𝐰𝐚𝐫𝐦𝐭𝐡 𝐨𝐟 𝐭𝐡𝐞 𝐬𝐮𝐧 𝐢𝐧 𝐰𝐢𝐧𝐭𝐞𝐫. -- Lima ribu tahun setelah pecahan Alexandrite disatukan, terjadi kehancuran yang maha dahsyat. Seisi Amethyst membeku, seluruh makhluk...