O7. Ruang Sejarah

378 113 6
                                    

Entah sejak kapan Amethyst menjadi lebih terang. Sinar matahari menyusup masuk melalui celah-celah pohon. Walaupun masih cukup gelap untuk langit jam sembilan pagi, tapi ini jauh lebih baik dari lima tahun terakhir. Mungkin alam Amethyst pun menaruh harapan besar pada lima anak adam dan lima anak hawa, sekaligus seorang anak laki-laki dari Klan Penyihir itu. Baru kali ini Niki merasa alam seolah mendukungnya.

Mereka sedang berjalan menuju gudang senjata di tempat Klan Perang. Menurut Beomgyu, Klan Perang punya ribuan senjata yang mungkin sudah sangat canggih untuk sekarang.

Seperti biasa, barisan akan dipimpin oleh Taehyun dan Ryujin yang merupakan manusia-manusia berdarah dingin, lalu Yeonjun dan Soobin berjalan paling belakang untuk berjaga-jaga bila ada serangan dari belakang. Hanya berbekal pedang para Lord yang dikumpulkan Beomgyu, mereka menembus dinginnya hutan Amethyst.

"Apricity."

Huening Kai menoleh ke arah Chaeryoung yang mengucapkan itu. "Apa itu?"

"Sinar matahari di tengah-tengah musim dingin." Chaeryoung menyahut dengan senyum sumringah. Matanya berbinar menatap sinar matahari dari celah pohon. "Aku membacanya di novel. Kata yang bagus, 'kan?"

Huening Kai mengangguk setuju. Ia melipat kedua tangannya di depan dada. "Ya. Terdengar sama indahnya dengan Amethyst."

"Apakah Amethyst punya arti?" Tanya Chaeryoung kepada Niki yang berjalan di sebelahnya.

Niki menggaruk tengkuknya. "Hmm... setahuku Amethyst artinya penyembuh alam. Itulah kenapa alam Amethyst dikenal sebagai alam terindah." Niki tersenyum ke arah Chaeryoung. "Aku tidak tahu banyak. Mungkin Beomgyu tahu lebih banyak."

"Jangan tanya aku karena Lord Jungkook pun tidak tahu apa-apa soal Amethyst," sahut Beomgyu sambil terkekeh, mengejek dirinya sendiri.

Yeji terkekeh. "Kau terdengar sebal dengan diri sendiri."

"Aku memang sebal karena aku sama sekali tidak tahu apa-apa." Beomgyu melanjutkan sambil mendecak. "Lord Jungkook bukan tipe orang yang terlalu peduli dengan hal-hal seperti itu. Ia bahkan sering melarikan diri ke bumi manusia karena lelah dengan tugasnya sebagai pemimpin klan."

Niki, yang tadinya menyimak, tiba-tiba bertanya, "Kalau sebagian jiwa Lord hidup di tubuh kalian, mengapa hanya kau yang ingat tentang Amethyst?"

Beomgyu melirik sekilas ke arah Niki. Ia tersenyum karena melihat wajah polos Niki dengan rambut super berantakan itu. "Para Lord memang meninggalkan memori mereka di sini untuk mencegah terjadinya perpecahan di antara kita. Kau ingat 'kan, para Lord berasal dari klan yang berbeda?"

"Lalu bagaimana dengan kau?" Niki kembali bertanya kepada Beomgyu.

"Lord Jungkook sudah sering berada di bumi manusia. Seharusnya Beomgyu sudah mati lama sekali, jadi aku meminjam tubuhnya agar bisa mengembalikan Alexandrite. Seluruh jiwa Lord Jungkook ada di dalam tubuh ini." Beomgyu melanjutkan sambil tersenyum. Kembali dibuat gemas karena anak itu menatapnya dengan mata berbinar.

"Jadi, di mana sebagian jiwa para Lord yang lainnya? Mereka sudah tidak punya badan, 'kan?" Tiba-tiba Huening Kai penasaran.

"Benar. Sebagian jiwa mereka masih ada di Amethyst tapi aku tidak tahu di mana. Mungkin kalau kita beruntung, kita akan bertemu dengan sebagian jiwa mereka."

Mereka melanjutkan perjalanan dalam diam. Niki masih heran dengan keajaiban yang terjadi antara Beomgyu dengan Lord Jungkook. Sesekali ia melirik ke arah Beomgyu. Tidak banyak ingatan yang tertinggal dalam kepala Niki selama ia tertidur, tapi ia masih ingat bagaimana wajah berwibawa para Lord dan bagaimana Ametharian memuja para Lord karena mereka sangat bijak. Ia juga ingat bagaimana Lord Jungkook berada di garda terdepan untuk memusnahkan kaum-kaum yang bertentangan dengan Raja William.

Sebuah kebetulan yang ajaib, bukan?

"Beberapa meter lagi kita sampai ke gudang senjata," kata Yeji dari barisan depan. Disambut oleh teriakan gembira dari yang lain karena kaki mereka sudah hampir putus karena dingin.

"Kenapa dingin sekali? Aku pikir Korea sudah yang paling ekstrim saat musim dingin." Yeonjun mengeluh. Ia menggosok telapak tangannya, berharap bisa membuatnya lebih hangat.

"Dewi Winna benar-benar gagal kali ini." Niki ikut mengeluh. "Aku sudah kebingungan selama lima tahun terakhir."

"Kau sendirian selama lima tahun?" tanya Yuna yang langsung disambut oleh anggukan oleh sang anak laki-laki. "Kasihan sekali."

Niki terkekeh. "Aku tidur enam ribu tahun yang lalu saat berumur 11 tahun, lalu aku terbangun di umur 11 tahun. Aku mencari segala cara untuk mengembalikan Amethyst tapi aku butuh waktu lama untuk mengerti semuanya."

Percakapan mereka berhenti ketika Taehyun menghentikan langkahnya. Atensi mereka beralih pada sebuah gedung yang terlihat seperti benteng perang. Dindingnya terbuat dari besi kokoh yang sangat tinggi. Beberapa bagian dindingnya dipenuhi dengan besi-besi tajam yang mulai mengkarat. Taehyun mendobrak pintu gerbangnya dengan sekuat tenaga. Di luar dugaan, pintu gerbangnya tidak terkunci.

"Akan aku cek dulu," sahut Taehyun sambil menyikut Ryujin untuk ikut dengannya.

Di halaman gedung terdapat tubuh-tubuh manusia berpakaian besi. Dugaan sementara Taehyun, mereka adalah prajurit Klan Perang yang sedang hibernasi. Ada seekor singa yang sedang tertidur di dalam kandang besar. Ryujin mengambil alih tugas Taehyun untuk mendobrak pintu masuk dengan menendangnya. Lagi-lagi pintu tidak terkunci.

"Aman." Taehyun mengacungkan jempol ke arah yang lainnya dan mereka mulai melangkah masuk.

"Agak berbeda dengan terakhir kali aku ke sini," tutur Beomgyu sambil memandang sekeliling gedung.

Yeji menoleh ke arah Beomgyu. "Kapan terakhir kau ke sini?"

"Enam ribu tahun yang lalu."

Perkataan Beomgyu berhasil mengundang satu pukulan pada kepalanya. "Ya jelas saja berubah! Dasar bodoh." Yeonjun, si pelaku pemukulan kepala Beomgyu, menghardik Beomgyu karena kebodohannya.

Beomgyu hanya mendengus. Mereka kembali mengikuti Niki untuk mencari di mana senjata-senjata Klan Perang disimpan. Ada sebuah peta yang tertempel di dinding, tapi karena struktur gedung yang sangat rumit, sangat sulit untuk membaca isi gedung. "Sepertinya di lantai bawah. Kita harus mencari tangga ke bawah."

Beomgyu memutar badan. Ia membuka pintu yang terdapat di sudut ruangan. Dugaannya benar, terdapat sebuah tangga yang menuju ke ruang bawah tanah. Ia menyalakan obor kemudian melangkah masuk ke dalam.

Begitu sampai di bawah, ia dibuat terkejut dengan patung-patung manusia yang berdiri kokoh di sana. Di bawah patung ada sepuluh peti emas yang sangat besar.

"Woah, aku tidak tahu bahwa kita dihargai sebegitunya." Lia terkagum-kagum begitu melihat lima patung laki-laki dan lima patung perempuan itu.

"Ruang Sejarah Lima Anak Adam dan Lima Anak Hawa penyelamat Amethyst," tutur Niki setelah membaca ukiran pada dinding batu. "Ku rasa kalian memang sangat berharga bagi alam Amethyst."

Ryujin membuka peti emas yang terletak di bawah patung yang menyerupainya. "Bagus, cross-bow. Aku butuh ini."

Yang lainnya ikut membuka peti dan menemukan senjata yang mereka gunakan lima ribu tahun yang lalu untuk menyelamatkan Amethyst. Niki yang berdiri di sudut ruangan mengulas senyum. Rasanya pasti menyenangkan sekali dihargai sebegitu besar oleh sang Dewi dan Ametharian.

—🗡—

Foto ini dipublish kemarin, nangis pas banget

Foto ini dipublish kemarin, nangis pas banget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE AMETHYST: ApricityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang