14. Kembali

442 114 16
                                    

Begitu mereka keluar kastil, ada banyak sekali prajurit yang bersorak. Salju sudah terangkat, udara terasa hangat dan para Ametharian terbangun. Pohon-pohon bergerak dengan senang seolah mereka sedang menarikan tari kemenangan bersama angin. Mengintip sedikit ke dalam hutan, mungkin kau akan menemukan para tupai yang sedang reuni dengan tupai di pohon lain atau para cheetah yang sedang mengejar satu sama lain.

Alam Amethyst terbangun setelah mimpi panjang. Secercah harapan yang mereka letakkan pada pundak seorang anak laki-laki dari Klan Penyihir terwujud. Terima kasih sekali lagi, kepada lima anak adam dan lima anak hawa yang selalu setia menyelamatkan Amethyst.

Mereka dibawa ke Istana Putih Amethyst yang terletak di bagian selatan Amethyst karena Kastil Dewi Winna hancur setengahnya. Para ametharian menyorak gembira setiap kali mereka berpapasan. Entah bagaimana Dewi Winna mengumumkan hal ini dengan begitu cepat. Dalam semalam, mereka sudah mengetahui bahwa mereka adalah pahlawan yang mencairkan alam Amethyst dari tumpukan salju dan es.

Ametharian berkumpul di balai besar yang terdapat di tengah istana. Mereka bersiul senang, melemparkan kelopak bunga mawar, dan bahkan menyanyikan lagu kemenangan. Mereka merasa perayaan ini berlebihan, tapi tentunya mereka tidak menolak untuk ikut berdansa di tengah balai besar. Yeonjun bahkan ikut menari dengan sekelompok penari perut -jangan tanyakan bagaimana ekspresi Ryujin saat itu, mungkin kalau ia masih pegang cross-bow ia akan menembak kepala Yeonjun sampai bolong-.

Malam harinya, mereka mengadakan pesta. Para Klan menyumbang koki terbaik mereka untuk membuat jutaan porsi makanan. Kembang api dilepaskan oleh anak-anak, kali ini Taehyun, Yeonjun dan Soobin ikutan bermain kembang api. Huening Kai dan Yuna memilih untuk membantu tukang es krim membagikan es krim, Ryujin yang tidak tertarik dengan keramaian hanya minum-minum bersama Klan Perang, Yeji dan Lia sibuk berbincang dengan ibu-ibu dari Klan Penyembuh. Chaeryoung memilih untuk mengajari anak-anak Klan Pemburu untuk membaca.

"Ritual Bulan Biru membuat para Klan menjadi sejahtera."

Niki menoleh ke arah suara. Begitu melihat Beomgyu ikut bersandar pada pembatas batu, ia tersenyum. "Kau tidak ikut bersenang-senang di bawah?"

"Kau sendiri kenapa merenung?"

Niki menggoyangkan gelas minumannya. "Ada banyak hal yang menganggu pikiranku."

"Aku paham." Beomgyu menepuk pundak Niki. "Aku juga ditugaskan menjadi Lord saat seusiamu. Dipaksa memimpin Klan yang isinya para laki-laki yang sulit sekali diatur."

Niki terkekeh mendengar kalimat itu diucapkan dengan nada lelah oleh Beomgyu. "Ayahku... bagaimana ia?"

Beomgyu menghela nafas. Ia meneguk minumannya sebelum melanjutkan, "Lord Yoongi ya? Ia orang yang sulit sekali diajak bekerja sama. Ia orang yang sangat keras, emosian, tapi ia sangat pintar. Jiwaku pernah dikeluarkan dari tubuhku karena aku tidak mau bangun pagi. Ia orang yang tegas sekali."

Niki balas dengan kekehan. "Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kalau aku sempat mengenalnya."

"Kau sempat mengenalnya. Kau bahkan sering bermain dengannya, tidur dengannya, membaca dongeng dengannya, semua hal kau lakukan bersamanya. Hanya saja kau mengetahuinya sebagai Hwang Hyunjin, bukan Yoongi."

Niki tertegun. "Oh? Jadi Hyunjin itu..."

"Manifestasi Lord Yoongi," potong Beomgyu. "Ayahmu itu orang yang selalu memikirkan masa depan. Ia tidak mau kau sedih karena kehilangan ayah jika saja ia mati karena perang. Jadi ia menciptakan sosok Hyunjin."

Niki memalingkan wajah ke arah balai besar istana. Terlalu banyak hal yang perlu ia mengerti. Rasanya kepalanya bisa meledak kapan saja.

Kembang api bertebaran di langit malam. Bulan unjuk diri untuk membuktikan bahwa ia tidak kalah terang dengan suasana di bawah sana. Tawa bisa terdengar di setiap sudut istana. Hal itu membuat perasaan Niki justru semakin berat.

THE AMETHYST: ApricityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang