"Ada badai salju di luar," tutur Taehyun yang baru masuk melalui pintu utama dan dibalut oleh salju seperti roti berbalut gula halus. Ia mengibaskan bajunya yang basah karena salju, kemudian meletakkan seekor rusa beku ke atas meja.
"Kau memang jago berburu," puji Lia kepada Taehyun.
Taehyun hanya mengidikkan bahu. "Mereka semua tertidur jadi aku hanya menyeret tubuhnya ke sini," katanya santai kemudian memotong tubuh sang rusa.
Sementara Taehyun dan Huening Kai sibuk membereskan daging rusa, Beomgyu menyusun gulungan kertas yang mereka temukan di gedung ini bersama Niki. Anak itu terlihat bersemangat dengan hal-hal yang Beomgyu ceritakan. Sayangnya, Beomgyu juga tidak punya banyak pengetahuan tentang Amethyst.
"Kalau kau tertidur selama enam ribu tahun, artinya orang tuamu sudah mati?"
Niki mengangguk lemas. "Aku bahkan tidak tahu siapa orang tuaku. Seingatku, aku diasuh oleh seorang laki-laki bernama Hyunjin. Aku yakin Hyunjin pun sudah mati."
Soobin menghela nafas. "Tapi aku merasa aneh. Darimana Klan Penyihir tahu kalau kau adalah keturunan murni terakhir? Bagaimana kalau salah satu dari mereka melahirkan anak laki-laki lagi?"
"Aku sungguh tidak tahu soal itu. Yang aku ingat hanya segitu." Niki menoleh ke arah Beomgyu. "Apa mungkin Lord Jungkook tahu alasan lain?"
Tadinya Beomgyu sibuk membaca gulungan-gulungan kertas itu, tapi ia menoleh ke arah Niki dan menggeleng. "Lord Yoongi itu orang yang susah dimengerti. Aku yakin ada alasan lain tapi aku tidak ingat."
Niki menghela nafas sambil mengangguk. Tadinya ia ingin mendesak Beomgyu untuk mengingat-ngingat, tapi melihat gelagat Beomgyu yang tidak ingin membahas hal itu lagi, ia mengurungkan niatnya.
Mereka kembali sibuk dengan gulungan-gulungan kertas itu, berharap menemukan jalan yang bisa menyelamatkan Amethyst dari kehancuran ini. Walaupun sebagian besar gulungan ini hanya berisi catatan-catatan senjata dan bagaimana cara menggunakannya.
Tadi mereka menemukan sekotak besar yang menyimpan senapan jenis baru dan peluru. Mereka juga menemukan cross-bow seperti yang dimiliki Ryujin dan bubuk mesiu sebagai bahan peledak. Mereka hanya mengambil seperlunya. Gedung senjata ini dibuat oleh para Klan Perang sebagai tempat penyimpanan jika sewaktu-waktu terjadi perang antar Klan. Ada begitu banyak persediaan makanan dan minuman yang diawetkan. Baju-baju perang, obor yang bisa dinyalakan dalam hitungan detik, sampai peta tentang ruang bawah tanah untuk perlindungan.
Sementara para gadis menyiapkan makan siang, mereka mulai menyusun rencana untuk pergi ke kastil Dewi Winna ditengah badai salju yang -mungkin- tidak akan usai.
"Tempat Klan Penyembuh tidak seluas Klan-Klan lain, jadi cukup satu atau dua jam kita bisa keluar dari tempat Klan Penyembuh," tutur Niki sambil menggerakkan jarinya di atas peta. "Apakah kita bisa bertahan di tengah badai salju?"
"Yah, paling buruk kita terkena hipotermia." Taehyun menjawab asal-asalan.
Niki mengerutkan kening. "Apa itu?"
Kali ini Soobin menjawab, "Reaksi tubuh manusia ketika berada di bawah suhu yang terlalu rendah."
"Apakah kita bisa mati karena itu?" Lagi-lagi Niki bertanya.
"Kami, iya. Tidak tahu kalau kau." Huening Kai memotong. "Apa kau punya keahlian untuk bertahan di bawah suhu dingin?"
Niki mengusap alisnya ragu. "Tidak juga. Aku sempat merasakan tubuhku akan hancur karena terlalu kedinginan."
Beomgyu mengangguk. "Artinya kita harus ekstra hati-hati kalau tidak mau hipotermia."
Saat itu, Yeji menyembulkan kepala dari sebuah ruangan tempat persediaan makan disimpan. "Makan siang sudah jadi. Sebaiknya kita segera makan dan melanjutkan perjalanan."
Mereka menuruti dan segera mengikuti Yeji ke ruang tengah. Beberapa potong daging rusa yang dibakar seadanya terhidang di atas meja kayu besar. Menggelitik setiap indera penciuman masing-masing. Makan siang berlangsung dengan tenang sementara Beomgyu menjelaskan rencana mereka. Setelah itu, masing-masing dari mereka bersiap untuk melanjutkan perjalanan.
"Bagaimana ibumu?"
Lia menoleh ke arah Yeji yang sedang mengikat rambutnya menyerupai ekor kuda. "Mereka akan mengamputasi kakinya."
Yeji menepuk pundak Lia. "Pasti berat sekali. Aku berharap yang terbaik untuk Ibumu."
Lia tersenyum masam. Teringat perdebatannya dengan saudara kembarnya terakhir kali. Ia sendiri bahkan tidak tahu apa yang terbaik untuk ibunya. Memikirkan itu, Lia menjadi berat hati. "Aku bertengkar dengan Soobin."
Yeji mengangkat kepala. "Karena?"
"Ia tidak mau menandatangani infomed consent. Ia berpikir ibu masih bisa bertahan walaupun dengan kaki yang membusuk." Lia menghela nafas. Ia mengeratkan jaketnya lalu memaksakan seulas senyum. "Ia selalu berpikir bahwa ia tahu ibu tidak akan suka kakinya diamputasi. Padahal ia baru tinggal lima tahun dengan ibu, tapi sudah seenaknya."
Yeji ikut menghela nafas. "Ini bukan lomba siapa yang lebih tahu tentang ibu, Lia. Ini tentang hal yang terbaik untuk Ibumu."
Lia baru akan menjawab ketika Yuna mengintrupsi. "Semua orang sudah siap."
Mau tidak mau, mereka berhenti membicarakan soal Ibu Lia. Mereka melangkah keluar ruangan dan berkumpul di ruang tengah. Yeonjun masih duduk santai di meja makan sambil mengunyah apel merah.
Ryujin yang mulai tidak tahan dengan kelakuan Yeonjun, berteriak, "Kau mau aku seret?!"
Yeonjun mengerutkan kening. "Tidak bisakah kau bicara dengan nada lembut?"
"Aku lelah menghadapimu, dasar tukang selingkuh."
Huening Kai membelalakan mata. "Wow. Apa-apaan itu? Kalian putus?"
Yeonjun mendengus. Ia melompat turun dari meja kemudian memasukkan pedangnya ke tempat pedang yang tergantung di pinggangnya. "Aku lebih suka tidak berurusan dengan gadis gila itu."
"Apakah ini saat yang tepat untuk berdebat masalah hubungan kalian?" Beomgyu menengahi, bermaksud untuk mencairkan suasana, tapi ia justru mendapat tatapan tajam dari keduanya. "Oke. Kita selesaikan dulu ini lalu kalian boleh saling bunuh."
"Kenapa tidak sekarang saja?" Taehyun menyahut. "Tidak ada permata yang harus sampai ke puncak Amethyst, bukan?"
Ryujin, yang sedari tadi sudah sensitif, bertambah geram dengan perkataan Taehyun itu. Ia menaikkan cross-bownya dan membidik ke arah Taehyun. "Akan ku lubangi batang lehermu untuk pembalasan karena telah menyakiti Chaeryoung."
Ketegangan semakin menjadi-jadi karena Taehyun juga mengarahkan senapan panjangnya ke arah Ryujin. Niki yang bingung dengan keadaan hanya bisa mengigit bibir. Sampai Soobin menyetap senapan Taehyun dan peluru meluncur ke atap, membuat lubang kecil pada atap.
"Kau benar-benar akan membunuhnya?" Soobin menatap Taehyun heran.
"Aku akan membunuh siapapun yang memfitnahku."
Sekarang giliran Soobin yang marah kepada Taehyun, ditambah Ryujin yang kembali naik pitam. Yeonjun mengambil alih sebagai tukang kompor. Lia berusaha melerai tapi justru ikut berdebat.
Mungkin mereka bukan lagi orang-orang yang memiliki satu mimpi yang sama.
Tanpa mereka sadari, sesuatu baru saja menyusup masuk lewat pintu depan.
"HEI! BERHENTI!" Kali ini Yeji berteriak. Pasalnya ia mulai panik dengan apa yang muncul dari lantai atas. "Kaum Bronzite muncul lagi."
Mereka semua menahan nafas. Di lantai atas, mulai bermunculan sekelompok orang bermata hitam legam dan panji-panjinya. Mereka bergerak layaknya robot yang sudah diatur untuk menyerang musuh.
"Mereka menyerap aura negatif untuk mendapat lebih banyak kekuatan."
—🗡—
KAMU SEDANG MEMBACA
THE AMETHYST: Apricity
FanficBUKU KEDUA DARI SERIES THE AMETHYST. 𝐀𝐩𝐫𝐢𝐜𝐢𝐭𝐲: 𝐓𝐡𝐞 𝐰𝐚𝐫𝐦𝐭𝐡 𝐨𝐟 𝐭𝐡𝐞 𝐬𝐮𝐧 𝐢𝐧 𝐰𝐢𝐧𝐭𝐞𝐫. -- Lima ribu tahun setelah pecahan Alexandrite disatukan, terjadi kehancuran yang maha dahsyat. Seisi Amethyst membeku, seluruh makhluk...