9. Balas dendam

525 87 163
                                    

Hallooo!! Apa kabar????

Gimana harinya? Good or Bad?

Sebelum baca, jangan lupa vote dulu, ya! Pastikan kalian isi komentar okaaayyy!

•••

Selamat membaca, Amories!♡
. · . · . · . · . · . · . · . · . · . · . ·. · . · .

★★★

“JEFANO!”

Sosok yang dipanggil Si pemilik suara cempreng memutar kepala ke belakang, melihat dengan jelas gadis berbando lilac berlari menghampirinya dengan tangan membawa dua buku tulis.

Napas gadis itu tersengal ketika sampai dihadapan Jefano. Ia menumpu lutut, mengatur napas perlahan-lahan kemudian berdiri tegak.

Masih bisa ia rasakan aura permusuhan yang diberikan kelima teman Jefano. Pun dengan tatapan sinis mereka, tak bisa disembunyikan. Tidak ingin berlama-lama disana, langsung saja Starla menyodorkan buku tulis pada Jefano. “Udah gue catat semua.”

Jefano mengangguk dua kali setelah mengambil buku dari tangan Starla, kemudian pergi bersama kelima sahabatnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Tentu saja Starla dibuat menganga. Ia pikir ada kata basa-basi yang akan diucapkan Jefano sebagai bentuk terima kasih. Gadis itu mengepalkan tangan kuat. “Nggak tau terima kasih banget, tuh orang!” cibir Starla.

Sepanjang jalan Jefano sibuk memeriksa hasil kerja Starla. Sudut bibir cowok itu sedikit tertarik melihat tulisan Starla ternyata lebih rapi dibanding tulisannya.

“Berguna juga dia. Gue jadi nggak perlu capek-capek ngerjain tugas,” gumam Jefano mengembalikan catatan Rendy yang langsung diterima sang empunya lalu Jefano memasukkan buku miliknya ke dalam saku celana setelah digulung.

“Nitip tugas gue juga bisa nggak, sih?” tanya Yazdan penuh harap.

Jefano menggeleng. “Dia babu gue bukan babu kalian.”

“Gue takut.” Mereka seketika berhenti, serentak menatap Naren penasaran.

Cowok manis itu memperhatikan Jefano curiga, ia tersenyum miring lalu melanjutkan ucapannya, “Gue takut lo bakal jatuh cinta sama dia.”

Satu detik mereka bergeming saling pandang.

Kemudian Jefano tertawa renyah sambil menggelengkan kepala beberapa kali.

Jatuh cinta kata Naren?

Bahkan satu detik pun tidak pernah cowok bermata sabit itu memikirkan perihal kata cinta.

Bagaimana mungkin ia akan jatuh cinta pada gadis penyuka rasa matcha yang telah melemparnya dengan tongkat mayoret? Ada-ada saja memang pemikiran Si cowok pembenci rasa stroberi pada segala jenis makanan itu.

LJN ⨾ 3 Months with JefanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang