15. She Finally Knows

685 83 157
                                    

Hallo, all. Apa kabar?

Sebelumnya, aku mau mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan 1443 H bagi yang menjalankan.

Semoga kita semua diberikan kemudahan dalam beribadah, diberikan ridho dan berkah dari Allah SWT. Aamiin.

Okay, karena mau sholat tarawih, aku percepat update dari biasanya. So sebelum baca jangan lupa pencet vote dulu, ya! <3

•••

Selamat membaca, Amories!♡
. · . · . · . · . · . · . · . · . · . · . ·. · . · .

★★★

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

★★★

Secepat kilat kaki Naren berlari dari basemen apartemen menuju unit milik keluarga Jefano, dengan kecemasan mendalam yang terukir jelas di wajah manisnya. Berbagai pikiran buruk Naren singkirkan jauh-jauh mengingat bagaimana suara parau Jefano ketika di telepon dan tiba-tiba saja tak bersuara lagi meski Naren memanggil nama sahabatnya itu lebih dari lima kali.

Netra kecokelatan Naren menangkap seorang pria- dengan jaket khas karyawan perusahaan jasa pesanan online-berdiri tepat di depan pintu unit Jefano sambil membunyikan bel berkali-kali.

Segera Naren menghampiri pria itu dan bertanya, "Maaf, Pak. Pesanan temen saya, bukan? Atas nama Jefano?"

Pria itu mengangguk membenarkan. "Benar, Mas. Saya sudah menunggu disini lebih dari lima menit. Saya coba telpon, tidak tersambung. Saya tekan bel berkali-kali tidak ada yang keluar."

"Lebih dari lima menit?" gumam Naren, semakin cemas.

"Kalau dari alamat, sudah benar ini unit nomor 423."

Naren tersenyum kecil. "Udah dibayar belum, Pak? Kasih saya aja, saya juga mau masuk ke dalam."

"Udah dibayar, kok, Mas." Pria itu memberikan dua paperbag yang langsung diambil Naren. "Saya titip, ya, Mas. Terima kasih."

"Iya, Pak. Maaf, ya, nunggu lama." Diberikan Naren selembar uang ratusan sebagai ganti rugi waktu Pria itu. "Tips untuk Bapak."

"Duh, Mas. Gak kebanyakan?"

"Enggak, Pak. Terima, ya."

"Makasih banyak, Mas."

"Tolong doain Jefano cepat sembuh, ya, Pak," pinta Naren.

Pria yang mungkin berumur empat puluh tahunan itu mengangguk seraya tersenyum. "Aamiin. Saya permisi, Mas."

Naren mengangguk membiarkan Pria itu pergi, lalu cepat-cepat memasukkan password unit apartemen. Untung saja Jefano pernah memberitahu berapa password unitnya, jika tidak maka Naren akan mengeluarkan tenaga untuk mendobrak pintu.

"Jen?" panggil Naren, mencari saklar lampu di sekitar dinding dekat pintu. "Jeno? Lo dimana?"

Lampu menyala, menerangi seluruh ruangan. Kaki Naren melangkah semakin cepat, mencari keberadaan sang sahabat. Ia melihat tas Jefano di sofa, kemudian tatapannya turun ke bawah sofa. Netra Naren seketika membola melihat tubuh Jefano terkapar diatas lantai yang dingin.

LJN ⨾ 3 Months with JefanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang