8. Takdir dari masa lalu

650 109 34
                                    

بسم الله الر حمن الر حيم

Astaghfirullahaladziim
Astaghfirullahaladziim
Astaghfirullahaladziim

-Wattpad cuma selingan, Al-Qur'an yang utama-


🕋🕋🕋🕋

Sepuluh menit berjalan kaki, akhirnya kami sampai di sungai tempat aku sering bermain saat kecil. Tidak banyak berubah, hanya saja sekarang lebih banyak sampan yang terjejer di sini. Pohon mangga yang dulu sering ku panjat kini sudah sangat besar dan rimbun.

Dari sini pemandangan sangat menyejukkan mata, hijau daun singkong belasan hektar itu terbentang.
Merry sudah menggelar tikar plastik yang dia bawa di bawah pohon mangga yang buahnya sangait lebat itu.

Iyay Hasbi meletakkan alat-alat pancing dan rantang yang dia bawa, begitu juga dengan botol minum yang aku bawa.

"Udah lama ya kita gak makan di pinggir kali kayak gini," ucapku yang sangat girang.

"Kamorang aja, kalau aku mah sampe bosen makan di sini. Makanya sering-sering pulang kampung, jangan mentang-mentang tinggal di kota laju lupa kampung halaman," sewot Merry.u

Aku tertawa, Merry memang ceplas ceplos bicaranya, tapi aku tau benar dia orang yang baik.
"Maaf ya, Mer. Kamu pasti kangen banget ya kalau aku gak di sini? Makanya cariin aku jodoh orang sini aja biar aku balik tinggal di kampung haha."

"Lah kemaren Ferry udah niat ngajak rujuk malah kamu gituin."

"Kamu ketemu Ferry, dek?" Iyay yang tadi sudah asik dengan benang pancing kini mendekat seakan pembahasan kami berdua begitu menarik.

"Iya, Yay."

"Ngapain? Jangan sampai kamu balikan dengan laki-laki kayak gitu." Ada sorot tidak suka di mata Iyay Hasbi, dia pasti sudah tahu tentang cerita masa laluku itu. Kampung ini sangat kecil, sempit. Berita sangat cepat menyebar, tentang apapun itu. Ah malu sekali rasanya, bodoh sekali aku.

"Tenang aja, Ginda berhasil buat Ferry bungkam kemarin. Eh, tapi Gin, waktu kamu liat dia dateng kemaren aku kayak ngerasa kamu masih suka aja sih sama dia?" Selidik Merry si biang gosip. Mata mereka berdua kini tertuju padaku, seakan benar-benar menunggu jawaban apa yang akan keluar dari mulut ini.

"Enggak! Mana mungkin aku masih mau sama dia setelah dibegoin kayak gitu. Emm tapi..."

"Tapi apa?" Tanya Iyay Hasbi dengan penasaran.

"Tapi... Kalau dia udah berubah sih ya mau aja, dia kan cinta pertamaku hahaha."

Aku dan Merry tertawa sementara Iyay mengerutkan kening.

"Dasar bocah," ucapnya kemudian berlalu menuruni jalan setapak ke arah sungai.

"Eh eh Iyay mau ke mana?"

"Mancing."

"Lah gak makan dulu? Ini kan udah bawa ikan goreng."

"Rugi dong udah sampe sini gak makan ikan seger hasil mancing sendiri." Ucapnya yang sekarang sudah menaiki sampan.

"Iyay tunggu, aku ikut." Merry berlari kecil menuju sampan yang dinaiki Iyay, tidak takut sama sekali kalau-kalau tergelincir.

"Adek gak ikut juga?"

"Enggak, aku di sini aja. Takut jatuh, kan gak bisa renang."

"Oke, deh. Tunggu sebentar ya," pamit Iyay Hasbi yang ku angguki.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Patah Hati? Emang Berhak?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang