1. Dalam Duka

4.6K 659 453
                                    

"Jodoh itu bukan tentang suka tidak suka, mau tidak mau, tapi tentang takdir yang sudah Allah tetapkan."

.......

Istana balon bericon badut, terang di sorot lampu tembak, banyak anak berlompatan di atasnya, tertawa tanpa beban.

Menjadi anak kecil adalah masa yang paling ingin ku ulang, selain melihat senyummu langsung.

Aku duduk tepat di hadapan boneka badut yang berada di tengah wahana permainan berukuran 25m x 25m ini, mencari kebahagiaan yang ku rasa telah lenyap, terkubur bersama dengan jasad yang hatinya hanya diberikan untukku.

Kepergiannya meninggalkan luka mendalam, sedalam cinta yang ku tanam untuknya.

Takdir tak pernah bisa di sangka, aku kehilangan lelaki itu tepat pada hari pernikahan kami.

Hari yang sangat ku tunggu, penantian atas cinta dalam diam pada lelaki super terjaga. Allah mempermudah segalanya, berulang kali istikharah seakan Allah memberikan kode meyakinkan bahwa dia adalah jodoh terbaik dariNya.

Namun hari itu duniaku jungkir balik, mahkota indah yang menghias kepalaku baru terpasang sebagai akhir dari prosesi rias pengantin, aku telah siap menanti pujaan namun yang datang justru berita duka. Mobil pengantin berhias bunga itu diberitakan telah tertabrak truk besar yang melaju cepat karna rem blong, calon suamiku dan dua temannya tewas ditempat dalam keadaan hancur, bahkan mayatnya sampai tidak bisa dimandikan, satu orang masih kritis, beruntung tak ikut terlindas.

Aku memasuki rumahnya untuk pertama kali dengan pakaian pengantin, tidak ada senyum dan sambutan hangat, hanya ada tangis yang membludak.

Aku tidak bisa menahannya, ku buka kain penutup berharap bisa melihat wajah manis itu untuk terakhir kali, namun na'as, tangisku pecah menyaksikan wajah yang hancur, dan bersimbah darah. Pakaian pengantin putih telah berubah warna, begitu juga dengan melati di lehernya.

Seluruh tubuhku lemas, hari itu aku tak sadarkan diri hingga tak sempat mengantarkan pengantinku ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Sudah dua bulan sejak kejadian itu, namun aku masih saja menangis tiap kali mengingatnya.

Bagaimana Tuhan bisa merenggutnya dari aku yang mencinta sepenuh jiwa? Dia sendiri yang menghadirkan cinta serta keyakinan dalam dadaku, tapi dihempaskan Nya mimpi-mimpiku pada detik-detik terakhir akan terlaksana.

Dia begitu kejam, memberiku harapan palsu tentang kebahagiaan ternyata yang hadir malah duka teramat dalam.

Aku masih tidak percaya, bagaimana bisa Dia yang katanya Maha Pengasih lagi Maha Penyayang memisahkan kami yang baru akan merenda kasih dan berikrar akan selalu sayang.

"Makan dulu..." Ucap seorang laki-laki asing sembari menyodorkan mika berisi seafood bakar lengkap dengan saos dan mayonaise. Aku mendongak untuk menatap wajahnya, namun asing. Ku toleh kiri kanan mungkin dia berbicara dengan orang lain namun nyatanya tidak ada, hanya anak-anak yang sedang asik berlompatan.

"Kamu nawarin aku?" Tanyaku bingung, laki-laki jangkung itu mengangguk.

"Gak perlu, terimakasih." Tolakku.

"Gue benci penolakan. Jadi jangan menolak apapun dari gue. Ayo makan," ujarnya santai tanpa tau aku muak mendengarnya. Siapa dia berani berkata seperti itu padaku?

Aku hendak beranjak pergi namun dia menghentikan ku dengan hanya menyebut satu nama "Hafizh Amrillah-" aku menoleh dengan tatapan menyelidik, bagaimana dia bisa tau nama itu? "Gue sahabatnya, yang masih diberi kesempatan hidup dan bertemu dengan lo." Lanjutnya seakan paham isi kepalaku.

Patah Hati? Emang Berhak?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang