بسم الله الر حمن الر حيم
Astaghfirullahaladziim
Astaghfirullahaladziim
AstaghfirullahaladziimAllahumma sholli'ala saydina Muhammad wa ala Alihi saydina Muhammad.
-Wattpad cuma selingan, Al-Qur'an yang utama-
🕋🕋🕋🕋
"Jika aku kembali membangun cinta, maka semua hanyalah ketidakmungkinan yang diaamiinkan oleh takdir tersebab bujuk rayumu dido'a yang tak pernah ku tau."
.......
"Tepat! Kalau begitu ayo menikah dengan saya, Gin," Ucap Arga ringan, dibubuhi senyum penuh ketulusan, matanya menatap lurus ke manik mataku mengunci aku dalam tatapannya.
Ingatan tentang baju pengantin kemarin membayangiku, wajah Hafidz yang berlumur darah kini seakan tepat di hadapan, bagaimana bisa sekarang aku terbuai oleh tingkah sahabatnya?
"Norak!" Bentakku lalu menarik tas dan beranjak keluar dari kelas meninggalkan Arga yang bergeming.
"Ginda Ariana!" Suaranya naik satu oktaf, memanggil nama lengkapku yang entah dia tau dari mana, jujur saja lututku gemetar sekarang, aku tidak pernah membentak seseorang seperti tadi, Arga pasti merasa sangat dipermalukan.
Aku berhenti tanpa menoleh, bisa ku rasakan atmosfer kelas berubah seketika.
"Kalau jadi norak bisa buat lo jatuh cinta maka gue rela jadi orang ternorak di bumi buat lo," ucapnya tanpa ku duga. Aku kira lelaki ini akan marah, ternyata malah lanjut mengeluarkan gombalan. Dia juga kembali menggunakan bahasa tidak formal padaku. Tanpa mau repot-repot perduli, aku melanjutkan langkah keluar dari kelas, sesekali bolos tidak masalah.
Ku dengar kelas kembali berisik setelah aku keluar, aku tidak perduli karna mereka pasti sibuk bergosip lagi soal aku.
Memang paling sulit menjaga diri dari dosa berghibah, bukan hanya mereka, aku juga masih sering melakukannya meski diawali tidak sengaja namun lebih sering keterusan, susah sekali menjaga lidah padahal aku hafal ayat 12 di surat Al hujarat yang pernah dibacakan Hafidz pada kami di kelas waktu itu.
Aku ingat saat kami sedang berkerumun di kelas membicarakan soal salah seorang teman yang terancam di DO, Hafidz mengahampiri kami dengan senyuman. Aku cuma menunduk sementara teman-teman yang lain menyambutnya dengan hangat bahkan ada yang menggodanya dengan candaan. Hafidz adalah idola yang selalu bersembunyi, tidak heran saat dia muncul teman-teman sekelas seperti ikan yang diberi makan.
"Aku lagi hafalan surat Al Hujarat, kalian mau denger gak? Satu ayat saja," ucapnya lembut. Tentu saja sepontan kami mengangguk karna memang suaranya lah yang diidolakan banyak orang.
Dengan indah Hafidz melantunkan satu ayat itu lalu pergi dengan senyum hingga kami akhirnya batal bergunjing malah membuka Al Qur'an yang ku bawa, mencari ayat berapa yang dia baca beserta artinya.
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." (Al Hujarat : 12)
KAMU SEDANG MEMBACA
Patah Hati? Emang Berhak?
RomanceSeperti mendung yang tak selalu hujan, begitu juga cinta tak selalu bersatu. Benar memang, cinta tak pernah salah, hanya saja ia sering tak tepat waktu, tak tepat yang dituju, juga diungkapkan dengan cara yang keliru. Ginda, gadis manis itu jatuh ci...