Back To Reality

1.6K 65 8
                                    

"Hermione..."

Sayup-sayup ia membuka matanya secara perlahan, cahaya bulan dari jendela-jendela itu sedikit mengganggu pandangannya. Kepalanya seakan berputar.

"Hermione.. syukurlah kau sadar. Aku disini." ujarnya sembari memegang tangan Hermione dengan lembut

Hermione menoleh ke arah orang tersebut, mencoba memfokuskan pandangannya seraya memikirkan siapa orang yang duduk disampingnya.

"Kau..." jawab Hermione lirih, tenaganya seakan terkuras habis. Suaranya serak.

"Kau ada di Hospital yang ada di St. Mungo."

"Bagaimana bisa?" tanya nya seraya memperhatikan sekitar

"Kehamilan sihir. Itu membuatmu lemah, itu menguras energimu. Kau tak sadarkan diri di flatmu, aku mengunjungimu dan aku langsung berapparate membawamu kesini."

"Berapa lama aku disini?"

"Sekitar 4 hari. Kau tak sadarkan diri dan terus mengigau. Healer bilang mungkin alam bawah sadarmu sedang kacau. Mereka juga memberikanmu ramuan tidur tanpa mimpi malam ini, dan ya— mereka berhasil. Kau berhasil siuman. Istirahatmu sangat nyenyak." penjelasan darinya

"Bayiku... apa sesuatu terjadi padanya?" tanya nya seraya mengusap perutnya, ia merasakan perutnya masih buncit karena kehamilannya.

"Bayimu aman. Healer mengecek pancaran sihirnya sangat kuat. Tapi itu pertanda baik. Pertanda bahwa jika nantinya ia lahir, ia akan menjadi anak yang kuat dan hebat dalam sihirnya."

"Aku masih merasa lemas..." ujar Hermione dengan memegang kepalanya yang masih terasa sangat berat

"Beristirahatlah. Kau masih butuh penyembuhan. Oh ya, Harry dan Ginny datang kesini sebelumya. Mereka datang setiap hari, mereka selalu membawakan bunga baru untuk vas mu. Lihatlah, sangat cantik." ujar laki-laki tersebut seraya menunjukkan betapa vas bunga nya sangat indah.

Hermione hanya tersenyum. Ada sesuatu yang mengganjal perasaannya. Mimpi itu— seakan nyata.
Semua yang ia alami itu, hanyalah ilusi. Hanyalah mimpi. Hanyalah halusinasinya, ketika ia tak sadarkan diri.

"Lucian..."
"Apa— apa Draco juga sering mengunjungiku?" tanya Hermione yang membuat Lucian mengalihkan pandangannya

"Apa kau ingin aku menjawab jujur?"

"Tentu.."

"Tidak. Dia tidak pernah datang berkunjung. Aku curiga apa orang itu masih hidup atau tidak." cibir Lucian

Hermione menurunkan pandangannya, perasaannya campur aduk. Jantungnya seakan berhenti. Kenapa Draco masih tak peduli dengannya? Apa ia masih bersama dengan Astoria hingga kini?

Sementara, laki-laki yang ada disampingnya saat itu sejujurnya— bukan yang Hermione inginkan.
Lucian, ada disampingnya. Bukan Draco.

"Kau tidak membutuhkannya, Hermione."

Hermione menoleh ke arah Lucian, menatap laki-laki itu.

"Kau tidak perlu khawatir. Kau punya aku, punya teman-temanmu yang selalu ada untukmu. Jangan pernah memperdulikan laki-laki yang tidak bertanggung jawab itu." sindir Lucian

"Tapi, dia— ayah dari bayiku."

Lucian mendekat ke Hermione. Memegang erat tangan Hermione dan menatap mata gadis Gryffindor itu.

"Aku bisa menggantikan perannya." ujar Lucian

Hermione tersentak, tangannya menjauh dari dekapan tangan Lucian.

"Aku— aku tidak tahu, Lucian."

Lucian menghela nafasnya.

"Kau tidak perlu menjawabnya sekarang, atau mungkin— lupakanlah saja itu. Now, beristirahatlah. Kau membutuhkan itu." ujar Lucian

Seingatnya saat itu, ia baru saja selesai pergi ke salah satu Mall untuk melihat perlengkapan bayi. Setelahnya ia pulang kembali ke flatnya karena merasa tubuhnya pegal, tak enak badan.

Dan,
Semua kejadian-kejadian itu, keindahan ceritanya dengan Draco, itu— ternyata hanyalah mimpi. Itu tak nyata.
Menikah dan melahirkan "Scorpius" dan happy ending bersama Draco, itu— hanyalah halusinasinya. Selama 4 hari ia memimpikan itu. Selama 4hari nyatanya ia sedang berada di Ruang Hospital yang ada di St. Mungo

Mengenai scorpius— ya, ia masih ingat nama itu. Dalam mimpinya, Draco yang menyiapkan nama itu untuk bayi mereka.

Hermione mengatupkan bibirnya, tangannya menutupi seluruh mukanya. Ia terisak. Ia kecewa ternyata semua itu hanyalah mimpi.
Dan bahkan selama 4hari ia terbaring di rumah sakitpun, Draco tak mengunjunginya.

Kemana dia? Kemana Draco? Apakah ia memang benar-benar meninggalkan Hermione dan memutuskan untuk kembali bersama Astoria?

Menangis. Seandainya ia bisa memilih, mungkin Hermione memilih untuk tak bangun dari tidurnya agar tak merusak mimpi— yang membuatnya bahagia.

***

Ceritanya lanjut nih, aku bikin Part II ya. Semoga suka!🖤

Ini adalah Part II, jadi buat kalian yang baru banget baca aku saranin kalian baca dulu yang Part I ya biar nyambung ceritanya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HER LAST LOVE (part II) | DRAMIONE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang