16 - Taman

855 75 0
                                    

"ah, duduk di sini aja yuk"

Ketiga temannya mengangguk. Nazam memang anak yang introvert, mungkin sekarang dia akan seperti orang yang kurang kerjaan, dan tidak mau diam. Namun nanti jika baterai nya habis dia akan diam seperti orang yang sedang sakit.

"Zam. Lo ngapain bawa kita ke taman sebenernya?" Tanya Jean heran

Nazam tersenyum, "gak apa apa. Cuma pengen ke taman aja, sekalian main" cengirnya

Reon ikut tersenyum. "Iya sih sejak waktu Lo sakit sama Hazril yang ikut sakit, kita jadi gak ada waktu buat main. Sekalian akrabin diri satu sama lain"

Nazam mengangguk semangat, "nah itu dia"

Hazril mengerutkan kening. "Gak ngajak Jinan, Cio, sama kak mario nih?"

Nazam menggeleng lucu, "gak! Gue cuma pengen segini aja. Mm, ah! 00 line" ucapnya

"00 line?" Tanya Reon, Jean dan Hazril. Nazam mengangguk lagi, "iya 00 Line. Tahun lahir kita semua! Jadi 00 line" jelasnya pada ketiga temannya yang ーLemot.

Mereka mengangguk anggukan kepala. "Ohh ok ok gue ngerti" ucap Reon

"Mm. Sebenernya gue pengen nanya sama kalian" ucap Jean tiba tiba

"Nanya apa?" Tanya Nazam dengan raut wajah bingung

"Gue pengen tau deh.. kalo kalian udah lulus pengen kuliah di jurusan apa? Gue sih jurusan bisnis. Pengen bantu papih"

"Ohhh, jurusan? Gue sih jurusan teknologi. Gue pengen banget ciptain alat alat canggih!" Reon

"Gue.. gue pingin ke Jurusan dokter" Ucap Nazam dengan senyum yang mengembang

"Ah gue sih udah tau" ucap Reon. Diangguki Jean dan Hazril

"Kalo Lo zril?" Tanya Reon

"Gue... Gue juga pengen ke jurusan yang sama kayak Azam, jurusan kedokteran."

"Kenapa... Pengen kedokteran?" Tanya Reon. "Simple aja, kalo Nazam gak mau orang ngerasain penderitaan yang dia rasain. Gue juga sama, gue pengen jadi dokter psikologi atau psikiater, gue pengen orang orang gak nyembunyiin masalahnya dan lebih memilih jalan pintas. Gue pingin semua orang bisa jujur."

Kata kata Hazril.. sangat menyayat hati memang, namun. Nazam tersenyum, "gue suka pemikiran Lo."

Reon dan Jean ikut mengangguk. "Sama, Lo bijak banget sumpah" puji Reon

"Gue juga suka sama pemikiran Lo zril" ucap Jean.

Nazam tersenyum kemudian merangkul bahu Hazril. "Biarin, langit biru dan taman ini jadi saksi keinginan kita. Semoga bisa tercapai"

ーーTwinsーー

"Aduh. Anak itu kemana sih??"

"Sabar... Bun. Sebentar lagi Azam juga pasti pulang kok"

Yuna sedari tadi mondar mandir karena menunggu anak bungsunya yang tidak pulang pulang. Dia bilang hanya akan pergi sebentar bersama Reon dan Jean, tapi sampai sekarang belum pulang juga.

"Telepon dong Jef!"

"Iya iya Bun ini Jefri telpon"

"Halo kak"

"Halo dek. Lo dimana sih?"

"Gue lagi di taman sama Reon, Jean juga Hazril. Kenapa emangnya kak?"

"Kinipi imingnyi Kik. Sini balik, bunda nyariin"

"Yah.. tapi Azam masih pengen main sebentar lagi"

"Gak! Balik sekarang! Enak aja udah bikin khawatir masih bisa bisanya nawar waktu"

"Ish kak Jef berisik banget kek nyamuk"

"Dih. Awas aja lo"

"Iya iya ini gue pulang kok.. bilangin bunda jangan khawatir. Gue udah gede"

"Gede gede. Palalo yang gede, udah buru balik!"

"Iya iya sabar Jamal!"

"Hm. Gue tutup ye. Bye"

Tut Tut

"Dimana katanya adik kamu?" Tanya Yuna gelisah

Jefri mendengus. "Katanya dia tadi lagi ditaman bun sama Jean, reon, terus... Siapa ya? Oh Hazril"

"Ohhh. Kamu suruh pulang?"

Jefri mengangguk, "duh padahal biarin aja. Tapi udah terlanjur ya?"

Jefri mengangguk lagi. "Udah, biar dia suruh pulang aja bun. Lagian ini udah sore"

Yuna mengangguk kemudian melenggang pergi ke dapur.




To be Continued•••>
(Tbc)
#####
Au ah saya gaje banget. Btw chapter nya bakalan panjang xixi.

[✓]Twins : Haechan dan JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang