Part 4

69.1K 1.9K 55
                                    

Happy Reading.









2 Minggu Kemudian.

Menarik kursi untuk dirinya duduk, wajah Ara terlihat sangat pucat. Ara merasa sangat pusing, tapi tetap memaksakan diri ikut sarapan bersama.

Chiara yang ingin meletakkan piring di meja makan, menatap Ara dengan wajah khawatir.

"Apa kau sedang sakit?" tanya Chiara dengan suara lembut.

"Tidak, Mom. Aku tidak sedang sakit," jawab Ara.

"Tapi wajahmu sangat pucat," ucap Chiara sambil memeriksa suhu tubuh Ara dengan punggung telapak tangannya.

"Kau tidak demam. Apa yang kau rasakan, Ara?" tanya Chiara.

"Hanya pusing dan mual, Mom," jawab Ara.

"Apa ini yang membuatmu tidak keluar mansion selama dua minggu? Sejak kapan kau merasa pusing dan mual?" tanya Chiara, terlihat semakin khawatir.

Baru Ara ingin menjawab, suara Gavrilo lebih dulu terdengar.

"Dad harap kau tidak membuat kekacauan lagi, Ara. Setelah dua minggu kau tidak ke mana-mana," ucap Gavrilo.

Dengan bibir yang terlihat sangat pucat, Ara tersenyum lebar, tidak membalas ucapan Gavrilo, membuat Gavrilo dan Chiara saling bertatapan, lalu menghela napas pelan.

Elnero dan Elnara baru saja memasuki ruang makan. Nero dan Nara, keduanya kembar. Nara menatap Ara dengan tatapan menilai, sementara Nero sudah duduk, tidak peduli sekitar.

"Kenapa wajahmu sangat pucat?" tanya Nara saat sudah duduk.

"Tidak apa-apa," jawab Ara.

Setelah semua makanan disajikan, semuanya langsung sarapan dengan tenang. Elio sudah tidak tinggal di mansion, pria itu tinggal di apartemen.

Selesai sarapan, Gavrilo, Nero, dan Nara berangkat bekerja, sementara Ara langsung kembali ke kamarnya. Ara tidak menjawab pertanyaan Mommy-nya yang menanyakan, masalah apa lagi yang akan dirinya buat setelah 2 minggu tidak ada berita apa pun.

***

Di dalam kamar mandi, Ara tersenyum puas melihat 5 test pack dengan merek berbeda menunjukkan dirinya positif hamil. Ara meminta Norah—sahabatnya, untuk membeli test pack kemarin, dan diantarkan ke mansion.

Mual dan muntah selama 3 hari, yang terparah pagi ini, wajahnya bahkan masih terlihat sangat pucat meski sudah sarapan, membuat Ara sangat yakin dirinya hamil. Jadi baru sekarang mencoba test pack.

Mencuci tangan, setelah itu Ara membawa 5 test pack itu keluar dari kamar mandi. Ara mengambil tas-nya, lalu memasukkan 5 test pack tadi ke dalam tas. Setelah menutup tas-nya, Ara membawa tas-nya keluar kamar.

Ara merasa beruntung dirinya tidak berpapasan dengan Mommy-nya, jadi bisa langsung pergi tanpa memberitahu akan ke mana.

Memutuskan mengemudi sendiri, bibir Ara terus tersenyum, karena rencananya berhasil. Sekarang tujuan Ara adalah ke rumah sakit, untuk mendapatkan hasil USG.

Ara mengemudi hanya dengan tangan kanannya, sementara tangan kiri, mengelus perutnya. Ara berterima kasih pada Tuhan, karena dengan mudah menghadirkan janin di dalam kandungannya.

Selama 1 bulan, Ara berkonsultasi dengan dokter kandungan mengenai kesuburannya. Dirinya tidak ada masalah, jadi hanya sperma Fazio penentu terakhirnya.

Jika sperma milik Fazio subur, maka semua bisa berjalan sesuai rencananya. Walaupun semuanya tetap Tuhan yang menentukan, tapi Ara cukup yakin, rencananya bisa berhasil. Apalagi malam itu, Fazio tidak hanya sekali mengeluarkan pelepasan di dalam.

***

Tersenyum puas melihat hasil USG-nya, Ara memasukkan hasil USG itu ke dalam tas-nya, lalu mengemudikan mobilnya menuju kantor Fazio.

Meski Ara tidak yakin dirinya bisa bertemu dengan Fazio atau tidak, tapi tetap memilih datang ke kantor Fazio.

Setelah memarkirkan mobilnya, Ara keluar dari mobil, melangkah menuju lobby. Ara menuju meja resepsionis. Semua karyawan di kantor Fazio jelas tahu siapa Ara, meski Ara baru pertama kali datang ke kantor Fazio.

"Selamat siang, Miss. Ricci," ucap resepsionis dengan sopan dan ramah.

"Selamat siang. Saya ingin bertemu dengan Fazio," balas Ara, sengaja menyebut Fazio, tidak Z seperti biasanya.

"Baik. Mohon tunggu sebentar, Miss. Saya hubungi secretary Mr. Marchetti lebih dulu," ucap resepsionis.

"Saya sudah membuat janji dengan Fazio. Jadi tolong langsung antarkan saya ke ruangannya," balas Ara.

Ara tidak akan membiarkan Fazio menolak bertemu dengannya, jadi berbohong adalah pilihan yang tepat. Resepsionis menatap Ara dengan tatapan ragu.

"Saya yang akan bertanggung jawab. Jadi tidak perlu khawatir," ucap Ara.

Akhirnya resepsionis itu mengantar Ara menuju ruangan Fazio. Saat berhadapan dengan secretary Fazio pun, Ara kembali berbohong. Bahkan Ara langsung menuju pintu ruangan Fazio, lalu membuka pintu itu begitu saja.

Fazio yang sedang fokus membaca berkas di meja, tersentak saat mendengar pintu ruangannya terbuka dengan kencang.

Saat melihat Ara sudah melangkah masuk ke dalam ruangannya, Fazio bangun dari duduknya. Fazio menatap ke arah belakang Ara, di mana secretary-nya terlihat sangat ketakutan.

Memberi isyarat pakai tangan, Fazio menyuruh secretary-nya keluar dari ruangannya. Setelah pintu ruangannya tertutup, Fazio menatap Ara dengan tatapan datar seperti biasa.

Ara membuka tas-nya, mengeluarkan 5 test pack dan hasil USG dari dalam tas-nya, lalu meletakkan semuanya di meja kerja Fazio.

"Ternyata sperma-mu sangat hebat. Hanya malam itu melakukannya, tapi langsung berhasil menghasilkan janin. Bahkan bukan hanya satu, tapi dua," ucap Ara, lalu tersenyum lebar.

Ya. Ara hamil kembar. Itulah yang membuat Ara semakin senang.

Fazio masih menatap Ara dengan tatapan sangat datar, lalu beralih menatap meja kerjanya. Tersenyum sinis, Fazio kembali menatap Ara, lalu melangkah ke arah Ara.

Senyum di bibir Ara belum pudar. Bahkan saat Fazio sudah berada di dekatnya, Ara masih terlihat biasa saja, tidak peduli dengan aura dingin dan tatapan tajam dari Fazio.

Sampai di hadapan Ara, Fazio kembali melangkah menuju ke belakang Ara. Dengan gerakan cepat, Fazio mencekik leher Ara dengan kuat, membuat Ara tersentak kaget, sampai matanya melebar.







See you next part. 👋

09-01-2022.

CRAZY LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang