Part 19

22.5K 823 14
                                    

Happy Reading.









Fazio menatap ponselnya yang menunjukkan stopwatch. Sudah 5 menit 50 detik, tapi belum ada tanda-tanda terdengar suara dari pintu. Tatapan Fazio beralih melihat ke arah pintu yang masih tertutup rapat.

"Sir, Anda yakin Nona Ara akan baik-baik saja?"

Fazio tidak menjawab pertanyaan assistant pribadinya. Memejamkan matanya, Fazio mencoba menajamkan pendengarannya.

BRAK!

Pintu terbuka dengan kencang, asap sangat tebal langsung keluar begitu saja. Fazio membuka matanya, lalu melangkah menghampiri Ara yang baru saja keluar sambil terbatuk-batuk.

Berusaha mengatur napasnya, Ara menatap Fazio dengan tatapan kesal.

"For God's Sake. Aku lebih suka kau mengurungku di kamar, dibanding melakukan pelatihan seperti ini," cetus Ara.

"Kau harus bisa lebih cepat lagi," ucap Fazio.

Ara menatap Fazio dengan tatapan tidak percaya, menurutnya Fazio semakin menyebalkan, dan gila.

"Kalau kau ingin membunuhku, tidak perlu menyiksaku seperti ini." Ara mengucapkan itu dengan wajah sangat kesal, lalu melangkah meninggalkan Fazio.

Fazio terkekeh melihat Ara sudah menjauh. Sementara assistant Fazio bernapas lega, melihat Ara baik-baik saja.

Setelah makan siang di restoran, Fazio benar-benar mengajak Ara pulang ke mansion. Bahkan mobil yang Ara pakai, Fazio serahkan ke orang yang berjaga di sekeliling Ara. Jadi Ara pulang bersama Fazio.

Setelah melakukan 1 jam latihan menembak dan melempar pisau, Fazio memilih mengetes kemampuan Ara dalam bertahan, dan membebaskan diri di situasi yang sulit.

Seolah diculik, lalu disekap, Ara berada di dalam gudang yang ada di belakang mansion Fazio dalam keadaan kaki dan tangan terikat, mulut dan mata tertutup.

Tidak hanya sampai di situ, Fazio juga mengeluarkan asap cukup tebal di dalam gudang itu. Fazio tahu, cara yang dirinya lakukan untuk mengetes Ara sangat berbahaya, tapi dirinya sudah memperhitungkan semuanya.

***

Masuk ke dalam kamar, Fazio melihat Ara baru saja selesai mandi. Wajah Ara terlihat masih marah, Fazio menggelengkan kepalanya, lalu melangkah menuju kamar mandi. Ara melihat Fazio bersikap seperti itu, berusaha menyabarkan dirinya.

Saat Fazio keluar dari kamar mandi, Ara sudah tidak ada di kamar. Fazio memutuskan berpakaian dengan cepat.

Setelah selesai berpakaian, Fazio mencari Ara, ternyata perempuan hamil itu sedang duduk di kursi tidak jauh dari kolam renang, sambil meminum hot chocolate.

"Aku belum melihat kemampuan menyelammu."

Ara menoleh ke belakang saat mendengar ucapan Fazio. Mendengkus kesal, Ara tidak membalas ucapan Fazio, memilih kembali meminum hot chocolate-nya.

"Sebentar lagi dokter akan datang," ucap Fazio.

"Untuk apa?" tanya Ara.

"Tentu saja memeriksa dirimu dan kandunganmu," jawab Fazio.

Pippa datang memberitahu bahwa dokter sudah sampai. Fazio dan Ara masuk ke dalam mansion, langsung menuju kamar, bersama dokter dan suster.

Dokter melakukan USG dengan alat yang sebelumnya dibawa ke mansion Fazio. Memutuskan membeli alat USG itu, Fazio merasa lebih baik jika alat USG itu tetap berada di mansion-nya.

CRAZY LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang