Part 24

23K 869 4
                                    

Happy Reading.










Fazio melangkah cepat menuju mobil, kini dirinya sudah sampai Rome. Tidak jadi pulang di hari Minggu, tapi Fazio pulang di hari Kamis. Karena mendapat kabar Ara sakit.

Sudah tahu Ara menginap di mansion keluarga Ricci, tujuan Fazio kini adalah langsung ke mansion keluarga Ricci. Fazio bahkan meminta sopir mengemudi dengan cepat.

Fazio tahu apa saja yang Ara lakukan, termasuk tidak datang ke kantor, selain di hari Senin untuk mencari dirinya, dan Fazio juga tahu kondisi Ara tidak baik-baik saja.

Tapi Fazio tetap tidak memutuskan pulang, karena menganggap Ara hanya sakit biasa, yang memang sering dialami oleh ibu hamil.

Sampai akhirnya semalam, Chiara tiba-tiba menghubunginya, mengatakan bahwa Ara mengigau saat tidur, terus memanggil namanya. Bahkan saat terbangun, Ara menangis mengatakan merindukannya.

Tidak merasa senang, Fazio justru khawatir Ara semakin bergantung padanya. Karena Fazio tidak ingin hubungannya dengan Ara semakin dekat.

***

Sampai di mansion keluarga Ricci, Fazio langsung menuju kamar Ara. Menekan password di pintu kamar Ara, setelah terbuka, Fazio membuka pintu, langsung masuk ke dalam kamar.

Fazio merasakan pendingin kamar Ara tidak terlalu dingin. Fazio melihat Ara tertidur. Chiara mengatakan Ara belum makan dari pagi.

Melangkah menuju ranjang, saat sudah di samping ranjang, Fazio duduk di pinggir ranjang. Tangan kanan Fazio terulur menuju wajah Ara. Lalu mengelus wajah Ara dengan lembut.

"Ara," panggil Fazio dengan suara lembut.

Merasakan elusan di wajahnya, dan mendengar namanya dipanggil oleh suara yang dirinya kenal, membuat Ara perlahan mengerjapkan matanya. Sampai akhirnya mata Ara terbuka sempurna.

Melihat Fazio di hadapannya, Ara langsung bangun dari posisi tidurnya dengan susah payah, mengabaikan kepalanya yang terasa pusing.

Fazio membantu Ara duduk. Fazio tersentak saat Ara langsung memeluknya, dirinya mendengar Ara menangis.

Kedua tangan Fazio terangkat, membalas pelukan Ara, lalu mengelus dengan lembut punggung dan rambut Ara.

"Aku merindukanmu," ucap Ara dengan isak tangisnya.

Fazio hanya diam, tapi tangannya tetap mengelus punggung dan rambut Ara. Berusaha menghentikan tangisannya, Ara melepaskan pelukan, lalu menghapus air matanya.

"Apa kau tidak merindukanku?" tanya Ara menatap Fazio.

"Tidak," jawab Fazio.

Ara kembali menangis, membuat Fazio mengangkat satu alisnya.

"Bajingan! Kenapa hormon kehamilan ini membuatku merindukan pria menyebalkan sepertimu? Kenapa kedua anak kita sepertinya sangat menyayangi dan mencintaimu?" Ara mengucapkan itu dengan air mata terus mengalir.

Fazio melipat bibirnya, mengulum senyum, melihat wajah Ara yang memerah, terlihat menggemaskan. Memerah karena terus menangis.

"Kau ingin makan apa?" tanya Fazio memilih mengalihkan pembicaraan.

"Aku tidak mau makan," jawab Ara ketus, sambil terus menghapus air matanya.

"Aku tidak masalah kau tidak makan. Tapi kedua janin dalam kandunganmu butuh asupan," ucap Fazio santai.

"Sialan! Jadi, kau datang ke sini hanya karena anak kita? Bukan karena mengkhawatirkanku?" Ara terlihat semakin kesal.

"Kau sudah dewasa. Sudah tidak perlu diingatkan makan," ucap Fazio.

CRAZY LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang