Part 11

44.2K 1.4K 41
                                    

Happy Reading.









"Aku senang kau mengkhawatirkanku," ucap Ara.

Kini, Ara dan Fazio sudah berada di dalam kamar. Fazio tetap diam, memilih melepas kausnya, lalu meletakkan kaus itu di sofa, kemudian melangkah menuju balkon.

Ara menggelengkan kepalanya melihat Fazio sangat gengsi mengakui bahwa pria itu mengkhawatirkannya. Memutuskan ke kamar mandi, Ara merasa harus segera tidur, karena sudah tengah malam.

15 menit kemudian, Ara keluar dari kamar mandi setelah membersihkan diri. Ara menuju walk in closet untuk berganti pakaian dengan gaun tidur.

Setelah mengenakan gaun tidur, Ara keluar dari walk in closet. Melihat Fazio sedang merokok di balkon, Ara melangkah menuju balkon.

"Mulai sekarang kau harus berhenti merokok," ucap Ara.

Seperti biasa, Fazio tidak peduli dengan Ara. Dengan kesal, Ara merebut rokok di tangan Fazio, lalu mematikan rokok itu di asbak. Fazio langsung menarik tangan Ara, lalu mencengkeram pipi Ara.

"Sepertinya, aku sudah terlalu baik padamu. Sampai kau lupa bahwa aku bisa membunuhmu kapan pun aku mau," desis Fazio.

Ara melepaskan tangan Fazio dari pipinya. Tidak ada ketakutan melihat Fazio sangat marah, Ara justru semakin senang karena berhasil membuat emosi Fazio terpancing.

"Aku sedang hamil, asap rokok tidak baik untuk ibu hamil. Ah... bukan hanya untuk ibu hamil, tapi asap rokok memang berbahaya. Dan mulai sekarang, berhenti mengucap kata membunuh. Anak kita bisa takut mendengar Daddy-nya berbicara kasar pada Mommy-nya," ucap Ara.

"Sebaiknya kau masuk ke dalam, daripada terus bicara omong kosong," desis Fazio.

"Ya, aku akan masuk ke dalam, tapi kau ikut bersamaku. Aku ingin tidur dipeluk olehmu," ucap Ara.

"Berhenti berbicara omong kosong, atau aku akan merobek bibirmu." Fazio menatap Ara dengan tatapan semakin tajam.

"Dengan cara?" tanya Ara menantang.

Fazio langsung mencium bibir Ara, menggigit dengan kuat bibir Ara. Sampai akhirnya bibir Ara berdarah. Melepaskan ciuman, Fazio mengusap bibirnya dengan kasar menggunakan punggung telapak tangan kanannya.

"Kau ini kasar sekali," ucap Ara sambil mengelap bibirnya yang berdarah dengan ibu jari.

"Untuk lain kali, kau bisa memilih pisau lipat milikku untuk merobek bibirmu itu," balas Fazio sebelum masuk ke dalam kamar.

Ara mendengkus kesal, lalu menyusul Fazio. Ara menaiki ranjang, masuk ke dalam selimut, lalu merapatkan diri ke tubuh Fazio.

"Menjauh dariku," desis Fazio.

"Sssttt... aku benar-benar sudah mengantuk, Z. Anak kita ingin dipeluk olehmu," ucap Ara.

Ara mengangkat tangan kiri Fazio. Hingga kini posisi tangan kiri Fazio berada di belakang tubuhnya.

"Elus perutku, Z. Anak kita ingin merasakan sentuhan Daddy-nya," gumam Ara sambil memejamkan mata.

Merasa Fazio hanya diam, Ara kembali membuka mata, lalu mendongak menatap Fazio.

CRAZY LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang