Part 6

60.3K 1.7K 38
                                    

Happy Reading.









Melihat Fazio hanya diam menatapnya, Ara kembali bersuara.

"Aku tahu, pasti kau tidak mau menikahiku, dan aku tidak masalah dengan itu. Tapi, aku tetap ingin tinggal bersamamu, menjalani kehamilanku ditemani olehmu, sampai aku melahirkan, lalu kita akan membesarkan anak-anak kita bersama-sama," ucap Ara dengan wajah dan suara sangat santai.

Fazio masih diam, karena Ara semakin gila menurutnya.

"Aku kasih kau waktu sampai besok, jam delapan pagi. Aku harap kau mengambil keputusan yang tepat. Lebih baik kita bekerja sama dengan baik, daripada kau akan berhadapan dengan kedua orang tua-ku," lanjut Ara.

"KELUAR!"

Fazio mengusir Ara dengan suara yang cukup kencang. Seperti biasa, bukannya takut, Ara justru tersenyum, karena ini pertama kali dirinya mendengar Fazio meninggikan suaranya.

Selama ini, Fazio tetap tenang dan datar. Tapi kali ini, Ara merasa seperti sudah berhasil membangunkan singa yang sedang tertidur. Bangun dari duduknya, Ara melangkah menghampiri Fazio.

Saat Ara mengangkat tangannya untuk menyentuh dada Fazio, tangannya lebih dulu disentak oleh Fazio. Ara tetap tersenyum, lalu berjinjit, mengecup pinggir bibir Fazio.

"Kau sudah tidak bisa kabur lagi dariku, Z," gumam Ara tepat di depan bibir Fazio.

Fazio mengepalkan tangannya, ingin sekali rasanya mendorong Ara. Tapi berpikir, kemarahannya akan sia-sia menghadapi Ara, jadi dirinya hanya diam.

Ara tersenyum sebelum melangkah keluar dari ruangan Fazio. Mendengar pintu ruangannya sudah tertutup, Fazio memejamkan matanya. Saat membuka mata, tatapan Fazio tertuju pada meja kerjanya.

Mengambil hasil USG di meja kerjanya, Fazio menatap hasil USG itu dengan tatapan yang sangat sulit diartikan.

Fazio mengambil 5 test pack di meja kerjanya, lalu memasukkan semua test pack dan hasil USG ke dalam laci meja kerjanya, kemudian kembali memasukkan pistolnya.

Memijat pelipisnya, Fazio duduk di kursi kerjanya. Memilih kembali fokus mengerjakan pekerjaannya, Fazio sudah tidak peduli dengan apa yang akan Ara lakukan. Membiarkan Ara berbuat apa pun.

***

Ara masuk ke dalam mansion dengan wajah terlihat sangat bahagia, membuat Chiara bingung. Karena tadi pagi, putrinya itu terlihat sangat pucat, tetapi sekarang terlihat sangat bersinar.

"Kau seperti sedang bahagia. Ada apa?" tanya Chiara saat Ara menghampirinya.

"Nanti, Mom juga akan tahu," jawab Ara.

"Kau tidak membuat masalah baru lagi 'kan?" tanya Chiara, menatap Ara dengan tatapan curiga.

Ara tersenyum, lalu memeluk lengan kiri Mommy-nya, membuat Chiara semakin bingung.

"Ara, jangan membuat Daddy-mu terus-menerus marah padamu. Daddy-mu sudah tua, Mom tidak ingin tekanan darah Daddy-mu naik," ucap Chiara sambil mengelus kepala Ara dengan tangan kanannya.

"Tenang saja, Mom. Aku yakin, meski Daddy akan marah, tapi pasti hanya sesaat, setelah itu Daddy akan senang," balas Ara.

CRAZY LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang