6

924 73 25
                                    

Edel kebingungan, bagaimana dia bisa menemukan gelang yang dia tidak tahu bagaimana bentuknya, belum lagi dia jarang keluar rumah, dia agak bingung dengan jalanan yang bercabang didaerahnya itu.

Kakinya terus melangkah, dia tidak tahu harus kemana. Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan, semua asing baginya.

Hari kian malam, dia tidak tahu harus melangkah kemana lagi, dia hanya seperti berputar-putar diwilayah ini.

*

Bram pulang kerumah hampir tengah malam, semua pelayan belum tidur, mereka khawatir pada Edel yang belum pulang.

"Kenapa kalian belum tidur?" tanya Bram pada salah satu pelayan

"Anak-anak sudah tidur?"

"Non Amel dikamar"

"Edel dikamar juga?"

Pelayan ini diam, menunduk

"Edel dimana?"

Tidak mendapat jawaban, Bram langsung memasuki kamar Edel tapi kosong

"Edel ! Edel!" teriak Bram menggelegar dirumah besar itu

"Katakan dimana anak saya!"

"Non Edel ... non Edel disuruh nyonya untuk pergi mencari gelang non Amel yang hilang"

"HAH?!" Bram langsung berlari keatas,

"Papa !" Amel menangis memeluk ayahnya

"Amel tunggu sebentar, Ra , Edel mana?"

"Tidak tahu" jawab santai Zahra

"Ra! aku serius ! dimana Edel?!"

"Mana aku tahu dia ada dimana sekarang!"

"Kamu tidak khawatir padanya?! ini sudah tengah malam! diluar hujan lebat !"

"Pa .."

"Amel, gelang mana yang hilang?!"

"Yang papa beli di Mesir waktu itu"

Bram kesal bukan main, dia mengira gelang berlian yang hilang ternyata hanya gelang biasa yang harganya tidak sampai 100 ribu.

"Amel ke kamar ya"

Amel menurut dan meninggalkan mereka berdua, Bram menarik lengan Zahra

"Ra! kamu gila?!"

"Sakit Bram! kenapa aku gila?!"

"Itu gelang bukan gelang mahal! kamu tega menyuruh anak kandungmu sendiri yang jarang keluar rumah mencari gelang itu?!"

"Kenapa aku harus peduli?"

"Dimana hati nuranimu! dimana sisi keibuanmu! dia anak kandungmu! dia darah dagingmu sendiri! apa belum puas kamu memerlakukannya lebih buruk dari anak tiri?!"

"Dia memang pantas menerimanya! karena dia aku harus menangung malu!"

"Malu?! malu kenapa?! Edel anaknya pintar ! dia selalu peringkat satu!"

"Tapi dia cacat ! dia anak haram !"

"Zahra ! dia anakku ! jangan beraninya kamu sebut dia anak haram!"

"Dia harus berterima kasih, karena ayah tirinya ini sungguh menyayanginya" kata Zahra

"Aku benar-benar tidak habis pikir! ada ibu semacam dirimu! kamu bisa menyayangi Amel yang jelas-jelas anakku ! pria yang tidak kamu cintai! tapi Edel? bukankah dia anak dari hasil percintaanmu dengan pria yang amat kamu cintai?!"

EDELWEISSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang