10

1.1K 76 20
                                    

Mereka saling berpelukan hampir 5 menit, Edel tidak tahu harus bagaimana, sedangkan Zahra menangis semakin mengeratkan dekapannya.

"Kenapa mama menangis?" Tanya Edel pelan

"Edel, maafin mama, mama salah sama Edel, semua salah mama, mama salah" kata Zahra

"Mama tidak salah kok, ma-

"Tidak Del mama yang salah, kamu pasti benci mama kan?"

"Edel mau benci mama, tapi Edel tidak bisa ma"

Tangan Zahra mengelus punggung Edel dengan lembut,

"Ma, perut Edel sakit"

Zahra langsung melepaskan pelukannya melihat darah di baju Edel

"Del! Darah nak!" Pekik Zahra panik

"Tidak apa ma, mungkin jahitannya tertekan sedikit, tinggal dikasih obat ma"

"Obat kamu mana? Mama ambil"

"Ma, tongkat Edel"

Zahra mengambilkan tongkat itu dan berjalan masuk ke arah kamar, dia mencari obat dan segera keluar

Zahra membuka baju Edel sedikit, dan mengoles pada jahitan itu, Edel meringgis sedikit

"Tahan sebentar Del"

"Terima kasih ma, mama tidak pulang saja?"

"Kamu mengusir mama?"

"Bukan, tapi kasihan nenek sama adek"

"Kita pulang hari ini ya"

"Ma, Edel disini saja"

"Edel belum maafin mama kan?"

"Bukan ma, tapi memang lebih baik Edel disini saja, Edel lebih pantas disini" cicitnya dengan pelan

"Edel, pulang ya , rumah itu juga rumahmu, disini kamu sendiri, jika ada apa-apa bagaimana?"

"Jika ada apa-apa dengan Edel apa mama akan sedih?"

Airmata Zahra melebur kembali, dia mendekap erat tubuh kurus itu, dia tidak tahu bagaimana agar sakit dihatinya hilang.

"Nak, pulang ya, mama takut Edel sendiri disini, mama takut mama terlambat lagi ada untuk Edel , mama mau menebus kesalahan mama"

"Mama tidak salah, tapi Edel benar ingin disini saja, Edel sudah bisa hidup sendiri, mama dirumah saja dengan papa sama adek"

"Tapi Del, dengan kondisi kamu sekarang, mama tidak tenang sayang"

Edel tersenyum lebar mendengar ibunya memanggilnya sayang.

"Del"

"Papa!"

"Pulang ya nak? Mama sudah jauh-jauh kesini menjemput Edel"

"Edel tetap disini pa, bentar lagi ulang tahun mama, mama selalu ingin merayakannya dirumah tapi karena ada Edel mama terpaksa merayakan diluar, maaf ya ma, Edel cacat cuma bisa membuat malu mama didepan teman teman mama"

Zahra kembali menangis, kembali mendekap erat putrinya,

"Karena bentar lagi ulang tahun mama, kamu harus pulang, itu akan menjadi kado untuk mama, pulang ya?"

"Tapi teman teman mama?"

"Tahun ini mama tidak akan merayakan dengan teman teman mama, kita rayakan berempat ya? Ya Del ?"

Edel menatap Bram, tentu Bram tersenyum menyetujui.

"Tapi jika Edel masih mau disini, mama akan menemani disini juga"

"Jangan ma! nanti adek gimana?"

"Del, jangan pikirkan adekmu, dia baik-baik saja, bahkan kondisinya lebih baik darimu, dia punya 2 ginjal sehat dan kamu hanya punya 1 ginjal" jawaban jujur dari Bram kembali menampar hati Zahra

"Mama disini ya? sama Edel? mau ya?"

"Del, papa baru dapat hasil pemeriksaanmu, kata dokter tidak begitu bagus"

"Apa kata dokter?" tanya Zahra namun diabaikan Bram

"Lihat luka jahitanmu, luka Amel saja sudah kering, tapi punyamu masih basah seperti itu, pulang ya? biar papa yang merawatmu"

Zahra tertunduk kembali melihat luka Edel yang memang masih basah, entah kenapa hatinya sakti sekali, ya sesakit itu sampai dia tak bisa berhenti menangis.

Edel akhirnya menyetujui untuk pulang kerumah, meski dia tidak mau kembali kerumah yang menjadi penonton bagaimana ibunya selalu menyiksanya, Edel sebenarnya masih takut, takut ini hanya mimpi semata, ketika dia bangun nanti ibunya akan kembali membencinya.

Zahra membantu Edel mengemasi semua keperluaannya dikamar, Bram diluar menemani Edel

"Pa, kenapa papa beritahu mama?"

"Mamamu harus tahu, karena dia kamu harus kehilangan ginjalmu"

"Papa ! kan Edel yang mau bukan mama yang suruh"

"Del, mulai sekarang jangan pikirkan mamamu atau adikmu, pikirkan kamu sendiri, hidupmu sekarang berbeda, kamu harus hidup lebih sehat dan jangan sampai terlalu banyak pikiran"

"Ayo pulang" Zahra keluar dengan koper Edel

"Biar Edel saja ma" Edel menarik koper itu

"Jangan, biar papa saja, kamu jangan melakukan aktifitas berat dulu" kata Bram membawa semua koper itu diikuti Zahra yang menuntun Edel sampai ke mobil

Dimobil Edel duduk dibelakang ditemani Zahra yang sedari tadi tak berhenti mengamati Edel, tubuh sangat kurus, tapi wajahnya benar-benar jiplakan dirinya, Edel merasa aneh saat dilihat ibunya seperti itu, apalagi saat ibunya menatap ke arah kakinya

"Maaf ma" cicit Edel pelan

"Kenapa minta maaf?" tanya Zahra

Edel hanya menggeleng kemudian menunduk, memerhatikan kakinya yang tak sama panjang itu, Zahra mendekat, mengangkat wajah Edel,

"Anak mama cantik"

Satu kalimat itu mampu membuat Edel tersenyum sedikit malu, pertama kalinya ada kalimat lain selain cacian yang diutarakan Zahra padanya.

Selama perjalanan panjang itu, Edel tertidur pulas, Zahra menggeser badannya hati-hati agar bebaring dipahanya. Dia terus mengelus wajah itu, airmatanya jatuh pada wajah Edel.

"Sampai kapan kamu mau menangis?" kata Bram datar

"Apa Edel benar sudah memaafkanku?"

"Apa kamu yakin Edel pernah membencimu?"

"Edel tak pernah membencimu sama sekali, aku bahkan sudah berusaha menghasutnya untuk membencimu dan Amel, tapi sia-sia , semakin aku menghasutnya semakin dia menyayangi kalian, dasar bodoh Edel itu !" ucap dingin Bram

"Bram ..

"Kami memang tak berbagi darah yang sama, tapi bisa aku pastikan rasa sayangku padanya lebih besar 100 kali lipat darimu, dan aku peringati , sekali lagi kamu menyakiti Edel aku tak akan memaafkan mu, aku juga akan membawa Edel pergi meninggalkanmu dan Amel, meski Amel anak kandungku tapi sifatnya sungguh kurang ajar karena didikanmu! lebih baik aku hidup berdua dengan Edel!"

"Aku akan berusaha menebusnya"

"Menebus 15 tahun penderitaan Edel? kamu yakin bisa? bagaimana caranya kamu menghapus semua ingatan Edel tentang perlakuan kasarmu?"

Zahra bertanya pada dirinya sendiri, kenapa dia harus membenci anak yang bahkan tidak minta dilahirkan?

Zahra juga tidak tahu harus bagaimana menebus salahnya, tapi dia tetap berusaha mencoba, mengganti kenangan buruk itu menjadi kenangan indah. Dia akan berusaha, pasti.

...

TBC

EDELWEISSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang