Beberapa menit menunggu, dokter akhirnya keluar,
"Edel tidak apa-apakan dok?" Pertanyaan Zahra pada dokter karena dia takut terjadi hal buruk pada anaknya, terlebih dengan kondisi satu ginjalnya.
Dokter menggeleng, perawat sudah mengambil sampel darah untuk dites lab dan hasilnya tidak cukup baik, Dari hasil lab menyatakan Edel menderita beberapa komplikasi karena satu ginjal yang dipaksa bekerja menggantikan ginjal satunya memang berat, tubuh Edel belum siap untuk itu. Makanya Edel lebih mudah lelah dan pasti dia merasakan nyeri diseluruh tubuhnya.
Zahra ingin mati saja rasanya, Edel selama ini tidak memberitahu kondisinya, pantas saja dia selalu terlihat pucat,
Jantung Zahra berpacu kencang, rasa takutnya melebih saat Amel dioperasi.
Dokter menyarankan agar Edel beristirahat total, setelah dirawat 2 hari Edel pulang kerumah, dia hanya berbaring dikasurnya,
"Del, makan dulu ya nak? mama suapi"
"Edel tidak berselera ma"
"Beberapa sendok saja ya?"
Edel dengan berat menelan beberapa sendok bubur tanpa rasa itu, kemudian Zahra ikut berbaring disamping putrinya.
"Edel masih merasa badan Edel tidak nyaman?"
"Sedikit ma, tidak apa kok"
"Edel harus cepat sembuh ya nak"
Zahra mengusap wajah Edel yang kian tirus, menciumi dengan lembut setiap sudut wajah anaknya.
"Mama mau bawa Edel jalan-jalan, kita masih belum foto keluargakan?"
Edel mengangguk senang, meski dia tidak yakin apakah dia masih bisa bertahan sampai waktu itu datang.
*
Zahra dan Bram duduk bersandar diranjang mereka, hanyut dalam pikiran masing-masing
"Bram, aku takut dengan kondisi Edel, tidak ada perubahan, apa yang harus kita lakukan?"
"Kalau kamu belum berubah mungkin aku berharap Edel tidak akan pernah sembuh, jika bisa aku berharap dia cepat meninggalkan dunia ini, tapi sekarang aku sungguh tidak akan sanggup ditinggalnya"
"Bram!"
"Kenapa? aku dulu berpikir lebih baik Edel pergi dengan cepat agar dia tidak terus tersiksa olehmu, aku tidak pernah tega melihatnya terus menangis"
Bram terus berkata dan air mata Zahra terus mengalir, dia menyesal, amat dalam. Kini hatinya diliputi rasa sakit, penyesalan dan ketakutan.
*
Tiga bulan berlalu, hubungan Edel dan Zahra semakin dekat, begitu juga Zahra dengan Bram, mereka bisa kembali akur karena mengurus Edel bersama, tapi satu yang tidak berubah , kondisi kesehatan Edel, yang ada makin hari makin buruk.
"Ma, terima kasih ya sudah mau merawat Edel, jika tidak ada mama , mungkin Edel tidak akan hidup sampai hari ini" katanya ketika Zahra sudah bangkit berdiri hendak keluar kamar
"Edel! jangan bicara sembarangan kamu! jangan membuat mama sedih" Zahra menarik Edel masuk dalam dekapannya, Edel menyandarkan kepalanya didada sang ibu, menghirum lama-lama aroma tubuh ibunya
"Sarapannya sudah?" tanya Bram pada Zahra yang baru keluar dari kamar Edel
"Sudah habis, kamu mau sarapan sekarang?"
Bram mengangguk, Zahra menyiapkan sarapan untuk sang suami
"Kenapa kamu tidak makan?"
"Aku tidak berselera, aku memikirkan bagaimana agar kondisi tubuh Edel lebih baik"
KAMU SEDANG MEMBACA
EDELWEISS
FanfictionKisah hidup seorang anak yang tidak diinginkan ibunya , dari kandungan hingga detik ini dia tidak pernah tahu kasih ibu itu seperti apa.