11

1K 75 17
                                    

Bram menggendong Edel dengan hati-hati hingga keatas kasurnya, Zahra mengambil handuk untuk membersihkan wajah dan tubuh Edel.

Dia membersihkan dan menggantikan baju untuk Edel, menemaninya tidur disamping hingga malam.

Edel terbangun dari tidur panjangnya, menoleh kesamping, matanya membesar kala melihat Zahra disana,

"Mama kenapa ada disini?" batinnya berkata

Edel terus melihat wajah cantik ibunya, dia senang bisa melihat wajah ibunya sedekat ini,

Dia kemudian bangkit perlahan dengan tongkatnya, dia membuka pintu kamarnya , setiap sudut rumah menyimpan kenangan buruk, entah dia didorong, dimaki, dimarah atau dihukum.

Edel menghela napasnya harus kembali mengingat itu, pintu berbunyi, kakek dan neneknya datang membawa Amel.

"Del! kamu kenapa berdiri disini?! kamu harus banyak berbaring, jahitanmu masih basah" kata neneknya

"Edel sudah tidak apa-apa nek"

"Mama mana?!" tanya ketus Amel

"Dikamar kakak"

"Kenapa mama dikamar kakak?!" Amel berjalan kesal kekamar itu dan membangunkan Zahra

"Amel sudah pulang sayang?perutmu masih sakit?" tanya Zahra

"Mama kenapa tidur disini?!"

Zahra baru sadar tidak ada Edel disampingnya, dia berlari keluar melihat Edel sedang duduk diapit kakek dan neneknya ,

"Mama! kenapa tidak jawab?!"

"Mama tadi menemani kakak"

"Untuk apa?! mama sudah sayang sama kakak?!"

"Amel, kakak kan anak mama juga"

"Tapi dulu mama tidak pernah sayang sama kakak!"

"Amel, dengar kata mama, mulai sekarang Amel harus sayang sama kakak juga"

"Tidak mau! tidak mau ! mama jahat!" Amel berlari tapi terhenti karena perutnya sakit

"Amel!" teriak Zahra begitu juga dengan nenek dan kakeknya berlari menuju Amel

"Semua karena kakak! kenapa sih kakak pulang?! lebih baik kakak pergi saja yang jauh!" bentak Amel

"Amel! kenapa kamu tidak sopan?!" teriak neneknya

"Sekarang nenek juga sudah tidak sayang Amel?!" Amel kembali menangis

Edel diam mematung tidak tahu harus berbuat apa, kembali menyadari dirinya hanya sesuatu yang tidak diharapkan didalam keluaga ini.

Zahra menggendong Amel ke kamar, Dini sibuk menghibur Edel

"Adekmu memang seperti itu, jangan dipikirkan ya nak"

"Edel sudah biasa seperti ini kok, nenek jangan khawatir" niat Dini ingin menghibur malah dia yang ingin menangis

Tak lama Bram pulang, dia tersenyum melihat mertua dan Edel disana,

"Ayah dan ibu membawa Amel pulang?"

"Iya, tapi anakmu itu , mulutnya benar-benar membuat orang terluka" jawab Dini

"Amel berkata apa denganmu sayang?" tanya Bram pada Edel

"Tidak kok pa, jangan dipikirkan, adekkan masih kecil"

EDELWEISSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang