9

1K 74 35
                                    

"Edel, kita pulang ya?"

"Edel mau disini saja, lebih tenang"

"Sekolahmu bagaimana?"

"Edel tidak perlu sekolah pa"

"Kenapa sayang?"

"Edel mau jadi petani saja"

Bram tertawa mendengarnya,

"Anak papa kenapa mau jadi petani?"

"Biar bisa bantu banyak orang, nanti Edel panen bisa Edel bagiin ke orang yang membutuhkan"

"Anak baiknya papa, Del apa kamu merasa badanmu sakit?"

"Edel baik baik aja kok pa, tenang Edel anak kuat"

Setelah puas berbincang, Bram pulang kerumah, karena Amel juga sudah kembali kerumah.

Matanya melirik ke pintu kamar Edel yang terbuka, ada Zahra didalam ternyata.

"Kenapa disini? Ingin menuduh Edel mencuri barang lagi? Tenang, Edel tidak pernah mencuri, dia bahkan mengembalikan kalung yang aku berikan dengan alasan dia tidak pantas menerimanya"

"Bram, Edel dimana?"

"Sudah meninggal"

"Bram!" Zahra berdiri memekik sedikit keras

"Aku masih ingat, katamu dulu kamu tak akan pernah menyesal saat dia meninggal, iya kan?"

Ingatan itu menghajar benaknya, mata Zahra bergetar ,

"Dan sudah aku katakan, aku tidak akan membiarkanmu menyakiti anakku lagi, apa belum puas?"

"Aku hanya ingin bertemu denganya"

"Dia tak ingin bertemu denganmu" jawaban dari Bram bagai belati menancap tepat didadanya.

"Aku tahu aku salah, tapi biarkan aku bicara padanya, setidaknya berterima kasih padanya"

"Tidak perlu, sudah aku wakilkan" jawab Bram meninggalkan kamar Edel.

Zahra masih duduk diatas kasur itu, meraba kasur yang dulu Edel tiduri, matanya mengedar keseluruh sudut, begitu rapi meski dia tidak mengijinkan pelayan membersihkan kamar Edel.

Semua kejadian-kejadian yang pernah Zahra lakukan tertayang jelas dikepalanya, dia pernah memukul Edel dengan tongkatnya karena diminta menjaga adiknya yang masih bayi malah pergi meninggalkan adiknya yang sedang menangis, padahal waktu itu dia turun kebawah dengan susah payah dan membuat susu hingga tangannya melepuh tersiram air panas.

Dia tak pernah membelikan Edel apa-apa, tapi dia selalu membelikan apapun untuk Amel. Waktu itu Edel menginginkan eskrim juga ketika melihat Amel makan eskrim dengan lahap, tapi Zahra malah memarahinya dengan kasar.

Hatinya terketuk, dia tahu sudah melakukan kesalahan besar pada anaknya sendiri, dia menangis keras dikamar itu tapi untuk apa? Semua tak akan bisa berubah , Edel mungkin sudah membencinya sekarang pikirnya.

Kesalahan yang dia lakukan dulu, membuatnya harus hamil diluar nikah, karena janji palsu dia merelakan keperawanannya , tapi semua dia limpahkan pada anak yang bahkan tidak bersalah, dia sadar dia yang membuat Edel cacat. Hatinya semakin sakit dan teriris.

Zahra melangkah ke kamarnya, berlutut didepan Bram membuat Bram kaget setengah mati.

"Ra!"

"Bram aku mohon beritahu aku Edel dimana Bram, setidaknya aku harus minta maaf padanya" kata Zahra meyatukan tangannya memohon

Bram tidak tega dan tidak menyangka Zahra sampai seperti ini, dia berjongkok memeluk Zahra

EDELWEISSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang